Part 40

2136 Words
Fely memasukan mobilnya kedalam garasi rumah. Dilihatnya ada mobil mertuanya yang sudah terparkir rapi disana. Sepertinya, mertuanya itu sudah kembali ke Jakarta setelah dua hari pergi ke Bandung. Mobil Barra juga sudah ada disana. Fely memang pulang sore, karna seperti biasa ada jadwal latihan sepulang sekolah tadi. Fely segera masuk kedalam rumah. Tujuannya sudah pasti kamar mandi, karna tubuhnya yang sangat gerah sekali. Belum lagi dengan baju yang sudah tidak nyaman ia pakai sekarang. "Assalamu'alaikum" seru Fely saat ia masuk kedalam rumah, dan menghampiri suami serta mertuanya yang berada diruang tengah. "Waalaikum salam" jawab ketiganya kompak. Fely menyalami tangan kedua mertuanya lalu menyalami Barra. Fely juga duduk disebelah suaminya itu. Tidak enak rasanya jika Fely langsung pergi begitu saja. "Baru pulang sayang?" tanya Lita pad Fely. "Iya ma, baru selesai latihan" jawab Fely sekenannya. "Kompetisinya kapan Fel?" tanya Heru. Memang Heru mengetahui jika Fely akan mengikuti kompetisi dance dari Lita yang menceritakannya kemarin. Walau, Heru harus kembali ke Bekasi karna ia yang sudah cukup lama meninggalkan kantor cabangnya itu. "Lusa pa" "Hebat kamu, papa yakin kamu sama temen-temen kamu bakalan jadi juaranya" "Amiinn. Kalo gitu, Fely ke atas dulu ya ma, pa. Udah gerah ini" ucap Fely. "Iya sayang" jawab Lita. Fely segera naik ke lantai dua. Dimana kamarnya dengan Barra berada disana. *** Setelah kurang lebih dua puluh menit, Fely keluar dari kamar mandinya. Ia baru selesai mandi, dan mendapati Barra yang sudah berada dikamar. Apa lagi yang dilakukan suaminya itu selain bermain game. Fely memilih untuk mengeringkan rambutnya sebelum ia menghampiri suaminya itu. Sekitar lima belas menit, Fely menghampiri Barra yang masih fokus pada layar hp nya. Fely duduk disebelah Barra yang duduk diatas ranjang. "Lo ga bosen mainin itu terus?" tanya Fely sambil memperhatikan betapa lihainya Barra memainkan game nya itu. "Ga akan pernah bosen" jawab Barra singkat. Melihat Barra yang asyik bermain game itu membuat Fely ingin mempotret tangan suaminya itu. Tentu saja saat Barra meraih jemari Fely untuk digenggamnya sembari Barra yang masih fokus pada game nya. Tidak lupa Fely memposting di insta story akunnya. Fely kini membalas pesan grup chatt nya dengan keempat temannya yang kini sedang menggosipkan dirinya yang baru saja menspil tangan pasangannya. Tentu saja teman-temannya itu sedang mendesaknya untuk mengatakan siapa sosok laki-laki di balik foto itu. Dan seperti biasa pula, Fely akan selalu mencari alasan untuk tidak menjawabnya. "Orang-orang bakalan kaget ga ya kalo kita itu ada hubungan?" tanya Fely pada Barra yang baru saja menyelesaikan game nya itu. Tapi, tangan keduanya masih tertaut. Bahkan, Fely kini menyenderkan kepalanya pada bahu Barra. Mereka sedang menunggu adzan magrib berkumandang karna Barra yang harus sholat. Baru setelah itu mereka turun kebawah untuk makan malam bersama kedua orang tua mereka yang baru saja kembali itu. "Menurut lo aja" jawab Barra sambil mengelus punggung tangan Fely. "Lo, udah sayang sama gue?" tanya Barra. Ntah keberanian dari mana Barra menanyakan hal ini pada Fely. Ia hanya ingin memastikan saja. "Ga tau" jawab Fely sambil memejamkan matanya. Ingin sekali rasanya ia terlelap sejenak. "Lo udah sayang ya sama gue?" tanya Fely pada Barra. Barra terdiam. Ia tidak tahu apakah ia sudah memliki perasaan pada Fely atau tidak. Tapi, jika ditanya apakah Barra risih dengan sahabatnya Kamal yang selalu mendekati Fely, ya Barra risih. Ingin sekali rasanya Barra melarang temannya itu untuk terus mengganggu Fely disekolah. "Gue ga tau juga" jawabnya pada akhirnya. Fely menganggukan kepalanya. Keduanya kini bergelut dengan fikiran masing-masing. Tidak ada yang bersuara lagi sampai terdengarnya suara lantunan adzan magrib di masjid yang cukup dekat dengan kediaman mereka. *** Selesai makan malam, Fely dan Barra berpamitan untuk segera masuk kembali ke kamar mereka pada kedua orang tua mereka. Padahal, Lita dan Heru ingin mengajak mereka untuk mengobrol sejenak sebelum mereka tidur. Tapi, karna Barra yang berkata jika ada pembahasan dengan Fely berdua, jadi Heru dan Lita tidak memaksa anak dan menantunya itu untuk tetap dibawah bersama mereka. Fely kini mengajak Barra untuk berdiam diri dibalkon. Menikmati semilir angin malam menyapa tubuh mereka. Jika diingat, keduanya tidak pernah menghabiskan waktu ditempat ini. Padahal, ada dua kursi dibalkon yang ntah kenapa Barra simpan disana saat kamarnya baru selesai direnovasi tahun lalu. Mungkin, ia sudah ada firasat jika ia akan dinikahkan cepat oleh kedua orang tuanya. Jadi, Barra terfikirkan untuk menaruh dua kursi itu dibalkon kamarnya. Untuk dirinya dan istrinya itu mengobrol santai, sambil menikmati pemandangan dilantai dua rumahnya itu. "Lo ga kedinginan?" tanya Barra. "Lumayan" "Mau gue ambilin jaket?" tawar Barra yang langsung mendapat gelengan kepala dari Fely. Barra menarik nafasnya perlahan. Ia kini memilih untuk merangkul bahu Fely, ia juga menarik kepala istrinya itu untuk menyender pada bahunya. Sedangkan, tangan Fely sudah melingkari pinggang Barra. Karna memang kursi yang ada dibalkon kamar itu saling berdempetan. "Lo mau ngomong apa?" tanya Fely to the point. "Ga ada. Gue cuman alesan aja biar ga dibawah sama mama sama papa" "Bilang aja mau berduaan sama gue" cibir Fely. "Ga boleh?" tanya Barra. Fely tidak menjawab pertanyaan dari suaminya itu. Fely menarik kepalanya sebentar untuk bisa melihat wajah Barra. Tapi, tangannya masih saja berada dipinggang suaminya itu. "Bar, lo ga mau maksa gue buat speak up depan publik kalo kita ada hubungan?" tanya Fely. Barra menoleh, mata keduanya bertemu sekarang. "Buat apa? Kan gue pernah bilang sama lo. Gue akan nunggu lo siap buat kasih tau kalo kita ada hubungan ke orang-orang". Fely menganggukkan kepalanya. "Ya, siapa tau aja lo mau semua orang tau kalo gue ini orang yang spesial buat lo". "Hilih PD gila lo haha" jawab Barra yang kembali menarik kepala Fely untuk menyender pada bahunya. "Ya, kan emang. Gue kan bini lo. Ya gue spesial lah buat lo" jawab Fely dengan PD nya. Jika ada lomba kepercayaan diri tertinggi, sepertinya Fely akan menjadi juaranya. "Iyain aja" jawab Barra. Saat mereka kembali diam, Fely berniat untuk mengerjai suaminya itu. Setelah hampir satu minggu mereka berpuasa karna Fely yang sedang datang bulan, Fely menciumi leher suaminya itu. Bakan, Barra sudah bisa merasakan jika Fely mulai menghisapnya. "Diem lo Fel, lo kalo ngasih cupang gede amat jadi ketauan orang-orang". Barra sedikit menyingkirkan kepala Fely yang masih saja betah dilehernya itu. "Ya kan jadi pahala kalo buat kita" jawab Fely asal. "Pahala pala lo. Ya jangan disana juga kalo mau". Walau pernikahan mereka baru satu bulan lebih, keduanya sudah tidak malu lagi jika mambahas persoalan seperti ini lagi. Karna, toh mereka saling melakukannya untuk yang pertama kalinya. Apa lagi, mereka sudah sah menjadi pasangan suami istri. Jadi, untuk apa merasa malu jika memang keduanya sedang sama-sama ingin. *** Drama dipagi hari kembali terjadi saat Barra susah sekali Fely bangunkan sekarang. Fely tidak akan bisa tenang jika ia keluar dari kama, tapi Barra masih tidur nyenyak seenak hati si ganteng. Fely yang stress sekarang karna Barra masih susah untuk dibangunkan. "BARRA" terial Fely tepat dikuping pria itu. Sontak Barra bangun karna kaget akan teriakan Fely. "LO BISA GA BANGUNINNYA ITU KALEMAN DIKIT?" tanya Barra teriak juga. "LO YANG GA MAU DENGERIN GUE. GUE CAPE BANGUNIN LO, TAPI LO GA BANGUN-BANGUN". "LO GA USAH TERIAK, INI MASIH PAGI" "LO JUGA TERIAK T*LOL". Tok.. tok.. tok Terdengar suara ketukan pintu kamar mereka. Sepertinya teriakan keduanya dipagi ini terdengar sampai luar. "Fely, kenapa sayang?" terdengar suara Lita didepan pintu. Fely berjalan untuk membukakan pintu untuk ibu mertuanya. "Kenapa ma?" tanya Fely saat ia sudah berhadapan dengan Lita. "Kamu kenapa teriak-teriakan sama Barra? Kalian berantem?" tanya Lita cemas. "Oh, ngga ma, Barra susah dibangunin" jawab Fely. "Boong ma, ini udah bangun mau mandi" teriak Barra yang mendengarkan percakapan istrinya dengan ibunya itu. Barra juga memilih untuk mandi saja. Karna saat ia melihat jam, sudah menunjukan pukul 06.45 pagi. Pantas saja Fely begitu kesal padanya. "Ya udah, yu kamu sarapan dulu sayang" ajak Lita pada menantunya itu. Fely menganggukan kepalanya, ia juga sekarang dirangkul oleh ibu mertuanya itu untuk turun kebawah. *** Sesampainya disekolah, hampir saja Fely kesiangan. Pasalnya, gerbang akan ditutup oleh Pak Asep, satpam sekolahnya. Jika Fely tidak menancap gas, mungkin saja ia akan telat. Tapi, Fely tidak menemukan mobil Barra disana. Sepertinya suminya itu telat datang kesekolah. Fely memilih untuk segera masuk kedalam kelasnya. Karna, tidak ada gunanya Fely memikirkan Barra sedang berada dimana. Karna, salah Barra sendiri susah dibangunkan. Lagi pula, bel sudah berbunyi. Dengan segera Fely berlari menuju kelasnya. Setibanya dikelas, Fely melihat teman-temannya yang masih asyik bermain dengan hp nya. Rupanya, guru yang mengajar hari ini sedang memperisapkan semua kebutuhan untuk kompetisi besok. Jadi, dapat dipastikan jika hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan. Karna, jam kosong sampai jam pulang nanti. "Kenapa pada santai?" tanya Fely pada siapapun yang mau menjawab pertanyaannya. "Kan jamkos sampe pulang nanti" jawab Clarin. Fely menganggukkan kepalanya. Setelah itu, Fely memilih untuk memainkan hp nya saja. Karna ia tidak tahu harus melakukan apa lagi sekarang. Baru saja asyik dengan hp nya, komplotan Barra datang ke kelasnya. Ntah apa tujuan dari ketujuh lelaki ini. Yang jelas, mereka kini sudah berdiri didekat Fely. Bahkan, Barra sudah duduk dimeja Fely mendahului Kamal yang sepertinya akan duduk disana pula. "Hai l*nte-l*nte ku" ucap Vino menyapa Fely dkk. "Mulut lo Alvino" ucap Kai yang tidak terima dengan ucapan Vino barusan. "Hehehe, becanda bestie" jawab Vino yang kini sudah duduk diatas meja Kai. "Mau pada ngapain sih?" tanya Fely sinis. "Mau ketemu sama sayangnya Kamal dong. Tapi si Barra malah duduk disana" jawab Kamal. "Heh, mulut lo mau gue robek?" tanya Fely. Cukup kejam memang. Tapi, seperti yang sudah diketahui, jika mulut Fely akan selalu pedas pada Kamal. "Lo ga ada bosen-bosennya godain si Fely" komentar Barra. "Eh, cinta itu harus diperjuangin" jawab Kamal sambil berjalan untuk bisa lebih dekat dengan Fely. Namun, dengan segera Barra menghadang dengan kakinya. "Diem lo, ntar anak orang risih sama lo" cegah Barra. Padahal, aslinya Barra tidak suka jika Kamal duduk didekat Fely. "Lo mah gitu, ga ada dukung temennya" ucap Kamal kesal pada Barra. "Justru, biar lo ga dapet ucapan-ucapan pedes lagi dari dia" jawab Barra. Dalam hati, rasanya Fely ingin meledeki Barra karna begitu menahan Kamal untuk tidak duduk didekatnya. Sepertinya benar, jika Barra cemburu terhadap Kamal. "Heh, lo berdua kalo mau debat mendingan keluar" ucap Nindi yang merasa terganggu dengan perdebatan Kamal dan juga Barra. Pasalnya, Kamal berada didekatnya. Otomatis, pedebatan Kamal dengan Barra terdengar jelas olehnya yang sedang asyik bermain hp itu. "Mal, disini banyak cewek cantik, lo mau nyari yang lain ga?Gue juga mau ini" tanya Ansell. Memang buaya Ansell ini. Padahal, Ansell ini sedang mendekati Fanya anak kelas 10 yang merupakan anggota dance. Sekarang, Ansell ingin mencari gadis cantik lagi disini. "Heh, si Fanya mau lo kemanain?" tanya Fely yang mengetahui tabiat sahabatnya itu yang selalu mengoleksi wanita. "Masih PDKT, ya wajar kan kalo gue mau pilih-pilih?" tanya Ansell. "Bener-bener lo Sell" komentar Kai. Benar saja, Ansell yang kini sedang mendekati Meiska teman sekelas Fely yang mejanya hanya tehalang dua meja dari Fely. Ansell juga tidak sendiri, ia juga ditemani Haykal yang tidak tahu akan mendekati siapa. "Mei, jangan mau dia buaya" teriak Nindi. Ansell mendelik pada Nindi yang seenak jidatnya berkata seperti itu pada Meiska. Yang dimana sekarang Meiska tidak ingin berkenalan dengan Ansell. Pria itu juga memilih untuk kembali mendekati Fely karna Meiska yang jelas-jelas menolaknya secara mentah-mentah. "Gimana? Gagal ya?" tanya Febri meledek Ansell. "Diem lo, si Nindi tuh bocor amat itu mulut" jawab Ansell kesal. Nindi malah tertawa dibuatnya. Nindi hanya tidak ingin ada korban Ansell berikutnya. "Udah sih, syukurin aja si Fanya" Vino merangkul sahabatnya itu. Ansell menoleh sebentar pada Vino. "Iya juga ya, dia lumayan cakep juga kan?" tanya Ansell yang langsung mendapat anggukan dari Vino. Barra menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah teman-temannya kali ini. Tidak pernah ada perubahan dari Ansell yang selalu mengoleksi wanita itu. "Eh tapi, si Meiska buat gue aja ya?" tanya Vino. Ansell mendelik tajam. "Diem lo b*ngsat" ucap Ansell. "Emang pada sinting ya temen-temen lo" komentar Fely pada Barra. Barra menoleh ke arah Fely. "Kan dia temen lo juga" jawab Barra. "Awas ya kalo lo gitu" ucap Fely keceplosan yang berhasil membuat Clarin menoleh kearahnya. "Kenapa lo?" tanya Clarin. Fely dan Barra saling tatap sekarang. Mereka harus mencari alasan yang tepat, agar Clarin tidak curiga pada keduanya. "Eh, ngga. Gue cuman ngingetin si Barra aja, iya kan Bar?" Fely mengkode Barra agar suaminya itu mengiyakan ucapan Fely barusan. "I.. iya dia ingetin gue aja kali" jawab Barra. Clarin hanya menganggukan kepalanya. Ia tidak menaruh curiga yang teramat besar pada Barra dan juga Fely. Gadis itu juga memilih untuk kembali memainkan hp nya. Fely dan Barra setidaknya bisa bernafas lega sekarang. Karna Clarin yang sudah kembali sibuk dengan hp gadis itu. Dan yang lebih beruntung, hanya Clarin yang mendengar ucapannya pada Barra barusan. Karna, memang Fely mengatakannya dengan suara yang cukup kecil. Tidak mungkin akan terdengar oleh banyak orang saat kelasnya begitu sangat berisik ini. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD