Hari minggu ini, Fely habiskan dirumah saja. Karna masih ada keluarga besar Barra disini. Lagi pula, semalam Fely dan Barra pulang larut sekali. Jadi, malu rasanya jika keduanya harus keluar rumah lagi sekarang.
Sekarang, Barra sedang bermain basket bersama Bian, Adam dan juga Gavin karna memang Gavin ingin menjadi atlet basket seperti Om nya, Barra. Sedangkan para wanita dan juga Luki diam diterlas belakang rumah, menyaksikan pertandingan yang bahkan tidak layak disebut pertandingan.
Fely bangkit dari duduknya. Ia hendak membawa air dingin untuk Barra. Karna suaminya itu minta dibawakan air dingin sebelum bermain basketnya selesai. Sekalian juga Fely mengambil air minum dan cemilan untuk, Ibu, Ayah, Oma, Tante, Om dan kakaknya.
"Mau kemana Fel?" tanya Lita saat melihat Fely bangkit berdiri.
"Tadi Barra minta dibawain minum. Sekalian juga bawain minum sama cemilan buat kita" jawab Fely.
"Kakak bantuin ya?" Tawar Diandra yang mendapat anggukan dari Fely. Setelah itu kedua gadis yang terpaut umur sekitar 8-9tahun itu pergi ke dapur berbarengan. Sedangkan Haura sedang bermain dengan Nenek buyutnya.
***
Fely mengambil air ion dingin yang memang sengaja Barra stock didalam kulkas. Barra memang sangat menggilai olah raga. Jadi, miuman ion sangat Barra butuhkan.
"Kak, Bang Adam pas udah nikah masih ada yang deketin ga sih?" tanya Fely saat ia dan Diandra sedang membuka beberaopa cemilan.
"Ya, namanya penggoda pasti ada Fel. Tapi, gimana cara kita nyikapinnya aja. Kalo kita percaya sama pasangan kita, semua fikiran buruk itu ga akan muncul"
"Kenapa? Ada yang deketin Barra ya?" tanya Diandra saat Fely tidak menjawabnya. Fely tersenyum lalu menganggukan kepalanya.
"Kamu, udah sayang sama Barra?" tanya Diandra lagi. Fely menoleh kearah kakak iparnya itu.
"Ga tau kak. Tapi, aku ga terima aja kalo misalnya ada yang deketin dia" jawab Fely. Diandra tersenyum.
"Fel, kalian masih muda, status kalian juga belum ada yang tau kan selain pihak keluarga?" Fely menganggukkan kepalanya.
"Kalian masih sekolah, wajar aja ga sih kalo ada yang deketin Barra, atau deketin kamu? Karna mereka pasti ngiranya kalian belum nikah. Coba, kalo kalian speak up soal hubungan kalian, kakak jamin ga akan ada yang berani ganggu kalian lagi". Lanjut Diandra.
"Ya, masa aku publish soal status aku sama Barra. Ntar, dikira aku hamil duluan"
"Iya juga ya. Ya udah, kamu kasih tau Barra biar jaga jarak. Ya, walaupun kalian belum punya perasaan satu sama lain".
"Emang batu adik ipar Kak Diandra itu".
Diandra terkekeh. Sebenarnya ia tidak keget akan pernyataan dari Fely tentang ada wanita yang berusaha mendekati Barra. Adik iparnya itu memang tampan, wajar saja jika banyak wanita yang menyukainya. Jika datang ke Bandung saja, sudah dapat dipastikan banyak sekali gadis yang ingin berkenalan dengan Barra.
"Kamu yang sabar ya Fel. Tapi, Barra baik ko orangnya".
Fely tidak menjawabnya. Karna ia dan Diandra sudah selesai urusan didapur. Mereka berdua tinggal kembali keterlas belakang rumah, dengan mambawa beberapa cemilan yang sudah mereka siapkan sekarang.
***
Barra sudah selesai bermain basketnya. Ia menghampiri Fely yang sedang duduk didekat ibunya. Ide jahilnya tiba-tiba muncul saat ia sudah berada didekat Fely.
"Aaaaaa... Barra lo keringetan banget lepasin" teriak Fely yang terkejut saat Barra memeluknya dengan keadaan Barra yang sangat banjir dengan keringat.
"Gue mau peluk bini gue juga" Jawab Barra semakin mengeratkan pelukannya. Fely memang paling tidak suka dengan keringat. Mau sewangi apapun keringat suaminya itu, Fely tidak akan pernah suka.
"Minimal mandi dulu, lepasin gue ga kuat"
"Ekhm" deheman dari Oma Ratu berhasil membuat Barra menoleh pada wanita berumur 70tahunan itu.
"Barra, udah lepasin itu Fely nya kasian" ucap Lita saat melihat wajah Fely yang sudah mulai memucat itu.
"Iya Barra udah ah jangan jail sama istrinya" Timpal Heru.
Barra akhirnya melepaskan pelukannya pada Fely. Sedangkan Fely hampir saja mengeluarkan semua isi diperutnya karna ulah Barra. Beruntung, Fely bisa menahannya.
"Fely keatas dulu ya" Pamit Fely yang hendak mandi itu. Seorang Felysia Inez Gianina tidak akan tahan dengan banyaknya keringat. Kecuali saat dirinya dance. Karna itupun tidak akan menghasilkan keringat yang sangat berlebihan.
"Heh, ga boleh ninggalin suami" teriak Barra yang akhirnya memutuskan untuk menyusul Fely.
"Kelakuan anak itu ada-ada aja" Komentar Oma Ratu pada Barra. Cucunya yang paling random kelakuannya.
***
Setelah 15menit, Fely sudah selesai mandi. Ia segera keluar dan menghampiri Barra yang sedang duduk disofa sambil memainkan hp nya. Barra yang menyadari kehadiran Fely sontak menyimpan hp nya itu. Ia juga segera bergegas pergi ke kamar mandi.
"Jangan dulu keluar" ucap Barra sebelum ia masuk kedalam kamar mandi.
Belum sampai 5 menit, Barra sudah memanggil nama Fely. Fely yang sedang mengeringkan rambut itu sontak memutar kedua bola matanya. Tidakkah bisa sekali saja Barra tidak mengganggunya?.
"Fely" teriak Barra.
"Apa?" jawab Fely sambil teriak juga.
"Ambilin handuk gue dong, gue lupa".
Dengan langkah yang kesal, Fely datang menghampiri Barra yang ternyata tangannya sudah keluar dari kamar mandi. Fely menyerahkan handuk pada suaminya itu, tapi Barra kembali mengerjainya. Barra menarik tangan Fely sehingga gadis itu kini sudah masuk kembali kekamar mandi.
"Barra, gue udah mandi" teriak Fely yang kini sudah terguyur air dari shower yang menyala.
"Mandi sama gue nya belum" jawab Barra.
Fely memejamkan matanya saat mengetahui jika Barra sudah tidak memakai pakaian. Walaupun ia pernah melihat Barra seperti ini, tetap saja ia merasa malu.
"Ga usah tutup mata, kaya belum pernah liat gue kaya gini aja" ucap Barra yang seolah membaca fikiran dari Fely.
"Lo mau apa?" tanya Fely yang kini memberanikan diri untuk membuka matanya.
"Mau lo". Jawab Barra dengan segera.
Fely kini memeluk Barra. Bohong jika ia mengatakan tidak kedinginan. Walaupun ia memakai pakaian, tapi pakaiannya sudah basah kuyup sekarang. Barra membalas pelukan dari Fely, Tangannya juga sudah mulai nakal, menyusup kebagian punggung Fely, membuka kaitan bra yang Fely pakai.
"Fel?"
"Hmm?"
"Coba liat gue".
Fely menarik wajahnya yang sedari tadi menyandar pada d*da bidang Barra. Mata keduanya bertemu sekarang, bahkan bukan hanya mata. Bibir keduanya juga sudah bertemu. Tangan Fely sudah melingkar indah dileher Barra. Membuat pria itu bisa dengan mudah membuka kaos oversize yang Fely pakai.
Barra melepaskan ciumannya sebentar saat kaos Fely sudah berada dileher gadis itu. Barra melepaskannya terlebih dahulu sebelum ia kembali menautkan bibirnya pada bibir Fely. Tangannya yang sudah berhasil melempar kaos dan juga bra milik Fely, kini mulai meraba ke bagian d*da istrinya itu yang cukup besar. Meremasnya penuh nafsu, seperti biasanya.
Tentu saja, permainan mereka tidak berhenti disana. Barra dan Fely semakin bermain jauh sekarang. Sampai keduanya sudah merasa puas satu sama lain.
***
"Lama banget sih turunnya, udah laper banget nih gue" protes Bian pada Barra yang baru saja turun dari kamarnya.
Memang, selepas sholat isya, Barra memilih untuk masuk kedalam kamarnya karna mengetahui jika para wanita akan masak untuk makan malam. Barra beralasan ingin mengerjakan tugas, padahal ia sedang asyik bermain game. Jika Fely tidak menyusulnya, mungkin saja Barra tidak akan makan malam.
"Protes mulu lo" jawab Barra yang kini sudah duduk diantara Lita dan juga Fely.
"Sudah-sudah. Ini di meja makan, ga baik kalo ribut" lerai Oma Ratu. Yang lainnya hanya menggelengkan kepala mereka. Memang jika disatukan, Barra dan Bian akan selalu berdebat. Tapi, walau begitu tali persaudaraan mereka begitu erat terjaga.
Barra kali ini menyerahkan piringnya pada Fely. Fely menerimanya dan segera menyiapkan makan malam untuk Barra, lalu setelah itu untuk dirinya sendiri.
"Uh, enaknya punya istri" sindir Barra pada Bian. Karna, selain Bian yang belum menikah, Bian juga belum memiliki kekasih. Bian yang merasa jika ucapan Barra itu ditujukan padanya, lantas menatap tajam sepupunya itu.
"Berisik lo" jawab Bian.
"Barra, Bian udah dong. Kalian ini ya" tegur Lita.
"Tuh si Barra tante, mentang-mentang udah nikah" adu Bian pada Lita.
"Udah, jangan ditanggepin".
"Minimal punya cewek" ucap Barra lagi.
"Barra udah dong, kasian Bian nya" kini Fely yang angkat bicara. Baru lah Barra diam sekarang. Sedangkan Bian menatap Barra dengan penuh ejekan. Karna bisa-bisanya Barra langsung diam seribu bahasa saat Fely yang menegurnya.
"Fel, Barra sama Bian emang ga akan pernah akur" sahut Luki pada menantunya itu.
"Iya bener, Fel. Mereka kalo udah ketemu udah kaya kucing sama anjing" tambah Tamara, istri dari Luki. Fely hanya menganggukan kepalanya. Tanpa diberi tahupun, Fely sudah bisa menilai jika Barra dan Bian jarang sekali akurnya.
"Fely, maafin cucu-cucu oma ya kalo bikin kamu pusing".
"Ah ngga ko oma" jawab Fely.
"Kamu paling harus biasain diri Fel, kalo misalnya udah dihadepin Barra sama Bian" Sahut Adam yang langsung mendapat tatapan tajam dari kedua adik sepupunya.
***
"Bar, keluarga yang dari Bandung kapan pulangnya?" tanya Fely saat keduanya hendak bergegas tidur.
"Kenapa? Lo ga nyaman sama mereka?" tanya Barra.
"Ngga lah, mereka kan keluarga gue juga". Barra menganggukan kepalanya.
Jujur saja, Barra menjadi lega saat mendengar Fely berkata jika keluarganya merupakan keluarga Fely juga. Ia fikir, Fely tidak nyaman dengan kehadiran keluarga Barra yang dari Bandung.
"Ga tau gue, kenapa emang?"
"Ga papa, nanti kalo balik kita ikut anterin ga?" tanya Fely lagi.
"Anterin gimana? Kan mereka bawa mobil" jawab Barra.
"Ya iya sih ya".
Fely mengutuki dirinya yang terlihat bodoh sekarang. Seharusnya ia tidak perlu bertanya akan hal itu pada Barra. Tapi, ya sudahlah. Lagi pula Barra tidak mengomentarinya lagi.
"Udah ah, ini udah malem. Tidur yu" ajak Barra pada Fely.
"Gue belum ngantuk".
"Tapi gue ngantuk".
"Ish, Barra temenin gue". Fely mengguncangkan tubuh Barra yang kini sedang memejamkan mata itu.
"Ini udah malem Fely".
"Tapi gue belum ngantuk".
"Terus lo mau apa?" dengan kesal Barra kini membuka matanya. Ia memang sedari tadi tidur menghadap Fely, karna tangannya sudah memeluk pinggang istrinya itu.
"Ga tau".
Barra memutar kedua bola matanya. Memang benar-benar Fely ini. Barra sudah sangat gantuk sekali. Akhirnya Barra mendekap Fely di pelukannya. Fely hanya pasrah saat kepalanya sudah menyandar did*da bidang suaminya itu.
"Tidur ya, gue ngantuk". ucap Barra lagi. Kali ini tidak ada jawaban dari Fely. Karna secara tiba-tiba saja Fely merasakan kantuk dimatanya. Dekapan Barra kali ini sepertinya membuat Fely nyaman sehingga membuat diirnya terlelap sekarang.
***
Fely dan Nindi berjalan dikoridor sekolah, karna mereka tidak sengaja bertemu diparkiran. Saat melewat kekelas Barra, didepan kelas pria itu ternyata ada Barra dkk dan juga Jihan. Fely dan Nindi berjalan begitu saja. Tapi, jangan harap Fely akan berjalan mulus begitu saja. Kamal, yang tidak ada kapoknya itu menahan Fely untuk berdiam diri diantara mereka.
"Eh ada si cantik" ucap Kamal yang menghadang Fely dan juga Nindi.
"Lo bisa ga sehari aja jangan gangguin gue?" tanya Fely pada Kamal.
"Babang Kamal itu lagi usaha buat taklukin hatinya kamu loh" jawab Kamal.
Ucapan Kamal berhasil membuat gelak tawa teman-temannya. Memang sangat besar nyali Kamal ini. Jika ada peringkat dalam mengejar wanita, sudah pasti Kamal yang menjadi juaranya.
Fely memilih diam saja sekarang. Ia tidak ingin melayani Kamal, karna sampai kapanpun pembahasan ini tidak akan ada ujungnya. Yang ada, Fely akan semakin sakit kepala mendengar semua ucapan dari Kamal.
"Fely mau babang Kamal anterin ga ke kelas?" tanya Kamal lagi.
"Ga, makasih. Dari pada lo halangin jalan gue, mendingan lo minggir karna gue mau belajar." jawab Fely. Tapi, tentu saja Kamal tidak mengabulkannya. Karna jika dilihat dari arlojinya, bel masuk kelas masih ada 10 menit lagi.
"Vino, Ansell kasih tau temen lo, gue mau lewat" ucap Fely pada akhirnya.
"Aduh Fel, ga papa lah disini aja dulu" jawab Ansell dengan santai. Fely menatap tajam sahabatnya itu.
"Hehehe, iya iya. Mal udah biarin cabut dia" ucap Ansell yang memang takut pada tatapan dari Fely.
"Lo ga ada dukung-dukungnya amat sama gue" jawab Kamal.
"Udahlah, kasian juga anak orang lo tahan mulu" timpal Nizam yang melihat Nindi, apa lagi Fely yang terlihat sangat tidak nyaman itu.
"Lo pada ga ada yang dukung temennya banget dah" jawab Kamal dengan nada yang pura-pura ngambek itu.
"Sumpah ya, lo buang-buang waktu gue aja!!" ucap Fely yang kesabarannya sudah habis.
"Mal, udah biarin dia cabut. Kasian dia mau belajar disini" kini Barra yang bersuara. Sebenarnya jika tidak mengingat hubungan rahasia mereka, Barra sudah ingin memberi tahu Kamal untuk tidak mengganggu Fely lagi, karna Barra tahu jika Fely sangat tidak nyaman.
"Tau lo, kapan sih stop ganggu Fely?" tanya Nindi yang sama geramnya dengan Fely. Karna Kamal langkahnya juga harus terhenti. Karna, tidak mungkin Nindi meninggalkan Fely seorang diri disini.
"Sampe gue liat siapa cowoknya dia" Jawab Kamal.
"Siapa elo?" tanya Fely.
"Gue calon pacar lo!".
"Mimpi, udah ah minggir atau gue layanin lo dengan kekerasan?" tanya Fely.
"Jangan dong nanti lo di hukum lagi" jawab Kamal.
Barra kini menarik tangan Kamal agar temannya itu menyingkir dari hadapan Fely. Baru, Fely bisa berjalan meninggalkan Barra dkk yang masih saja diam disana. Sedangkan Kamal terus merutuki Barra karna temannya itu membebaskan Fely untuk pergi begitu saja.
"Ah lo, Bar. Malah dibiarin kabur" kesal Kamal.
"Lagi juga lo. Udah tau dia ga mau. Masih aja dikejar" jawab Vino.
"Tau, ga sadar diri banget" sahut Haykal.
"Ga papa, kalo bener nanti mereka pacaran, jadinya Beauty and The Beast, hahahaha" ucap Luthi yang berhasil membuat gelak tawa semua teman-temannya. Kamal memang langganan bullying disini. Yang dibully hanya diam cemberut saja, karna Fely sudah tidak berada didekatnya lagi.
"Bacot ah kalian" ucap Kamal lalu segera masuk kedalam kelas.
"Ye, ngambek dia hahaha" ucap Nizam sambil menunjuk Kamal yang berjalan masuk kedalam kelas. Sedangkan yang lainnya melanjutkan tawa mereka yang sempat terhenti karna Kamal yang merajuk sebelum pria itu kekelas.
****
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part