Part 33

2231 Words
Suara sendok kini menghiasi sarapan pagi dikediaman rumah Barra. Pagi ini mungkin pagi terakhir adanya keluarga Barra dari Bandung itu. Ya, rencananya keluarga dari Bandung akan pulang hari ini, berbarengan dengan berangkatnya Barra dan Fely kesekolah. Lita dan Heru memutuskan untuk ikut mengantar ke Bandung juga. Sekalian juga Lita dan Heru berlibur disana selama 2-3 hari. Jadi, selama itu Fely dan Barra akan ditinggal bertiga dengan Bi Inah, serta satu penjaga rumah Barra yang memang tidak ikut. "Mama sama papa jadi ikut ke Bandung?" tanya Barra. "Iya jadi. Barra awas ya harus jagain Fely" jawab Lita. "Iya ma" jawab Barra dengan malas. Pasalnya sudah dari semalam Lita berkata seperti itu. Barra sudah mengerti akan tugasnya. Tapi, lagi dan lagi Lita memberi tahunya sampai Barra bosan mendengarnya. "Nanti ikut ya ke Bandung Fel, ke nikahan sepupunya Barra" ucap Tamara pada Fely. "Fely mah gimana Barra aja tante" jawab Fely. "Pasti dibawa dong Teh, masa Barra ke Bandung, istrinya ditinggal sendirian disini" sahut Lita. Sekitar 1 bulan lagi sepupu Barra akan menikah, itu artinya keluarga Lita termasuk Fely didalamnya harus pergi kesana untuk menghadiri acara tersebut. *** Sebelum berangkat, semua keluarga berkumpul didepan rumah guna untuk berpamitan khusunya pada Barra dan juga Fely yang tidak ikut ke Bandung bersama yang lainnya. "Kalian hati-hati ya" ucap Fely setelah ia menyalami semua tangan keluarganya. "Tante, nanti ke Bandung main sama Gavin ya" ucap Gavin yang sedang berdiri didepan Diandra. Fely jongkok untuk menyetarakan ketinggiannya dengan anak itu. Begitu juga Barra yang ikut berjongkok untuk menyetarakan ketinggaiannya dengan Gavin juga. "Sini peluk om dulu" Barra mendekap Gavin kedalam pelukannya. Sedangkan Fely mengelus punggung Gavin. Ia sudah bisa sayang pada semua keluarga Barra, termasuk kepada kedua anak Diandra dan juga Adam. "Om bakal kangen banget sama Gavin" ucap Barra. "Gavin juga bakalan kangen sama om" jawab Gavin dengan suara yang sangat menggemaskan itu. "Udah, kalian nanti telat" ucap Oma Ratu menyuruh kedua cucunya untuk segera berangkat sekolah. "Oma, hati-hati ya. Kalo udah sampe kabarin Fely ya" Fely memeluk Oma Ratu. "Kalo Barra repotin kamu juga kabarin oma ya" "Siap oma". Kini giliran Barra yang memeluk oma nya itu. "Kalo bang Adam bawa mobilnya ngebut, Oma marahin aja dia ya" ucap Barra dengan nada yang bercanda. "Sialan lo Bar" ucap Adam. "Fel, semalem ada yang bilang udah nyaman sama lo" ucap Bian melaporkan pada Fely atas apa yang Barra ceritakan padanya. Jujur saja ada rasa bahagia tersendiri bagi diri Fely saat mendengar ucapan Bian. Apa lagi saat melihat Barra yang salah tingkah itu. Tapi, Fely menahan dirinya agar tetap bersikap biasa saja. Sebelum Barra yang mengutarakannya sendiri pada Fely. *** Setibanya disekolah, Barra dan Fely datang berbarengan karna memang mobil mereka yang beriringan. Mobil keduanya juga terparkir sejajar. Saat akan keluar dari mobil, datanglah mobil Jihan yang kini sudah terparkir rapi disebelah kiri mobil Barra. Fely mendelik sebentar saat Jihan yang memanggil Barra dan mengajak suaminya itu untuk pergi kekelas berbarengan. Dengan langkah yang cukup tergesa dan tentu rasa yang kesal, Fely segera pergi dari area parkir saat Barra mengiyakan ajakan dari Jihan. Memang cari mati Barra ini. Sepanjang jalan, Fely terus mendumel karna Barra dan Jihan ternyata berada dibelakangnya dengan Jihan yang terus mengajak Barra untuk bercanda. Dan yang lebih menyebalkannya, Barra menanggapi candaan itu. Ditambah, banyak sekali siswa yang memuji kedekatan mereka. Karna buru-buru, Fely tidak sengaja menginjak lantai yang masih basah akibat baru selesai di pel oleh cleaning service. Hampir saja Fely terjatuh jika Barra tidak dengan sigap berlari dan menahan tubuh Fely dari belakang. Sontak keduanya menjadi bahan perbincangan semua siswa yang masih berada diluar kelas. Apa lagi saat mata keduanya bertemu. Melihat wajah Barra membuat Fely menjadi kembali kesal sekali pada suaminya itu. Dengan cepat Fely membenarkan posisinya setelah ia memberi kode pada Barra. Tapi, tangan Barra masih diam dipinggang Fely sampai Jihan datang menegur keduanya. "Barra?" tanyanya. Dengan segera Barra melepaskan tangannya dibelakang pinggang Fely. Ia juga menggaruk tengkuknya saat banyak sekali siswa yang melihatnya sekarang. "Lo.. lo ga papa?" tanya Barra pada Fely gugup. "Ga papa" jawab Fely singkat. Barra melihat sorot mata Fely yang cukup menyeramkan. Seketika ia menelan ludahnya dan menatap Fely sampai ia tidak berkedip. Fely juga kini meninggalkannya dengan Jihan. Semakin tidak karuannya Barra saat ini melihat Fely yang semakin menjauh dan tanpa mengatakan sepatah katapun padanya. "Bar, ayo ke kelas" ajak Jihan. Barra hanya bisa menganggukan kepalanya karna sekarang ia sudah menjadi pusat perhatian banyak siswa disini. Risih juga saat banyak pasang mata melihat kearahnya berdiri sekarang. *** Barra terus menerus mengecek hp nya. Ia berharap ada balasan pesan dari Fely. Sejak ia sampai dikelas, Barra terus berusaha menghubungi gadis itu. Tapi, tidak ada satupun pesannya yang dibalas oleh Fely. Padahal Wh*tsApp gadis itu aktif. "Woy, kenapa lo? Panik amat mukanya?" tanya Nizam yang sedari tadi menyadari kegelisahan Barra. "Eh, ngomong-ngomong lo deket lagi sama si Jihan?" tanya Vino yang duduk dimeja Barra dan juga Nizam. Karna memang kelas cukup heboh saat melihat Barra dan JIhan masuk berbarengan. Barra mendongkakkan wajahnya agar bisa melihat wajah Vino yang posisinya lebih tinggi darinya. "Gue ga pernah deket sama dia" jawab Barra tegas. "Terus lo kenapa? dateng-dateng kusut gitu itu muka" tanya Haykal yang duduk didepan Barra bersama Luthfi. "Kepo lo semua" jawab Barra sambil kembali mengecek layar hp nya. Barang kali Fely sudah membalas pesannya. Tapi tidak ada sama sekali. Menunggu balasan pesan dari Fely membuat Barra kesal sendiri. Ia memilih untuk meninggalkan kelasnya saja. Membolos jam pelajaran pagi ini adalah solusi terbaik untuknya. Karna fikiran Barra juga tidak akan konsentrasi sekarang jika dipaksakan untuk belajar. *** Ntah sudah berapa banyak pesan yang Fely terima. Isinya tentang Barra yang katanya ingin menjelaskan semuanya. Tentang Barra yang merasa bersalah padanya. Fely tidak ingin membaca apa lagi membalasnya. Ia terlalu kesal pada Barra. Biarkan saja Barra tau rasa. "Eh, ga akan belajar kali ya?" tanya Clarin yang duduk disebelah Fely. "Ngarep benget lo" jawab Fely. "Eh lumayan tau. Otak gue lagi ga baik kalo buat dibawa belajar. Fely mendecih. Ada-ada saja alasan dari teman sebangkunya ini. Kalau tidak niat sekolah seharusnya Clarin tidak perlu datang hari ini. Tiba-tiba Bagas, ketua kelas dikelas mereka datang memberikan informasi jika guru yang mengajar mereka sedang sakit dan hanya memberikan tugas saja untuk dikerjakan oleh mereka. "Guys, Bu Tita katanya sakit, dia ngasih tugas, gue udah share di grup kelas ya" ucap Bagus didepan kelas. Lalu Bagus kembali ke mejanya. "Ah males gue" ucap Febri yang kini sudah duduk diatas meja Fely, sedangkan Kai dan juga Nindi duduk berbalik menghadap Fely dan Clarin. "Jadi gimana?" tanya Nindi pada keempat temannya. "Kabur ga sih?" tanya Kai yang mempunyai ide jahat itu. "Astagfirullah... ayok" ucap Fely yang memang sudah bosan berada dikelas. Dengan segera ia bangkit berdiri berbarengan dengan yang lainnya. Ntah kemana tujuan mereka sekarang, yang penting keluar kelas saja dulu. *** Fely dkk akhirnya memutuskan untuk mampir keruangan dance saja. Jika berkeliaran diarea sekolahpun sepertinya akan menimbulkan masalah. Setidaknya disini, Fely dkk bisa rebahan dengan santainya tanpa gangguan siapapun. "Clar, buat kostum aman ga?" tanya Fely. "Aman Fel, h-3 udah dibawa ko" jawab Clarin. Karna kompetisi tinggal 1 minggu lagi, jadi semuanya harus tertata dengan sempurna. Fely juga memutuskan untuk mengambil latihan saja selepas istirahat nanti. Karna ia mempunyai tanggung jawab yang besar untuk kemenangan Palm High School ini. "Nanti abis istirahat kumpulin anak-anak lah. Kita harus lebih gencar latihan. Terus juga harus jaga kekompakan" ucap Fely yang mendapat persetujuan dari semuanya. "Ga kerasa gila, seminggu lagi kita kompetisi, gue degdegan parah" ucap Febri. "Kita pasti bisa" jawab Nindi. "Iya dong, pokonya kita harus menang" sahut Clarin. "Amiinn" jawab semuanya. Masih ada waktu sekitar satu jam ke jam istirahat, Fely dkk memutuskan untuk mengganti pakaian mereka menggunakan pakaian dance nya. Karna disini hanya ada 5 orang, maka mereka memutuskan untuk mengganti pakaiannya disini saja. *** Fely dkk kini sudah berada dikantin. Sudah bukan hal yang aneh lagi saat kelima gadis itu melihat Barra dkk berada dimeja yang kebetulan kosong dan pasti mereka akan menempatinya. Ntah kapan Barra dkk datang dikantin, karna belakangan ini, meja mereka selalu saja berdekatan. Hari ini jadwal Kai dengan Clarin yang akan memesan makanan, tugas Fely, Febri dan juga Nindi menempati meja bundar disebelah Barra dkk yang selalu saja berisik. "Fel, latihan lagi?" tanya Vino yang duduk dibelakang Fely. Fely menoleh sebentar. Bukannya melihat Vino, justru mata Fely malah bertemu dengan mata Barra. Dengan segera Fely membalikan lagi pandangannya. Niatnya untuk menjawab pertanyaan dari Vino ia urungkan. Kini, Fely kembali menerima pesan dari Barra. Lagi dan lagi Fely malas untuk membalasnya. Fely lebih memilih untuk menscrool beranda akun instagramnya saja. Toh Barra juga sudah bertemu dirinya disini. Jadi, rasanya tidak perlu untuk Fely membalas pesan itu. "Fel, lo kenapa sih?" tanya Febri yang tahu jika Fely itu sedang unmood. "Ga papa" jawab Fely sekenannya. "Muka lo kusut amat elah" ucap Nindi. "I'm okay" jawab Fely lagi. Kai dan Clarin sudah kembali ke meja dengan membawa pesanan kelima gadis itu. Lalu keduanya duduk setelah tiga temannya sudah menerima pesanan makanan mereka. "Di grup udah ada yang nyaut ga?" tanya Fely kepada siapapun yang ingin menjawab. "Udah, katanya abis ambil dispen mau keruangan" jawab Febri yang memang membaca isi grup chatt. Fely menganggukan kepalanya. Ia kini sedang menyantap bakso pedasnya. Ia tidak peduli Barra akan memarahinya atau tidak dirumah nanti, hari ini ia memutuskan untuk tidak mendengarkan perkataan Barra. Membantah suaminya sekali tidak akan membuat dosa yang teramat besar bukan? Toh Barra juga masih asyik dekat dengan Jihan. Bahkan sampai terang-terangan bersenda gurau dengan gadis itu didepan Fely. "Sekalian aja tuangin semuanya Fely" sindir Kai pada Fely yang menuangkan hampir setengah mangkuk cabai pada kuah baksonya. Barra yang mendengar ucapan Kai itu ingin sekali memarahi Fely saat itu juga. Tapi, Barra masih sadar jika ia sedang berada dikantin. Masih berada diarea sekolah. Ia hanya berdoa jika lambung Fely itu akan baik-baik saja. "Ga papa, mumpung sehat jawab Fely degan santainya. Lalu ia memakan bakso super pedasnya itu dengan lahap, bahkan Fely tidak merasa pedas pada makanannya. Akhirnya Fely menambahkan lagi cabenya itu. "Fely, gue juga mau. Jangan diabisin" Nindi menggeplak tangan Fely yang hendak membawa cabe lagi. Karna Nindi juga ingin memakai cabe dikuah baksonya. Bisa habis jika Fely terus menuangkan cabe pada kuah bakso Fely. "Hehe, kurang pedes" jawab Fely. "Lagi juga, biasanya lo dijadwal ya? Kemarinkan lo udah makan pedes, sekarang makan lagi" tanya Clarin. Memang Fely adalah ratu pedas diantara mereka berlima. Saat mengetahui kebiasaan Fely yang menjadi jarang sekali makan pedas, akhirnya Fely menjelaskan kalau dirinya tidak boleh setiap hari makan makanan pedas dengan alasan sakit lambungnya akan kambuh jika terlalu sering. Beruntung semuanya percaya pada alasan Fely itu. "Ga papa. Sekali aja ga ikutin jadwal" jawab Fely. "Minta dong, kaya enak tuh" ucap Febri yang langsung mengambil satu bakso diatas mangkuk Fely. Tidak lupa Febri juga meminta kuahnya. Fely hanya bisa mendelik tajam. Tapi ia merasa ikhlas sekali jika Febri atau teman-temannya yang lain meminta makanannya. "Makanya beli". ucap Fely. Kelimanya kini kembali menyantap makanan mereka sampai tandas. Beruntung tidak ada gangguan dari siapa-siapa hari ini. Karna biasanya Vino akan datang ke meja mereka saat jam istirahat masih panjang. "Fel, langsung ke ruangan aja?" tanya Kai pada Fely yang sedang menyeruput air s*su putih dinginnya itu sebagai penetlarisir rasa pedas dimulutnya. "Iya, tapi jangan latihan dulu, perut gue masih kenyang" jawab Fely yang mendapat anggukan dari teman-temannya yang lain. Tapi, jangan sebut Vino jika tidak datang ke meja Fely dkk. Hanya saja kali ini beruntungnya Vino datang disaat makanan kelima gadis itu sudah habis. Jadi, setidaknya Vino tidak mengganggu kenikmatan makanan dari lima gadis didekatnya sekarang. "Fel, ngintip lagi boleh ga?" tanya Vino yang kini sudah merangkul Fely. Fely menoleh sebentar. "Ga" jawabnya singkat padat dan jelas. "Yah, padahal gue lagi ngincer anggota dance". Fely menyingkirkan tangan Vino yang masih asyik merangkulnya. "Gue ga akan kasih izin yang bukan anggota masuk keruangan, karna kompetisi tinggal seminggu lagi" jawab Fely. "Ga asyik lo Fel" ucap Vino lalu memajukan bibirnya. "Jelek lo manyun gitu" komentar Nindi. Nindi dan Fely memang sama pedasnya jika sedang mengomentari seseorang. Tapi, tentu saja tidak ada yang bisa mengalahkan kepedasan Fely saat ia berbicara keburukan orang lain. "Heh, kita itu butuh konsentrasi buat makin kompakin grup" jawab Fely. "Ya kan kita ga akan ganggu". "Udah sih, dibilang ga boleh ya udah jangan maksa" sahut Febri yang ikut kesal pada Vino. Karna memang sudah disepakati sampai minggu depan, tidak boleh ada yang melihat proses latihan anggota dance untuk kompetisi nanti. Mereka ada jadwal latihan dilapangan indoor. Tapi, itu masih menunggu perintah dari Indira, coach merka. "Lagian, lo ga bisa ya sehari aja jangan keisni?" tanya Clarin. "Yee, biarin aja" jawab Vino. "Kalo lo kesini bawa makanan sih ga papa. Lah ini, keseringannya minta doang" ucap Kai. "Itu mulut!" ucap Vino. Kai hanya menatap tajam Vino. Membuat pria itu diam seketika tidak berani berkata lagi. Memang sepertinya salah besar jika menusik kelima gadis yang mulutnya sudah pedas. Kepedasan bahasa mereka sepertinya sudah mendarah daging. Jadi, tidak mungkin jika mereka bisa menilai baik-baik pada orang lain yang menurut mereka mengganggu dalam kehidupan mereka. "Udah, mendingan lo cabut aja" titah Fely pada Vino. "Makanan lo abis ya?" tanya Vino sambil melihat mangkuk yang berada didepan Fely. Fely menganggukkan kepalanya. "Abis, udah sono" Fely mendorong pelan tubuh Vino. Pria itupun kini memilih pergi kembali ke mejanya yang tadi. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD