Part 55

2154 Words
Setibanya di Jakarta, Fely dan Barra memutuskan untuk istirahat begitu juga dengan Lita dan juga Heru. Fe;y terlebih dahulu membersihkan dirinya. Duduk didalam mobil selama kurang lebih 3 jam membuat dirinya tidak nyaman sendiri. Sedangkan Barra asal menyusup saja ke kamar mandi karna ia tidak diperbolehkan Fely untuk menaiki tempat tidur sebelum dirinya bersih. "Mandi bareng lah, gue takut ketiduran kalo harus nunggu lo" ucap Barra lalu mengunci pintu kamar mandi. Fely tidak menjawab ucapan suaminya itu. Ia memilih untuk melucuti semua pakaiannya dan berdiri dibawah shower yang dimana air sudah mulai membasahi tubuhnya. Fely juga membelakangi Barra kali ini. Fely sedikit tersentak kala Barra sudah memeluknya dari belakang. Ia fikir Barra tidak akan tergoda saat melihat Fely yang sudah tidak mengenakan pakaian tapi berdiri membelakangi Barra. Ternyata suaminya itu tidak bisa menahan imannya, padahal Fely tahu jika Barra sangat lelah kali ini. "Lo ga cape Bar?" tanya Fely. Barra menggelengkan kepalanya. Kini, Barra membalikan tubuh Fely untuk menghadapnya. Menempelkan dahinya pada dahi Fely. Shower yang masih menyala mengguyur tubuh keduanya. Hanya dalam hitungan detik saja Barra sudah melumat bibir Fely. Fely mengalungkan tangannya pada leher Barra. Karna tangan Barra sudah berhasil bermain di kedua dadanya. Barra juga berjalan mundur untuk dirinya duduk diatas closet sedangkan Fely duduk diatas pangkuannya. Tanpa melepaskan sedikitpun tautan bibir mereka. Fely melepaskan bibirnya sejenak. Memberi jeda untuk dirinya mengambil nafas. Karna Barra semakin memperdalam ciumannya tadi. Mata sayu keduanya kini bertemu. Mereka melempar senyum satu sama lain saat ini. "Gue mau lo" ucap Barra lirih. "Gue juga" jawab Fely. Keduanya kini kembali menautkan bibir mereka sebelum mereka melakukan apa yang mereka inginkan saat ini. *** Suara adzan magrib sudah berkumandang. Fely yang terbangun karna suara adzan di masjid dekat rumahnya sontak membangunkan Barra yang masih asyik memeluk tubuhnya. Memang selepas mandi tadi, keduanya memutuskan untuk segera tidur. "Bar, udah magrib bangun yu" Fely menepuk-nepuk pipi Barra yang berada diatas wajahnya. Karna Fely tadi menyandarkan kepalanya pada d**a bidang Barra saat tidur. "Hmm" jawab Barra. "Udah magrib ini, bangun trus sholat" ucap Fely lagi yang kini berusaha melepaskan pelukan Barra. Barra memerjapkan matanya. Menetralisir cahaya lampu yang mulai masuk kedalam retina matanya. Karna Fely yang menyalakan lampu senja yang ada didekat gadis itu. Kini, Barra mengumpulkan nyawanya sejenak. "Gue ambil wudhu dulu, nanti lo ya" ucap Fely. Barra tersenyum lalu menganggukan kepalanya. Ia juga melepaskan Fely untuk gadis itu mengambil air wudhu. Sedangkan Barra sendiri memlih untuk bangkit dari rebahannya. *** Fely menyalami tangan Barra setelah keduanya selesai melaksanakan sholat magrib. Tentu saja Barra mencium kening istrinya itu. Keduanya tidak langsung bangkit berdiri setelah mereka bedoa. "Besok mau sekolah?" tanya Barra pada Fely. "Iya lah udah ketinggalan jauh. Lagian gue mau ada latihan lagi Bar" ucap Fely. "Kompetisinya kapan emang?" tanya Barra yang mengetahui jika latihan Fely kali ini untuk kompetisinya yang mewakilkan provinsi. "Masih lama sih, nanti kelas 12, cuman kan ga kerasa udah mau kelas 12 kita tuh" jawab Fely. Memang jika dihitung hanya tinggal dua sampai tiga bulan lagi mereka akan memasuki tahun ajaran baru. Kenaikan kelas, dan kompetisi dance pun akan dilaksanakan tidak lama dari tanggal ujian berakhir nanti. Kompetisi antar provinsi ini jauh lebih bergengsi dari kompetisi kemarin. Jadi, Fely dan anggota dance lainnya harus latihan semaksimal mungkin. Belum lagi, Fely harus mempersiapkan koreo terbaru untuk anggota dance nya. Koreo yang bagus, dimana ini harus menang kembali. Tentu saja Fely tidak sendiri, ia dibantu anggota dance nya yang lain, terutama keempat temannya untuk memikirkan koreo yang akan dikompetisikan kelak. "Jangan kecapean, gue ga mau lo sakit" ucap Barra mengusap kepala Fely. Fely tersenyum dan menganggukan kepalanya. *** Keesokan harinya, tepat saat jam istirahat Febri menahan Fely untuk keluar kelas dengan alasan ingin ada yang dibicarakan. Fely tidak berfikir jauh saat Febri mengajaknya untuk berbicara. Tapi, yang anehnya Febri meminta semua teman kelasnya untuk meninggalkan kelas dan menyisakan dirinya dan juga Fely saja. Tidak lupa bahkan Febri mengunci pintu kelas, agar tidak ada yang berani masuk kedalam kelas mereka. "Fel, coba jawab gue dan lo jujur sama gue, ada hubungan apa lo sama Barra?" tanya Febri to the point. Jujur saja Fely sedikit kaget saat Febri bertanya seperti ini padanya. Dan tentu saja Fely akan mengelak semuanya pada Febri saat ini. "Apaan sih lo, gue ga ada hubungan apa-apa sama dia" jawab Fely berbohong. "Lo jangan boong sama gue Fely. Lo udah nikah kan sama Barra?" tanya Febri lagi. Fely semakin kaget saja dibuatnya. Dari mana Febri tahu soal pernikahan Barra dan juga Fely? Selama ini mereka berdua selalu bermain rapi. Tapi apa sekarang? Febri mengetahuinya. "Lo ngomong apaan sih ngaco banget" jawab Fely masih berusaha bersikap santai agar Febri tidak curiga padanya. Febri tersenyum miring saat Fely masih tidak berkata jujur padanya. Karna Febri sudah mengetahui semuanya. Ya, Febri memiliki sepupu yang satu kompleks perumahan dengan Barra. Febri mencari tahu tentang semuanya lewat sepupunya. Karna, selama ini Barra lah yang Febri suka. Pertama kali bertemu dengan Barra saat Febri bermain ke rumah sepupunya, dimana Febri melihat Barra yang baru selesai lari pagi kala itu. Pesona Barra langsung membuat Febri jatuh cinta pada pria itu, yang kini sudah sah menjadi suami dari temannya. Febri sangat senang saat mengetahui ia dan Barra satu sekolah dulu saat SMA. Karna, Febri sangat menyukai Barra sejak dirinya SMP. Lebih tepatnya saat kelulusan SMP. Dimana Febri sedang menginap dirumah sepupunya itu. "Lo ga usah ngelak Fel. Gue liat dengan mata kepala gue sendiri lo yang keluar dari mobil Barra terus sama nyokap bokap nya! Itu apa kalo lo belum nikah sama Barra? Dan gue punya sepupu yang satu kompleks sama Barra. Ga mungkin dia boongin gue!" Ucap Febri marah. Febri marah karna Fely tidak jujur padanya. Dan yang membuat Febri marah pada Fely adalah, Barra yang selalu menjadi kekasih impian Febri, kini sudah menjadi suami Fely, sahabatnya sendiri. Febri lah yang selama ini mencintai Barra, lebih dari apapun. Dan kenyataan pahit harus ia terima, saat lelaki yang sangat ia cintai menikah dengan sahabatnya sendiri. "Feb, Feb. Gue mohon sama lo, jangan kasih tau masalah ini sama siapapun. Gue ga mau putus sekolah" Fely seketika memohon pada Febri. Tidak ada alasan lagi untuk Fely mengelak. Febri benar-benar sudah mengetahui semuanya. "Jadi bener lo udah nikah sama Barra?" Tanya Febri sekali lagi. "I.. iya, Barra suami gue, kita udah nikah hampir tiga bulan ini. Gue dijodohin sama Barra" jawab Fely. Air matanya tidak terbendung lagi kali ini. Fely benar-benar menangis, apalagi melihat sorot mata Febri menampakan amarah gadis itu. Fely benar-benar tidak tahu kedepannya akan seperti apa. Ia takut pernikahannya dengan Barra akan terungkap begitu saja. Dan masa depannya menjadi korban. "Gue kecewa sama lo, Fel" ucap Febri lalu meninggalkan Fely yang masih menangis didalam kelas. Seketika badan Fely melemas. Tubuhnya perlanan merosot turun. Air matanya sudah mengalir dengan bebas dipipi mulusnya. Fely memeluk lututnya sendiri. Ia tidak tahu akan bagaimana nasib sekolahnya setelah ini. Fely takut dijauhi oleh teman-temannya, Fely takut dikeluarkan dari sekolah karna statusnya dengan Barra. *** Barra segera mengunci rooftop saat ia sudah sampai di puncak gedung sekolahnya. Tujuannya kali ini untuk menemui Fely yang tadi memberinya pesan jika Fely berada disini, menunggu Barra. Dan yang membuat Barra khawatir adalah Fely yang tidak bisa Barra hubungi lagi, tepat saat Fely memberi tahunya jika Fely berada disini. Dari kejauhan, Barra bisa mendengar isak tangis seseorang yang duduk di sofa tempat Barra dan Fely duduk. Menghabiskan waktu istirahat bersama jika di sini. Dengan cepat Barra menemui gadis itu, yang ia yakini adalah Fely. "Fel, lo kenapa?" Tanya Barra khawatir saat melihat Fely yang sedang menangis tersedu-sedu. "Barraaaa" Fely berhambur memeluk Barra kali ini. Ia benar-benar membutuhkan suaminya itu. Tangisan Fely semakin deras saat Barra memeluknya dengan erat. Membuat Barra tidak mengerti ada apa dengan Fely kali ini. Karna, Fely yang masih nggan untuk berbicara alasan kenapa dirinya menangis. "Hey, kenapa? Jelasin sama gue siapa yang bikin lo kaya gini?" Tanya Barra lembut. Barra juga kini mengelus rambut Fely dengan lembut. "Barra gue takut.." ucap Fely lirih. Barra mengajak Fely untuk kembali duduk. Beruntung, Fely menurut padanya. Tapi, Fely nggan untuk melepas pelukannya pada Barra. Gadis itu masih saja menagis dipundak suaminya. Barra melepaskan pelukan Fely. Tangannya menyentuh dagu Fely agar gadis itu mau melihat wajahnya. Karna Fely yang masih menunduk. "Kenapa? Jangan bikin gue khawatir. Siapa yang bikin lo kaya gini, bilang sama gue" tanya Barra lagi dengan lembut. "Feb... Febri" Fely tidak berani melanjutkan ucapannya. Ia kembali berhambur kedalam pelukan Barra. Barra hanya bisa menenangkan Fely dengan mengelus rambut gadis itu. "Febri kenapa? Dia ngapain lo sampe lo kaya gini?" Tanya Barra lagi. "Febri, Febri udah tau tentang kita Bar, dia tau kalo kita udah nikah" jawab Fely. Sejujurnya Barra sedikit kaget mendengarnya. Tapi, ia harus terlihat tenang didepan Fely. Ia tidak boleh panik, karna jika ia panik, tangisan Fely pasti akan semakin kencang. Barra harusnya menenangkan Fely, bukan semakin membuat Fely panik. "Ya, gimana lagi. Semuanya juga bakalan kebongkar Fel. Lagian lo ga sendiri, ada gue" ucap Barra. Fely menarik kepalanya yang sejak tadi berada didada bidang Barra. "Gue takut ini bakalan nyebar ke satu sekolah. Gimana sekolah gue? Gimana mimpi gue Bar?" Tanya Fely. "Lo kenapa ga bilang kalo ada sepupunya Febri satu kompleks sama rumah lo? Kalo gue tau gue ga mau tinggal disana. Mendingan tinggal dirumah mommy aja Bar kalo gue tau". Fely seketika melepaskan pelukannya. Ia kesal pada Barra yang ceroboh selama ini. Yang akhirnya membuat pernikahan mereka terbongkar begitu saja. "Gue lupa. Lagian, gue juga ga terlalu inget dia pas kita ketemu dulu. Lagian, dia juga bukannya temen lo?" Jawab Barra. "Tapi, dia marah sama gue Bar, gimana kalo dia sebarin hubungan kita kesemuanya?" Tanya Fely lagi yang kembali panik. "Fel, dengerin gue. Lo ga sendirian, ada gue disini. Kalo pun si Febri sebarin hubungan kita, disana juga lo tau dia kaya gimana orangnya. Jadi, stop buat nangis, gue ga mau liat lo kaya gini" ucap Barra lalu kembali menarik Fely kedalam pelukannya. Menenangkan istrinya itu yang saat ini masih saja menangis. Fely tidak berontak walau dirinya kesal pada Barra. Tubuhnya terlalu lemas untuk menolak Barra. Ditambah, dirinya yang belum makan karna waktu istirahatnya ia habiskan untuk menangisi hubungannya yang sudah Febri ketahui. Fely hanya bisa berharap, jika Febri tidak akan menyebarkan hubungannya dengan Barra pada semua orang. *** Sejak pulang sekolah, Fely mengurung dirinya dikamar. Ia masih memikirkan hubungannya dengan Barra yang mungkin akan ketahuan dalam waktu dekat. Karna, benar kata Barra, cepat atau lambat hubungan mereka pasti akan tercium juga. Selain takut hubungannya akan terbongkar, Fely takut teman-temannya akan menjauhinya karna Fely yang menyembunyikan semua ini. Tapi, Fely mempunyai alasan kenapa ia belum jujur pada teman-temannya. Saat waktunya sudah tepat, Fely pasti akan mengatakan semuanya pada teman-temannya yang lain. "Makan yu Fel, jangan gini lah" bujuk Barra pada Fely yang masih belum mau makan. Pasalnya, Fely belum memakan apapun sejak tadi. Karna masalahnya dengan Febri. Ya, Febri mendiamkan Fely saat disekolah. Gadis itu nggan untuk berinteraksi dengan Fely, bahkan saat jam pulang sekolah. Perasaan Fely semakin tidak karuan saja saat ini. Ia benar-benar takut. "Gue ga nafsu makan Bar" jawab Fely dengan malas. "Tapi lo harus makan, masa lo sakit karna berantem sama si Febri sih?" "Gue takut dijauhin sama temen-temen gue". Barra mengusap wajahnya frustasi. Ia tidak tahu harus memberi tau apa lagi pada Fely untuk tidak terlalu memikirkan masalah ini. Walau nyatanya, Barra juga sedang waswas hubungannya dengan Fely akan terbongkar begitu saja di sekolah. "Fel, lo ini kenapa sih? Kalo pun lo sampe di jauhin sama temen lo, lo masih ada gue. Gue ga akan biarin lo kesepian". Fely menatap Barra penuh harap. "Bar, tapi gimana sama sekolah kita?". "Stt, jangana mikirin apapun hal yang belum tentu akan terjadi. Yang ada, lo harusnya seneng nanti, kalo pun lo dijauhin karna hal ini, berarti mereka ga tulus temenan sama lo". Barra benar, jika memang pada akhirnya semuanya harus terbongkar, dan Fely dijauhi oleh teman-temannya, maka sudah jelas jika mereka tidak tulus berteman dengan Fely. Tapi, apakah Fely akan sanggup jika semua itu terjadi?. "Gini deh, kalo lo mau makan, kita shopping. Bebas deh lo mau belanja apapun itu. Mau makan pedes juga ga papa gue izinin. Asal lo mau makan" bujuk Barra lagi. Ia tidak tahu harus melakukan hal apa lagi untuk membuat Fely ingin makan. "Beneran lo kasih izin?" Tanya Fely. Barra menganggukkan kepalanya. "Walaupun kemarin gue udah makan pedes?" Tanya Fely lagi. Barra kembali mengganggukan kepalanya. "Gue ga mau shopping, tapi gue mau makan ramen yang pedes" ucap Fely dengan semangat. Barra tersenyum. "Iya, tapi lo makan dulu. Abis itu baru kita jalan oke?" Jawab Barra. Fely menganggukan kepalanya antusias. Ia juga kini menarik Barra untuk keluar kamar, dan mengajak Barra untuk menemaninya makan sore ini. Sebelum mereka jalan-jalan dan memakan ramen yang sangat pedas. Fely sudah membayangkan kuah ramen level pedas tertinggi berada di mulutnya. Jadi, ia kini sangat semangat untuk makan, demi kuah ramen pedasnya. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD