Sesuai janjinya, Barra kini membawa Fely ke tempat ramen ternama di sebuah mall. Mereka datang kesini tepat saat jam makan malam. Karna Fely yang memintanya. Seperti biasa, Barra memesan ramen original, karna Barra yang tidak menyukai pedas.
"Udah ya, jangan makan pedes lagi abis ini" ucap Barra pada Fely yang asyik menyantap ramen level pedas tertingginya. Fely tersenyum lalu menganggukan kepalanya.
"Iya, makasih ya Bar" jawabnya. Barra menaikan satu alisnya.
"Buat apa?" Tanyanya.
"Lo selalu bisa buat hibur gue" jawab Fely lagi. Barra tersenyum pada istrinya itu.
"Kalo lo sedih, lo nangis, ketauan sama mama sama papa, siapa coba yang disalahin?" Tanya Barra.
Selama mereka menikah, semua mood Fely Barra lah yang bertanggung jawab. Jika sampai Fely sedih, maka Barra lah orang pertama yang Lita salahkan. Tidak hanya Lita, tapi Heru juga. Jadi, sebisa mungkin, Barra harus bisa menjaga mood Fely agar selalu baik. Karna, jika tidak maka Barra juga yang akan pusing sendiri.
"Maafin ya, gara-gara gue lo selalu aja kena omel".
"It's okay, bukan salah lo. Mama emang sayang banget sama lo". Fely menganggukkan kepalanya, keduanya juga kini memilih untuk menandaskan makanan mereka.
***
Hari demi hari berlalu, hubungan Fely dengan Febri menjadi dingin. Tapi, hubungannya dengan Barra masih belum tercium keseluruh antero sekolah. Itu artinya, Febri tidak menyebarkan berita tentangnya dengan Barra. Tapi, Febri sekarang lebih banyak menghabiskan waktu bersama Jihan, dari pada Fely dan ketiga temannya.
Tapi, tidak ada yang memperdulikan itu semua. Mereka hanya berfikir jika Febri hanya ingin berteman saja dengan Jihan. Jadi, mereka bersikap biasa saja saat Febri banyak menghabiskan waktu bersama Jihan.
Hari ini, tepat jam istirahat, Fely mengajak anggota dancenya untuk latihan. Untuk dipertandingan kali ini, Fely mengajak sekitar 20 anggota dance termasuk dirinya dan juga ke empat temannya. Tapi, Febri tidak ada disini.
"Guys, gue mau seleksi buat formasi sekarang. Yang bisa nguasain dance dan ikutin koreo yang gue bikin, maka dia yang bakalan gue bawa dari awal sampe akhir. Tapi, delapan orang yang lainnya, gue bakalan bawanya buat diawal sama di akhir koreo. Nanti, gue bakal paraktekin dulu sama Clarin, so. Buat kalian yang mau gue bawa dari awal sampe akhir, kuasain koreonya dengan baik" ucap Fely panjang lebar.
"Fel, lo butuh 20 orang, tapi disini ada 19 jadi gimana?" Tanya Kai pada Fely.
Semua ini diakibatkan oleh Febri yang tidak ada disekitar mereka. Tidak ada kabar dari Febri pada Fely untuk hari ini Febri tidak datang latihan. Padahal, gadis itu tadi masuk sekolah. Tapi, kenapa saat latihan Febri tidak ada disini.
"Fel, Febri ga ada" ucap Jessica, teman sekelas Barra.
Fely melihat kearah sekeliling, memang benar Febri tidak ada disini. Fely tersenyum miring saat mengingat Febri yang seperti anak kecil. Tidak professional hanya karna masalahnya dengan Fely. Tapi, Fely tidak ambil pusing untuk hal ini. Ia memilih untuk mengajarkan yang lainnya dulu untuk latihan. Selebihnya nanti, akan Fely fikirkan lagi jalan keluarnya.
"Oh iya ya, si Febri kemana?" Tanya Nindi.
"Udah ga papa. Kita latihan dulu aja. Buat si Febri kita taruh aja di delapan orang yang gue bawa di awal sama akhir aja" jawab Fely.
Semuanya menganggukan kepalanya. Lalu Fely dan Clarin segera memulai tarian yang sudah mereka buat. Semuanya memperhatikan dengan seksama. Karna, mereka yang ingin menjadi 12 orang terpilih yang akan Fely bawa di awal sampai akhir tarian. Setelah tariannya selesai, Fely dan Clarin kembali duduk ditengah anak dance yang lainnya.
"Gimana, ada yang bisa niruin tadi?" Tanya Fely.
"Gue bakalan seleksi 5 orang 5 orang. Yang gue pilih nanti, berarti yang termasuk kedalam 12 orang inti dari kompetisi kali ini" lanjutnya.
Lalu, Fely memanggil 5 orang yang akan melakukan tarian yang Fely dan Clarin lakukan tadi. Dan seterusnya begitu. Sampai Fely menyebutkan beberapa nama yang diantaranya Fely, Clarin, Nindi dan juga Kai yang sudah dipastikan lolos kedalam 12 orang yang akan Fely bawa dari awal sampai akhir dance.
"Oke, gue ucapin selamat buat yang udah gue pilih. But anyway, buat yang ga gue sebut bukan berarti kalian ga bagus ya. Next pertandingan gue pasti akan seleksi lagi oke" ucap Fely agar semangat anggota dance yang lain tidak padam.
Setelah itu, Fely menyuruh anggota dance untuk istirahat. Dan kebanyakan mereka memilih untuk pergi ke kantin. Termasuk Fely dkk tanpa Febri. Sampai detik ini, tidak ada yang curiga dengan menjauhnya Febri dari mereka, terutama dari Fely. Karna memang yang lainnya masih bertegur sapa dengan Febri, kecuali Fely.
"Kita istirahat dulu, setengah jam lagi kita kumpul lagi disini ya" ucap Fely. Semuanya menganggukan kepalanya lalu semuanya bubar meninggalkan ruangan dance.
***
Fely dkk bisa melihat Febri yang tengah duduk diantara Barra dkk yang dimana ada Jihan disana. Semuanya menatap heran kecuali Fely yang melihatnya biasa saja karna Fely sudah tau alasan Febri marah padanya karna Febri dan menyukai Barra.
"Itu si Febri kan? Ko dia malah disini bukannya latihan sama kita?" tanya Nindi.
"Iya, kenapa sih dia?" tanya Kai pada siapapun yang mau menjawab.
"Udahlah biarin aja, mungkin dia lagi males aja" jawab Fely acuh, lalu memilih duduk di meja yang kosong, diikuti oleh temannya yang lain.
Fely bisa melihat dari ekor matanya jika Febri sedang menatap kearahnya. Tapi, Fely tidak memperdulikan itu. Ia lebih memilih untuk menyantap makanannya saja. Memikirkan Febri, tidak ada gunanya untuk Fely. Benar kata Barra, jika Febri menjauhinya, maka Febri bukan teman yang baik untuk Fely.
"Abis ini kita latihan lagi Fel?" tanya Nindi. Fely menganggukan kepalanya saat ia tengah meminum jus alpukatnya.
"Iya, biasa aja, Coach udah ambilin dispen buat kita ko" jawab Fely.
"Si Febri ga mau dibawa Fel?" tanya Kai pada Fely.
"Ga usah, dia itu udah gede. Udah punya tanggung jawab sendiri. Kalo dia emang profesional, dia bakalan latihan. Gue juga udah infoin di grup, ya dia pasti baca lah" jawab Fely.
Prinsip Fely adalah, jika orang itu tidak serius di dance, Fely tidak perlu memaksa dirinya untuk latihan. Tapi, jika orang itu serius, saat mengetahui adanya jadwal latihan. Jadi, Fely saat ini tidak akan memaksa Febri untuk latihan, karna Fely tahu jika Febri tidak akan mungkin mau latihan saat gadis itu masih mendiamkannya.
"Iya lo bener juga, lagian tumben amat dia ga latihan, biasanya juga dia semangat" sahut Clarin.
"Mungkin dia emang mau masuk cheerleaders, makanya dia deketin si Jihan" jawab Fely.
"Iya juga ya, tumben banget dia malah deket sama si Jihan. Gue juga perhatiin dia sekarang lebih banyak abisin waktu sama si Jihan, sama geng si Barra lagi" timpal Nindi.
"Sutt, udah makan aja, waktu kita cuman setengah jam buat istirahat" ucap Fely.
Tidak ada yang berani untuk berbicara lagi saat ini. Mereka berempat lebih memilih untuk menyantap makanan mereka sampai habis, karna mereka harus kembali latihan untuk koreo baru yang cukup menguras tenaga mereka.
***
Barra dkk mengintip keruangan dance yang pintunya sedikit terbuka. Tentu saja Kamal yang memimpin ketujuh lelaki ini untuk mengintip anggota dance yang sedang menari. Kamal masih saja berusaha untuk mendekati Fely. Jadi, ia memiliki ide untuk melihat Fely latihan bersama anggota dance yang lainnya.
"Stop, stop, stop" ucap Fely saat melihat adanya para lelaki yang mengintip mereka.
"Heh, ngapain lo semua disana?" tanya Fely pada ketujuh pria yang berdiri didekat pintu.
"Fel, boleh masuk kan kita?" tanya Kamal pada Fely. Fely memutar kedua bola matanya.
"Tutup pintunya, lo semua jangan ada yang ganggu karna ini koreo baru" ucap Fely yang langsung dituruti oleh Barra dkk. Segera lah Barra dkk duduk dipinggiran melihat anggota dance yang kini kembali menari.
Selang beberapa menit, anggota dance menghakiri latihan mereka. Mereka kembali istirahat tapi dipinggiran tempat dance. Tentu saja Barra dkk memilih untuk mendekati Fely dkk. Barra dengan segera duduk disamping Fely, untuk mencegah Kamal duduk disamping istrinya itu.
"Fel, bukannya si Febri anggota dance juga ya?" tanya Vino yang sejak tadi heran karna Febri malah duduk dikantin bersamanya dan juga yang lain dikantin. Biasanya, Vino melihat Febri bersama Fely dkk. Tidak pernah absen sedikitpun.
"Iya terus?" tanya Fely balik.
"Tapi dia dari istirahahat sama kita loh" jawab Vino.
"Ya udah biarin, maunya dia" jawab Fely santai.
"Fel, si Febri ada WA gue, katanya dia mau out dari dance" ucap Clarin yang baru saja mendapatkan pesan singkat dari Febri. Dimana gadis itu berkata jika Febri akan keluar dari ekskul dance.
Fely menoleh heran, begitu juga dengan Kai dan juga Nindi. Bahkan, Clarin yang mendapatkan pesannya juga ikut kaget karna ini sangat mendadak sekali.
"Ko gitu?" tanya Kai.
"Gue ga tau, katanya dia mau out aja ini" jawab Clarin.
"Ga papa, biarin aja. Kita fokus aja sama latihan kita sama kompetisi yang akan kita jalanin nanti. Buat gantinya si Febri, gue mau adain audisi dulu, nanti gue bakal bilang sama coach" jawab Fely bersikap tenang. Walaupun dalam hatinya Fely tidak tenang atas keluarnya Febri dari dance. Karna Fely yakin, jika keluarnya Febri ini ada kaitannya dengan marahnya Febri padanya.
Barra hanya bisa diam saat melihat mata Fely yang sangat menunjukan seberapa tidak tenangnya gadis itu. Tapi, Barra tidak bisa berbuat apa-apa saat ini. Karna Barra sangat mengerti posisi mereka sedang dimana sekarang. Barra hanya bisa berbicara dengan Fely saat dirumah nanti. Ia hanya bisa berharap konsentrasi Fely tidak akan buyar setelah ini.
***
Fely segera memasuki kamarnya saat ia baru saja pulang sekolah. Disana ia bisa melihat Barra yang sedang asyik merebahkan diri diatas kasur dengan tangannya yang asyik memainkan hp. Fely menghampiri suaminya itu terlebih dahulu, sebelum Fely bergegas mandi karna tubuhnya yang sudah dirasa tidak nyaman sekali itu.
"Mau jalan ga?" Tanya Barra saat Fely menyalami tangannya. Fely menggelengkan kepalanya lesu.
Fely memang masih memikirkan masalahnya dengan Febri. Sampai-sampai temannya itu memilih untuk keluar dari dance hanya Karna Fely sudah menikah dengan Barra. Apakah sedalam itu cinta Febri pada Barra?
"Fel, lo mikirin masalah si Febri ya?" Tanya Barra.
Fely tidak menjawabnya. Ia memilih untuk mandi saja terlebih dahulu. Badannya sudah benar-benar tidak nyaman kali ini.
"Gue mau mandi dulu Bar, ga nyaman banget ini". Barra hanya bisa menganggukan kepalanya. Ia tidak bisa memaksa Fely kali ini.
Saat Fely mandi, Barra mendengar suara pintu kamarnya yang diketuk. Dengan segera Barra membuka pintu kamarnya untuk melihat siapa yang berada didepan pintu.
"Mama, kenapa?" Tanya Barra saat melihat Lita berdiri didepan pintu kamarnya.
"Fely mana Bar?" Tanya Lita balik. Karna memang tujuannya kesini itu untuk melihat Fely. Lita bisa merasakan Fely yang terlihat murung saat baru sampai rumah tadi. Karna, Fely yang menemui Lita terlebih dahulu, karna Lita yang sedang menonton tv diruang keluarga.
"Lagi mandi" jawab Barra sekenannya.
"Nanti Barra kasih tau Fely kalo mama nyariin, atau mama mau masuk aja terus ketemu sama Fely?" Tanya Barra.
"Mama mau ngomong aja sama kamu" ucap Lita lalu masuk kedalam kamar putranya yang kini rapi sekali. Tidak seperti dulu, saat belum menikah kamar Barra sudah seperti kapal pecah saat Barra berada didalamnya.
Barra sedikit menyerngitkan alisnya karna merasa bingung atas Lita yang mencari Fely, tapi malah ingin berbicara padanya. Tapi, Barra memilih untuk menaikan bahunya, menutup pintu dan berjalan untuk duduk didekat ibunya yang sudah duduk di sofa.
"Kenapa, ma?" Tanya Barra lagi saat Barra sudah duduk didekat Lita.
"Kamu berantem sama Fely?" Tanya Lita langsung. Dengan segera Barra menggelengkan kepalanya. Karna memang dirinya tidak ada masalah dengan Fely.
"Jangan boong Bar" ucap Lita lagi.
"Ngga ma, kita ga berantem" jawab Barra.
"Tapi, mama bisa rasain kalo Fely itu lagi murung. Terus dia kenapa dong kalo ga berantem sama kamu?" Tanya Lita lagi, karna jujur saja Lita tidak percaya pada Barra.
Barra menarik nafasnya sebentar. Lalu ia menceritakan dari awal tentang masalah Fely dengan Febri pada Lita. Tentu saja Lita kaget mendengar ucapan dari anaknya itu.
"Terus, sekarang gimana?" Tanya Lita saat Barra sudah menjelaskan semuanya pada wanita paruh baya itu.
"Ya, jujur sih Barra ga tau. Cuman, Fely sedih aja sekarang karna Febri jauh sama dia. Ma, Fely ga bisa kalo dijauhin sama temennya".
"Bar, mama ga mau tau ya. Kamu hibur Fely, jangan sampe dia sedih. Mama ga mau menantu mama itu sedih karna masalahnya. Kamu itu suaminya, kamu harus bisa hibur Fely, bikin Fely ngerasa kalo dia ga sendiri".
"Ma, tanpa mama minta juga Barra udah lakuin itu. Tapi, Fely tetep aja kefikiran sama masalahnya. Fely takut kalo Febri bakalan bocorin semuanya ke pihak sekolah". Lita menarik nafasnya sebentar. Ini juga karna salahnya juga. Menikahkan Barra dengan Fely saat keduanya masih remaja. Masih duduk di bangku SMA. Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Lita tidak mungkin meminta Barra dan Fely untuk berpisah. Karna, Lita juga sudah sangat sayang sekali pada Fely. Melebihi rasa sayang Lita pada Barra.
"Bar, kalo sampe itu semua terjadi, mama sama mommy ga akan tinggal diem. Tugas kamu sekarang, kamu hibur Fely. Jangan bikin dia ngerasa sendiri oke?". Barra menganggukan kepalanya.
Selang beberapa menit, Fely sudah selesai mandi. Ia menghampiri Barra dan juga Lita yang dimana Fely tidak tahu sejak kapan ibu mertuanya itu berada disana. Karna seingatnya, sebelum Fely masuk kedalam kamar mandi, Barra masih asyik merebahkan diri di atas kasur.
"Loh ada mama?" Tanya Fely lalu duduk didekat Lita.
"Fel, baru selesai mandi?" Tanya Lita balik. Fely menganggukkan kepalanya.
"Mama ada urusan sama Barra. Tapi udah selesai. Kamu istirahat ya, kata Barra kamu baru selesai latihan, pasti capek" lanjut Lita yang mendapat anggukan dari Fely.
"Iya ma" jawabnya singkat.
"Ya udah, kalo gitu mama keluar dulu ya". Fely hanya menganggukan kepalanya kembali.
Sepeninggal Lita, Fely merebahkan dirinya diatas sofa, dengan paha Barra yang menjadi bantalannya. Ntah kenapa, hari ini sangat melelahkan sekali baginya.
"Bar, gue masih kefikiran si Febri" ucap Fely.
"Fel, udah gue bilang berapa kali? Biarin dia. Jangan mikirin hal yang ga seharusnya lo fikirin" jawab Barra yang kini sedang mengelus kepala Fely dengan lembut.
"Tapi, dia sampe keluar dari dance loh". Fely tidak bisa membohongi Barra dengan ekspresinya yang terlihat sangat sedih sekali itu.
"Fel, dia udah nunjukin kalo dia ga tulus temenan sama lo. Jadi, buat apa lo sedih? Mana Fely istri gue yang ga pernah mikirin hal yang ga penting buat dirinya?". Fely terdiam sejenak. Mencermati apa yang Barra ucapkan padanya barusan.
"Iya juga ya, ngapain gue mikirin si Febri yang ga ada untungnya sama sekali buat gue?" Tanya Fely yang mulai sadar.
"Nah itu tau. So, stop buat mikirin apapun yang ga ada gunanya buat lo. Fikirin aja kompetisi yang bakalan lo jalanin sama anak dance yang lain. Ditambah, ujian kenaikan kelas yang ga akan kerasa banget waktunya". Fely tersenyum lalu bangkit dari tidurnya. Duduk didekat Barra dengan wajahnya yang menghadap pada Barra.
Sedetik kemudian, Fely memeluk Barra. Ntah kenapa, semangatnya kini sudsh kembali ada pada diri Fely. Karna Barra yang sudah menyadarkannya. Terutama, Barra tidak pernah membiarkan Fely merasa sendirian belakangan ini.
"Makasih ya Bar. Lo ga pernah buat gue ngerasa sendirian" ucap Fely yang masih memeluk Barra. Barra membalas pelukan Fely.
"Ga usah bilang makasih, itu udah jadi kewajiban gue sebagai suami lo. Asal lo janji, jangan lo kaya gini lagi ya? Gue ga suka liat lo sedih kaya gini". Fely menganggukan kepalanya. Lalu ia mendaratkan ciumannya pada pipi Barra. Ntah kenapa, ia ingin sekali mencium pipi Barra untuk ucapan trimakasihnya pada lelaki itu. Lelaki yang selalu ada untuk Fely saat Febri sudah mengetahui semuanya. Saat Febri menjauhinya, bahkan Febri yang memilih hengkang dari ekskul dance yang dipimpin oleh Fely itu. Dimana Fely tau dengan pasti, menjadi dancer terbaik adalah suatu hal yang paling Febri impikan selama ini.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part