Part 17

1190 Words
Barra menghampiri Lita dan juga Fely yang masih setia berada diruang tengah. Ntah apa yang sedang dibicarakan oleh istri dan ibunya itu. Barra tidak ingin mengupingnya. Ia hanya ingin Fely tidak salah faham lagi saja terhadapnya. "Fel, ga mau ganti baju dulu? Biasanya kan lo paling ga betah" ucap Barra sambil duduk disebelah Fely. Fely tidak menjawab pertanyaan dari Barra. Ia memilih untuk menutup mulutnya tepat saat pertama Barra bersuara. Ia tidak ingin berbicara pada suaminya itu untuk saat ini. "Barra, mama mau ngomong sama kamu" ucap Lita yang mengajak putranya itu untuk kekamar Lita. Barra tidak langsung mengiyakan, ia justru memilih untuk bertanya lagi pada Fely. Karna Fely benar-benar mendiamkannya hari ini. "Fel, lo kenapa sih?" Tanya Barra lagi. "Barra ayo ikut mama" Lita kembali bersuara. Mau tidak mau Barra kini mengikuti ibunya itu. *** Barra sudah berada dikamar orang tuanya. Memang Lita sengaja membawa anaknya itu untuk diberi tahu jika apa yang Barra lakukan itu salah. "Ada apa sih ma?" Tanya Barra. "Barra, mama ga mau basa basi ya. Mama udah denger semuanya dari Fely". "Denger apa ma?". "Soal kamu sama Jihan". Barra memejamkan matanya. Rupanya Fely bercerita tentang apa yang tadi terjadi. Padahal, niat Barra hanya ingin membantu saja, tidak lebih. "Ma, aku ga ada apa-apa sama Jihan". "Barra, mama tau kamu itu anak yang baik. Kamu ga akan diem kalo temen kamu kesusahan. Tapi, tolong lah nak, sekarang ada hati yang harus kamu jaga. Mama ga mau ya denger lagi tentang apapun itu yang bersangkutan sama Jihan". "Ma, tadi dia mogok mobilnya. Lagian ga lama ko sebentar doang". "Barra, stop buat cari pembelaan. Sekarang, kamu minta maaf sama istri kamu. Jangan pernah lakuin kesalahan yang sama sebelum kamu nyesel nantinya". Setelah berkata itu, Lita mengajak Barra untuk keluar dari kamarnya. *** Sekitar jam 7 malam, Fely, Lita dan juga Bi Inah sedang sibuk didapur untuk memasak makan malam kali ini. Lita memang sudah berjanji ingin mengajari menantunya itu untuk masak makanan kesukaan Barra. Karna Fely juga ingin bisa, maka ia menyetujuinya. Barra yang baru saja turun dari kamarnya segera menghampiri Fely. Karna sejak pulang sekolah tadi, Fely masih nggan berbicara pada Barra. Sampai detik ini, Barra belum mendapatkan maaf dari Fely. Padahal ia rasa, menolong Jihan itu tidak ada salahnya. "Belajar masak Fel?" Tanya Barra basa basi. Fely yang sedang asyik memasak udang saus tiram, makanan kesukaan Barra itu tidak ada niatan untuk menjawab pertanyaan dari Barra. "Kalo suami nanya itu jawab" ucap Barra yang sudah mulai kesal karna Fely masih tidak mau berbicara dengannya. "Menurut lo gue lagi ngapain?" Tanya Fely balik. "Dari pada lo cuman mau basa basi, mendingan lo bawain makanannya ke meja makan" lanjut Fely. Fely memang sudah tidak segan untuk menyuruh Barra ini itu. Walaupun didepan ibu mertuanya, Fely masih tetap berani menyuruh Barra. "Iya Bar, mendingan simpen makanannya gih" timpal Lita. Dengan sedikit malas-malasan, Barra membawa masakan ketiga wanita yang masih berkutat didapur itu keatas meja makan. Tidak perlu waktu yang lama, hanya sekitar 10 menit semua hidangan sudah berada diatas meja makan. Fely yang sudah mempunyai tempat duduk sendiri yaitu disamping Barra, ia langsung duduk ditempat biasa ia duduk. Begitupun dengan Lita dan Barra. Barra menyodorkan piring kosong pada Fely. Fely menerimanya, lalu ia membawa nasi serta lauk pauknya untuk suaminya itu. Setelah dirasa cukup, Fely menaruh piring Barra tepat didepan suaminya itu. "Makasih" ucap Barra yang berharap Fely akan menjawabnya. "Liat Barra, Fely ga suka sama sikap kamu aja, dia masih mau layanin kamu. Yang harus kamu jaga itu perasaan istri kamu. Nanti kamu apa-apa sama Fely bukan sama temen-temen kamu" ucap Lita yang berhasil membuat Fely menahan tawanya. Jika bukan karna rasa kesalnya pada Barra yang masih tersisa, mungkin saja tawa sudah keluar dari mulut Fely. "Iya ma" jawab Barra. Ketiganyapun kini menyantap makan malam tanpa suara. Karna tidak ada yang berani membuka pembicaraan malam ini. *** Barra memeluk Fely yang baring sambil membelakanginya. Ia harus bisa mendapatkan maaf dari istrinya itu. Benar yang Lita katakan, jika Fely lah yang akan selalu ada untuknya. Apapun yang Barra lakukan, Felylah yang akan selalu terlibat. "Fel, lo masih marah?". Tanya Barra yang berkali-kali menciumi kepala istrinya itu. Berkali-kali Fely menolak ciuman dari Barra. Tapi, berkali-kali pula Barra berusaha untuk bisa mencium istrinya itu. "Gue minta maaf ya kalo gue nyakitin lo" ucap Barra lagi. "Fel, jangan diemin gue gini dong" Fely masih tidak bergeming. Sejujurnya Fely sudah memaafkan Barra. Fely hanya ingin mengerjai suaminya itu agar Barra kapok. Fely sudah muak dengan segala hal yang berkaitan dengan Jihan. "Gue ngantuk" kalimat itu yang keluar dari mulut Fely. Masih dengan posisi yang sama. Fely tidak ingin tidur sambil menghadap Barra. "Ngantuk ya?" Tanya Barra lagi. Fely tidak menjawabnya. "Fel, janji deh ga akan lagi. Tapi maafin gue ya??' Tanya Barra lagi. Fely masih tidak bergeming. Tapi, bibirnya tersenyum bahagia karna Barra segitunya untuk mendapatkan maaf dari Fely. Tapi, belum berati Fely akan berhenti untuk mengerjai Barra. "Fel, udah tidur ya?? Ya udah deh, good night my wife" Barra sudah menyerah untuk mengajak Fely berbicara. Sepertinya Fely juga sudah terlelap. Barra mencium pipi Fely sebelum ia tidur. Ntah apa yang mendorongnya. Mungkin karna Barra rasa Fely adalah istrinya, jadi Barra memperlakukan Fely layaknya semua lelaki memperlakukan istrinya. *** Suara adzan subuh sudah berkumandang. Fely terbangun dari tidurnya. Sebelum ia mengambil wudhu, Fely membangunkan Barra terlebih dahulu. Karna Barra paling susah jika dibangunkan subuh-subuh. "Barra bangun udah subuh" Fely menepuk-nepuk tangan Barra yang masih setia melingkari pinggangnya. "Hmmm" jawab Barra yang masih memjamkan matanya. "Bangun subuh, nanti lanjut tidur laginya abis sholat aja" ucap Fely lagi. Akhirnya Barra terbangun juga. Barra mengambil wudhunya lalu diikuti Fely. Hanya butuh waktu 15menit saja keduanya sudah siap untuk melaksankan ibadah sholat subuh. Sejak menikah, Barra dan Fely memang selalu sholat berjamaah, kecuali saat keduanya berada disekolah. Barra juga sudah terbiasa menjadi imam sejak menikah dengan Fely. Setelah melaksanakan ibadah sholat subuh, Barra membalikan badannya untuk menyodorkan tangannya agar Fely mencium telapak tangannya. Sebuah kebiasan beberapa hari terakhir. "Fel, gue minta maaf ya soal kemarin" "Gue ga mau bahas". Jawab Fely sambil melepaskna mukenanya. Tidak lupa Fely melipat mukenanya agar terlihat rapi. "Tapi-". "Bar, udah gue ga mau bahas. Yang udah mah udah aja. Tapi, sekali lagi gue ingetin. Gue ga suka dan ga akan pernah suka atas apapun yang lo lakuin kedia ataupun dia ke elo. Disekolah mungkin gue ga bisa pisahin kalian. Gimanapun kalian udah kebiasaan bareng-bareng. Gue cuman harap, perlahan lo jauhin dia kalo lo bener-bener anggap gue sebagai istri lo" Fely bangkit dari duduknya. Ia juga meminta sejadah Barra agar Fely menyimpannya ditempat ia menyimpan alat sholat dirinya dan juga Barra. Setelah itu, Fely kembali tidur. Karna Fely dan Barra memang selalu kembali tidur jika sudah mengerjakan sholat subuh. Barra mengikuti Fely menaiki tempat tidur. Setelah Barra memeluk Fely, keduanya kembali terlelap sampai esok pagi. Baik Fely ataupun Barra tidak ada yang bersuara lagi saat ini. Keduanya justru terlelap dengan nyenyak. Apalagi Barra, jika sudah memeluk Fely, ia akan semakin mudah untuk terlelap. Karna memang senyaman itu jika tidur sambil memeluk istrinya. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD