Part 15

2003 Words
Fely dan Barra mengganti sprei sebelum keduanya berangkat kesekolah. Saat mereka bangun subuh tadi, Fely melihat adanya darah di sprei tepat dirinya tertidur. Fely dan Barra menyadari apa yang mereka perbuat semalam akhirnya memilih untuk mengganti sprei dan Fely akan mencucinya sendiri karna ia takut ketahuan oleh Bi Inah. Fely sedikit kesusahan saat berjalan, efek dari apa yang dirinya perbuat dengan Barra. Melihat cara berjalan Fely yang aneh membuat Barra merasa jika kaki Fely masih belum sembuh. "Kenapa jalannya gitu sih? Kaki lo masih sakit?" tanyanya polos. Fely mendelik tajam pada Barra. Tidak ingatkah Barra siapa yang membuat Fely seperti sekarang?. "Gara-gara lo juga" jawab Fely kesal. Ia berjalan menuju meja riasnya untuk membenarkan rambutnya yang sengaja ia gerai untuk menutupi tanda merah yang kembali Barra buat dilehernya. "Ko gue?". "Menurut lo aja" jawab Fely kesal. Barra berjalan menghampiri Fely. "Masih sakit ya? Jangan sekolah dulu aja kalo sakit" ucap Barra. "Ngga ah gue mau sekolah, ntar lo bolos lagi yang ada" tolak Fely. "Kalo ada apa-apa telfon gue langsung". Fely menganggukan kepalanya. Keduanya kini keluar dari kamar untuk melakukan sarapan bersama Lita yang sudah menunggu mereka dibawah. *** "Fel, you okay?" tanya Lita pada Fely saat melihat cara berjalan Fely. Fely menarik kursi disebelah Barra sebelum menjawab pertanyaan dari ibu mertuanya itu. "I'm okay" jawab Fely berbohong. Sedangkan Barra berdehem. "Beneran? Kamu kaya ngga nyaman gitu jalannya" tanya Lita lagi. Barra tersedak saat mendengar ucapan dari ibunya itu. Karna Barra yang sedang meminum s**u penambah ototnya. Lita kini menoleh pada putra semata wayangnya. "Kenapa kamu Bar?" tanyanya. "Ngga ma". alibi Barra. Dengan segera Barra meminum susunya lalu ia pamitan kepada istri dan ibunya karna Barra tidak ingin mendengar pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut ibunya. "Fel, ma, Barra kesekolah dulu ya". Barra menyodorkan tangannya pada Fely, Fely mencium tangan Barra lalu setelah itu Barra mencium kening Fely. Barra juga menyalami tangan Lita sebelum ia bangkit berdiri. "Loh ga bareng?" tanya Lita. "Ngga ma, Fely dianter sama pak Tio" jawab Fely yang mendapat anggukan dari mertuanya itu. "Padahal kalian searah" "Biar ga ada yang curiga aja ma". *** Fely memasuki kelasnya yang cukup jauh dari gerbang sekolah. Memang sepertinya Fely harus ikut dengan Barra untuk pergi kesekolah. Buktinya ia sedikit kesusahan saat berjalan. Kakinya yang masih ada sedikit nyeri dibagian pergelangan, ditambah bagian sensitfinya yang masih terasa ngilu. Clarin, Kai, Febri dan juga Nindi memperhatikan Fely saat ini. Bahkan Kai sampai berdiri untuk membantu Fely berjalan dan duduk di mejanya. "Lo keapa sih? Kakinya masih sakit?" tanya Kai. "Ngga" jawab Fely setelah ia duduk. "Tapi jalan lo aneh, kaya kodok" timpal Clarin dengan polosnya. "Sialan, kaki gue sedikit sakit aja. Gue jalan dari gerbang kesini soalnya" jelas Fely. Tentu saja Fely berdusta. Teman-temannya tidak boleh mengetahui apa yang sudah terjadi semalam sehingga membuatnya menjadi seperti ini. "Gila lo, kan disuruh istirahat dulu itu kaki" ucap Febri. "Gue bosen dirumah" "Tumben" jawab Kai. Fely mendelik pada temannya itu. Selang 5 menit, guru yang mengajar dikelas mereka datang. Perbincanganpun terhenti seketika sampai berakhirnya jam pelajaran. *** Dikantin, saat jam istirahat sudah tiba Barra mendapat pesan dari istrinya. Dengan segera Barra membaca dan membalasnya. Cia Bar, gw lper gw ga bsa kekantin B Mau apa? Cia Ga tau, trserah aja B Siomai mau? Cia Kan udh kmrin B Trus apa? Cia Mie ayam boleh? B Boleh, tpi ga pds ya? Cia Dikiiiittttt aja yaa suamikuuu :* B Ok, kli ini gw turutin Barra kini bangkit berdiri untuk membelikan mie ayam untuk Fely. Jihan yang duduk disebelah Barra menoleh pada lelaki itu. Jihan juga sempat menahan lengan Barra, tapi ditepis langsung oleh pria itu. "Barra mau kemana?" tanya Jihan. "Gue mau beli makan" jawabnya lalu segera pergi dari mejanya dengan Jihan yang memperhatikan punggungnya. "Jihan, kenapa kalian ga jadian aja sih?" tanya Ansel pada teman wanitanya itu. Jihan menoleh pada Ansel yang duduk kursi sebelah kirinya. "Atau jangan-jangan kalian udah pacaran tapi ga di publish?" tanya Vino. "Barra aja ga pernah nembak gue" jawab Jihan. "Serius lo?" tanya Vino. Jihan menganggukan kepalanya. "Padahal kalian cocok tau" ucap Ansel. "Tapi, waktu itu gue liat si Barra jalan sama cewek" ucap Haykal yang baru ingat tentang Barra yang makan bersama seorang wanita. Walau Barra berkata jika sosok itu merupakan saudaranya, tetap saja Haykal tidak percaya. "Siapa?" tanya Jihan. "Gue ga tau, namanya siapa ya gue lupa" Haykal mencoba mengingat siapa nama dari wanita yang pernah ia temui sedang makan bersama Barra. "Lo cemburu ya?" tanya Luthfi. "Ng.. ngga" alibi Jihan. "Gue perhatiin si Barra juga keseringan main hp sekarang, biasanya kalo kumpul sama kita kan gak pernah mainin hp" komentar Kamal. "Iya ya, dia ada cewek kali" ucap Nizam. "Gue juga pernah mergokin dia senyam senyum ga jelas lagi chattingan sama orang" lanjutnya. Disini, Jihan semakin tidak bisa mendengarkan apa yang sedang teman laki-lakinya bahas. Jika boleh jujur, Jihan cemburu mendengar semua ini. Ia memilih untuk kembali ke kelasnya saja dari pada mendengarkan apa yang akan dibahas lagi tentang Barra yang sepertinya memiliki kekasih. Jika harus diingat juga, Barra pernah membeli makan dua porsi yang kata Barra itu untuk diberikan pada seseorang dan itu bukan Jihan. Apa mungkin Barra memiliki kekasih dan gadis itu satu sekolah dengannya?. *** Fely sedang memainkan hp nya saat penjual mie ayam datang ke kelasnya untuk mengantarkan makanan yang Fely yakini itu pemberian dari Barra. Tidak hanya mie ayam, Barra juga membelikannya beberapa cemilan dan ice cream sebagai makanan penutup. "Makasih mas, udah dibayar ya?" tanya Fely. "Udah mbak. Kata mas Barra diabisin sama mbak jangan keluar kelas" jawab Mas Yanto yang mengantarkan pesanan Fely. Sepertinya mas Yanto hanya mengira Barra dan Fely hanya berpacaran saja. Fely tidak masalah selama hanya penjual saja yang mengetahuinya. Karna Barra sudah sering membelikannya makanan disekolah. "Iya mas, makasih sekali lagi" "Kalo udah abis, mbak Fely hubungin saya aja" Mas Yanto segera keluar dari kelas Fely. Fely memang sengaja tidak ikut dengan teman-temannya karna ia belum siap untuk berjalan jauh. Fely takut merepotkan teman-temannya nanti. Lebih baik Fely menghubungi Barra saja yang akan selalu sedia membantunya. Bahkan tidak dimintapun Barra pasti akan menolongnya. "Fely gue beliin ini buat lo" terdengar suara Clarin yang semangat sambil membawa makanan kesukaan Fely kedalam kelas. Tapi, senyum Clarin pudar seketika saat melihat Fely yang sedang makan. Fely menoleh pada Clarin. "Yahhh, kapan ke kantinnya?" tanya Clarin sedih. "itu buat gue?" tanya Fely menoleh kearah sekantong makanan yang ada ditangan sahabatnya. Clarin menganggukan kepalanya. "Sini gue makan aja" lanjut Fely. "Tapi lo udah ada itu" "Sini gue bilang" Clarin duduk disamping Fely dengan menaruh makanan yang ia beli untuk Fely. "Lo mau ini ga? Buat nyemil gue dibeliin cowok gue kebanyakan. Makanan itu tetep buat gue" Clarin tersenyum hambar. "Sini biar gue makan" Fely merebut makanan yang ada didepan Clarin. Fely sejujurnya tidak enak pada Clarin. Clarin yang dengan sengaja membelikan makanan untuknya tapi Fely malah meminta makanan pada Barra. Alhasil ia memakan makanan yang sahabatnya beri padanya. Untuk membuat Clarin tidak sedih. "Gue masih laper tenang aja. Cemilannya aja yang kebanyakan ini" ucap Fely. Senyum kini terukir dari wajah Clarin karna Fely sudah memakan makanan pemberiannya. "Fel kalo lo kenyang ga usah dimakan" "Ngga gue masih laper" jawab Fely. Karna melihat Fely yang sedang makan dan makanan milik gadis itu banyak, Clarin memilih untuk membantu Fely menghabiskan makanannya. Karna Clarin tahu jika Fely tidak akan kuat memakan semua makanan yang ada didepannya. "Fel cowok lo yang mana sih?" tanya Clarin. "Dia tajir ya? Ini makanan banyak banget buat lo?" tanya Clarin lagi. "Udah, makan aja kalo lo mau". *** Barra menghubungi Fely sebelum jam pulang sekolah agar Fely tidak meminta jemput pada Pak Tio. Barra memang memperhatikan Fely yang berjalan cukup kesusahan dari kelasnya menuju gerbang sekolah. Barra yang tidak tegapun melarang istrinya itu untuk meminta jemput karna Barra memaksa Fely untuk pulang bersamanya. Setelah situasi sekolah sudah sepi, Barra menghampiri Fely kekelas gadis itu. Barra menjemput Fely untuk memapah Fely berjalan. Dengan bantuan Barra setidaknya Fely tidak terlalu kesusahan sampai parkiran nanti. "Diluar udah aman kan Bar?" tanya Fely memastikan. Barra menganggukan kepalanya. Lalu keduanya segera keluar dari kelas menuju parkiran sekolah dengan langkah yang hati-hati. *** "Bar tau ga, Clarin tadi sedih banget liat gue makan makanan kiriman lo" curhat Fely pada suaminya yang sedang fokus menyetir. "Kenapa?" tanya Barra. "Ternyata dia udah beliin gue makan, eh gue malah makan makanan kiriman lo". "Bagus dong dia sayang sama lo" "Iya, jadi gue abisin semuanya. Kayanya gue ga akan makan malem abis ini" ucap Fely yang langsung mendapat tatapan tajam dari Barra. "Enak aja, makan ya makan" ucap Barra. "Gue kan masih kenyang" "Felysia Inez Gianina". Fely terdiam saat Barra menyebutkan nama lengkapnya. Karna jika sudah seperti ini, Barra sudah serius padanya. *** Tepat jam makan malam, Fely mengambil nasi hanya sedikit untuk dirinya sendiri. Jika bukan karna paksaan dari Barra, ia tidak akan makan malam, malam ini. Karna sejujurnya Fely masih kenyang. Apa lagi berat badannya sudah naik semenjak menikah dengan Barra. Sebagai anggota dance, Fely harus bisa menjaga berat badannya. Karna Fely harus terlihat sangat cantik dan modis saat tampil nanti. Mulai besok ia akan diet dengan memaksa Barra agar tidak menyuruhnya makan lagi. "Nasinya tambahin" ucap Barra memerintah. "Bar gue masih kenyang" jawab Fely. "Suami kalo ngomong itu dengerin, turutin jangan dibantah". Fely terdiam sekarang. Ia tidak berani membantah Barra. Apa lagi sekarang didepannya ada Lita, mertuanya. "Barra, jangan keras-keras kalo ngomong sama istri kamu" nasihat Lita. "Dia susah banget makannya" "Kan tadi disekolah udah makan banyak, lo juga yang kirimin makanannya" jawab Fely. "Itu makan siang Fely, ini udah jam berapa?" "Barra kiloan gue naik, gue mau kompetisi, dan kostumnya lagi dijait nanti kalo kekecilan gimana?" "Bikin ulang" jawab Barra santai. "Barra udah, Fely mungkin masih kenyang. Jangan dipaksa" bela Lita pada menantunya. Barra memilih untuk terdiam. Semenjak menikah memang Lita selalu membela Fely dalam hal apapun. Lagi pula tidak baik bagi Barra melawan ibunya sendiri. *** Fely merebahkan dirinya diatas kasur setelah ia memakai skin care malamnya. Rutinitas yang Barra selalu lakukan juga setelah menikah dengan Fely. Itupun Fely yang memakaikannya pada Barra. "Lo udah ngantuk Fel?" tanya Barra yang masih duduk diatas ranjang, sedangkam Fely baru saja memejamkan matanya. "Lumayan" jawab Fely dengan memejamkan matanya. "Gue mau lo" ucap Barra. Fely yang mengerti maksud dari Barra pun sontak membuka matanya. Fely melihat kearah Barra yang kini sudah menatapnya juga. "Mau banget?" tanya Fely. "Ya, kalo lo ga mau sih ga papa gue ga akan maksa" jawab Barra. Fely kini terbangun dari baringnya. Ia duduk bersampingan dengan Barra. Tapi, Fely masih belum memberi jawaban atas permintaan Barra. Membuat pria itu kebingungan sekarang. Jujur saja Barra salah tingkah saat meminta haknya sebagai suami pada Fely. Tapi, jika mengingat kejadian kemarin malam, mebuat Barra ingin mengulanginya lagi. "Ya udah" setelah mendengar persetujuan dari Fely, Barra mematikan kap lampu yang ada disebelahnya. Barra mulai medekati wajah Fely, menepis segala jarak yang ada padanya dengan Fely. Dan malam ini kembali menjadi saksi apa yang Fely dan Barra lakukan. Sebuah hal yang menurut semua orang adalah surga dunia. Baik Barra ataupun Fely menikmati semua sentuhan satu sama lain malam ini. Kejadian kemarin malam kembali terulang lagi dan lagi malam ini. Baik Barra maupun Fely bisa dibilang sudah mulai candu satu sama lain. Rasa malu diantara keduanya juga perlahan hilang seiring berjalannya waktu. Mereka sudah sangat menyadari dan menerima takdir jika mereka memang sudah berjodoh. Walaupun perasaan mereka belum tumbuh besar dan tidak ada satupun yang mengutarakan, tapi rasa nyaman sudah bisa mereka rasakan. Rasa nyaman yang belum pernah mereka rasakan pada mantan-mantan mereka terdahulu. Fely dan Barra mengerang saat keduanya mencapai puncaknya berkali-kali berbarengan. Setelah itu Barra dan Fely memilih untuk tidur karna sudah tengah malam. "Makasih Fel" ucap Barra sambil mencium kening Fely. Fely tidak mau kalah, ia mencium pipi Barra. "Makasih juga ya Bar" ucapnya lalu memeluk tubuh Barra saat suaminya itu memeluknya juga. Keduanya kini terelelap dengan perasaan bahagia layaknya kemarin malam. Senyuman juga terukir diwajah keduanya malam ini. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD