Bab 5 - Gean Selamat

1630 Words
Gean membuka matanya secara perlahan begitu sinar matahari menerpa wajahnya. Kelopak matanya yang sejak semalam tertutup, hari ini akhirnya terbuka lebar dan menunjukkan manik matanya yang begitu tajam. Gean memandangi langit-langit ruangan berwarna putih yang pertama kali menyapa dirinya setelah kegelapan tadi malam membawanya entah ke mana. Gean menarik napasnya kuat kemudian menghembuskannya dengan pelan. Setelahnya, dia menatap sekeliling ruangan yang keseluruhan berwarna putih juga. Beberapa kali kelopak matanya tertutup kemudian terbuka. Sempat merasa hidupnya sudah berakhir tadi malam, akhirnya dia tau jika dirinya masih selamat dan berada di mana dirinya sekarang. Rumah sakit. Ya, tempat yang ditempati dirinya saat ini adalah rumah sakit. Dia kira, hidupnya benar-benar sudah berakhir di tangan para perampok itu. “Ibu ....” Suara Gean yang masih serak terucap, mana kala dia melihat ibunya membuka pintu kamar yang berada di depannya. Airyn yang mendengar suara putranya, tentu saja menoleh cepat dan melihat Gean yang sudah tersadar, seketika itu juga manik mata Airyn berkaca-kaca. “Gean, kamu sudah siuman, Nak?” tanya Airyn kemudian memegang tangan Gean dan sebelah tangannya mengusap wajah Gean yang tersenyum tipis ke arahnya. “apa ada bagian tubuhmu yang sakit? Ibu akan panggilkan dokter dulu.” Lanjut Airyn tergesa, dan berhasil Arvyn cegah dengan mengatakan. “Jangan khawatir, Bu. Aku baik-baik saja. Tidak ada yang sakit, sungguh.” “Hiks! Kamu membuat ibu takut, Gean.” Airyn memeluk Gean dan menumpahkan air matanya lagi. Melihat Gean yang sudah tersadar tentu saja membuatnya sangat bahagia. “berjanjilah, Nak. Jangan lagi membuat Ibu ketakutan seperti semalam.” Lanjut Airyn dan Gean hanya bisa mengangguk. “Aku berjanji, Bu. Jangan menangis lagi.” Airyn pun melepaskan pelukannya. Sekilas, dia mengusap air matanya yang masih mengalir membasahi pipinya yang mulai menua. Dia tau Gean sudah dewasa, dan bisa menjaga dirinya sendiri. Tapi bagaimana pun, seorang anak tetaplah akan menjadi balita bagi ibunya. “Gean, apa yang kamu lakukan?” cegah Airyn begitu Gean melepaskan selang oksigen yang berada di hidungnya. “Aku baik-baik saja, Bu. Aku tidak membutuhkan ini lagi,” jawab Gean membuat Airyn hanya bisa menuruti apa pun yang putra sulungnya itu katakan. Gean menggeser sedikit posisi tubuhnya yang terlentang. Bagian perutnya yang mendapat luka tusukan terasa nyeri ketika dirinya bergerak. Perampok itu benar-benar berniat ingin membunuhnya. Beruntung wanita itu datang pada waktu yang tepat. Jika tidak, maka habislah ia. Wanita itu? “Jangan terlalu banyak bergerak, Gean. Kondisimu masih belum pulih. Tadi malam, kau di operasi,” tegas Airyn. Terkadang, sikap keras kepala Gean yang mirip Arvyn, membuatnya kesal. Ke dua pria itu, sama-sama seenaknya sendiri. “Punggungku terasa panas, Bu. Bisa membantuku dengan sedikit menaikkan brankar ini?” pinta Gean dan Airyn pun segera menurutinya. Dia menekan tombol pada remote sehingga tempat tidur Gean sedikit demi sedikit terangkat dan membuat posisi Gean setengah duduk. “Terima kasih,” ucap Gean dan Airyn mengangguk dengan senyuman mereka. Sopan santun yang dia ajarkan pada Gean sejak Gean masih kecil rupanya masih Gean ingat sampai sebesar ini. Ya, mengucapkan terima kasih adalah hal begitu berarti dalam hidup seseorang untuk menghargai manusia lainnya. Airyn mengambil mangkuk berisi bubur yang beberapa menit yang lalu seorang perawat bawa sebagai sarapan Gean. Dan syukurlah, Gean sudah siuman. “Sekarang, kamu harus makan,” ucap Airyn, dan Gean pun menurutinya. Ibunya pasti akan marah, jika dia menolak untuk sarapan. Dan akhirnya, dia pun sarapan dengan disuapi oleh ibunya. Hal kecil yang sudah lama tak dilakukan oleh ibunya sejak dirinya menjadi pria dewasa. “Apa kamu menginginkan sesuatu, Nak?” tanya Airyn setelah bubur yang dia suapi pada Gean tadi habis. Gean menggeleng pelan. Sebenarnya, rasa bubur itu hambar di lidahnya. Tapi, karena ibunya yang menyuapinya, bubur itu pun habis juga. “Tidak, Bu. Aku hanya ingin minum,” jawab Gean dan Airyn pun segera memberikan gelas berisi air putih yang juga sudah siap di sana. Setelahnya, dia meletakkan gelas itu pada tempatnya lagi. “Oiya, Ayah pergi sebentar. Katanya ada sesuatu yang penting. Sebentar lagi, pasti kembali.” Gean mengangguk pelan. Sepertinya, ayahnya sedang mengunjungi perusahaan untuk menghandle pekerjaannya sementara waktu mengingat kondisinya yang seperti ini. Tak apa. Dirinya memang butuh istirahat untuk sementara waktu sekaligus memfokuskan pencarian pada putri penipu yang saat ini pasti sedang bersembunyi agar tak tertangkap olehnya.  “Bu?” “Iya, Gean,” jawab Airyn sigap. “Boleh aku bertanya sesuatu?” tanya Gean. Dia memang  biasa bersikap lemah lembut pada sang ibu tercinta. “Katakan, Nak.” Gean menghembuskan napasnya pelan. Dia tidak tau, bagaimana situasi panik tadi malam begitu ibunya mendengar kabar jika dirinya menjadi korban perampokan dan masuk rumah sakit. Yang jelas, dirinya sudah membuat ke dua orang tua yang dicintainya itu khawatir berlebihan. “Ada di mana wanita yang membawaku ke sini? Aku ingin mengucapkan terima kasih,” ucap Gean membuat Airyn sedikit terkejut. “Jadi, yang menghubungi Ibu bukan pihak rumah sakit ini?” Airyn balik bertanya dan Gean pun tak mengerti. “Entahlah, Bu. Aku juga tidak tau. Aku hanya mengingat, saat seorang wanita datang kemudian memukul perampok yang menikam perutku dan setelahnya membawaku naik ke mobil dan aku tak mengingat apa pun lagi. Namun, aku yakin. Jika wanita itu lah yang membawaku ke sini,” jelas Gean membuat Airyn menatap tak percaya. Jangankan ibunya, dirinya pun keheranan. Bagaimana bisa wanita itu memiliki keberanian besar untuk menolongnya dan membawanya ke rumah sakit—sendirian sedangkan kondisinya saat itu sudah tak sadarkan diri? “Syukurlah, Tuhan masih memberimu seorang penyelamat, Gean,” ucap Airyn. “Ibu tak bisa membayangkan, jika wanita itu tak datang kemudian menolongmu.” Lanjut Airyn dan Gean menganggukinya. Perkataan ibunya benar. Tikaman pisau itu, pasti akan merobek perutnya jika wanita itu tak datang tepat waktu kemudian memukul perampok itu sehingga tikamannya sedikit meleset. “Jadi, ibu tidak bertemu dengan wanita itu?” tanya Gean sekali lagi dan Airyn menggelengkan kepalanya. “Ibu tidak bertemu siapa pun saat datang ke rumah sakit, Gean. Itulah mengapa, Ibu mengira jika yang menghubungi Ibu adalah pihak rumah sakit.” Jawaban Airyn kali ini, membuat Gean mengernyitkan sebelah alisnya. Seharusnya, wanita itu menunggu sampai keluarganya datang karena dia pun yakin, jika wanita itu juga yang sudah menghubungi ibunya. Aneh. Kenapa wanita itu meninggalkannya begitu saja? Apa ada sesuatu yang terjadi sehingga wanita itu pergi tanpa menunggu keluarganya datang? “Em, apa pihak rumah sakit mengatakan sesuatu pada, Ibu?” “Tidak,” jawab Airyn cepat. “pihak rumah sakit tidak mengatakan apa pun pada ibu selain tentang kondisimu.” Lanjutnya. Gean semakin dibuat penasaran. Wanita itu menolongnya, dan pergi begitu saja. Oke, mungkin saja kebaikan wanita itu tak ingin dibalas dengan materi atau apa pun. Tapi, setidaknya dia ingin mengucapkan terima kasih banyak atas pertolongan yang sudah wanita itu lakukan sehingga membuat dirinya selamat dan bisa bernapas hari ini. Sepertinya, dia harus mencari tau sendiri siapa kah wanita yang sudah menjadi malaikat dalam hidupnya setelah sehat nanti. Ceklek! Pintu ruangan itu kembali terbuka. Kehadiran Arvyn di sana, tentu saja di sambut dengan kebahagiaan karena Gean sudah siuman dan baik-baik saja. “Bagaimana kondisimu, Gean? Apa kamu baik-baik saja?” tanya Arvyn setelah mendekat dan memeluk Gean kilas. Gean mengangguk pelan.. “Aku baik-baik saja, Yah. Jangan khawatir,” jawabnya membuat senyuman Arvyn semakin lebar. Mengingat bagaimana kondisi Gean tadi malam tentu saja membuatnya sangat khawatir. Pelukan Arvyn terlepas. Sejenak dia menatap Gean kemudian Airyn secara bergantian. “Ayah, sudah melaporkan kasus ini ke polisi. Para perampok itu akan segera tertangkap dan mendekam di bui,” ucapnya dengan tenang. Namun tersimpan rasa gusar di sana. “keberadaan putri penipu itu juga sudah ditemukan. Sebentar lagi, kamu juga akan melihatnya berada di penjara setelah kamu sembuh, Gean.” Lanjut Arvyn membuat senyuman Gean mengembang tipis. Akhirnya, putri penipu ditemukan. Seharusnya, sudah dari kemarin wanita itu dia temukan. Sayang, drama keluarga yang tiba-tiba terjadi karena alasan perjodohan membuat rencananya batal sampai akhirnya dia harus kecelakaan dan berada di rumah sakit seperti sekarang. Menjadi pria lemah untuk beberapa saat. “Terima kasih, Yah. Putri penipu itu akan menyesal karena sudah menjadi anak Elliot.” *** Rian dan Kayla duduk berhadapan di ruang tamu kontrakan Kayla yang kecil. Suasana kembali hening, karena Kayla tak tau harus memulai percakapan bagaimana. “Kayla?” “Ya, Mas?” jawab Kayla sedikit kikuk. Salahkan dirinya yang terlalu berlebihan saat berinteraksi dengan orang yang baru dia kenal. Rian tersenyum tipis. Wanita seperti Kayla sudah langka ditemui. Sikap Kayla ini, seolah menunjukkan jika selama ini Kayla jarang berinteraksi dengan orang asing. “Apa kamu membutuhkan pekerjaan?” pertanyaannya kali ini, justru mendapat respons yang luar biasa dari Kayla. Kayla yang tadinya menunduk, malah menatapnya dengan mata berbinar. “Ya, Mas Rian. Aku memang sedang mencari pekerjaan,” jawab Kayla cepat. Untuk saat ini, dia memang membutuhkan pekerjaan untuk menyambung hidup. Masalah, kuliah akan dia pikirkan belakangan. Dia pun tidak mungkin masuk kuliah sedangkan situasinya sebagai buronan. “Aku punya teman. Saat ini, dia sedang membutuhkan seorang karyawan untuk menjaga butiknya. Jika kamu mau. Aku bisa merekomendasikan dirimu,” ucap Rian dan lagi-lagi membuat Kayla mengangguk semangat. “Aku mau, Mas.” “Baiklah. Sekarang, bersiaplah. Hari ini juga, aku akan mengantarmu ke sana. Bukankah, lebih cepat lebih baik?” Kayla mengangguk lagi. Dia tidak tau, harus membalas kebaikan Rian bagaimana. Rian baru mengenalnya, dan pria itu menaruh kepercayaan sebesar ini padanya. “Terima kasih banyak, Mas. Aku tidak tau, harus membalas kebaikan Mas Rian bagaimana,” ucap Kayla sambil memegang tangan Rian yang tadinya bertengger di atas lutut pria itu. Rian tersenyum tipis. Dia lantas berkata,” Jangan berlebihan, Kayla. Aku tau, kau gadis baik-baik yang bertanggung jawab. Aku percaya padamu.” Kayla turut tersenyum lebar di wajah cantiknya. Dia tidak menyangka, jalan hidupnya begitu Tuhan per mudah dengan memberinya Rian yang begitu baik dalam hidupnya yang begitu kesusahan. *** Terima kasih sudah membaca novel (Bukan)  Istri Pengganti ini.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD