Bab 4 - Korban Perampokan

1654 Words
Kayla membawa kantung plastik belanjaannya dengan wajah berbinar. Beruntung, dirinya masih selamat dan bisa pulang ke kontrakan berkat syal yang dipakainya sekarang. Saat masuk ke toko tadi, dia menutupi kepalanya menggunakan syal ini agar sedikit menyamarkan keberadaannya. Bagaimana pun, polisi pasti akan mencari keberadaannya lewat jejak digital. Kayla sesekali bersenandung kecil, sambil melewati jalan yang mulai sepi. Hari memang sudah malam, dan kesibukan orang-orang mulai berkurang. Jujur, dia sedikit merasa takut begitu melewati jalan sepi itu. Tapi, dia meyakinkan diri jika tidak akan ada apa pun yang terjadi padanya karena Tuhan pasti selalu melindunginya. Bugh! Langkah Kayla seketika berhenti, begitu dia melihat perkelahian 3 orang pria yang tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Melihat penampilan ke dua pria yang seperti preman dan satu pria yang sedang dipukuli itu, dia bisa menebak jika yang terjadi di depannya sekarang bukanlah perkelahian melainkan perampokan. Detak jantung Kayla berdetak cepat. Ingin rasanya dia lari dari sana, karena tidak mau terlibat. Tapi, melihat pria yang sedang dikeroyok itu, kewalahan dan sepertinya sudah tak bisa melawan, akhirnya dia pun membulatkan tekadnya untuk menolong pria itu. Setidaknya, sebelum dirinya masuk penjara, dirinya masih bisa berguna untuk orang lain. Kayla meletakkan kantung plastik yang berisi belanjaannya di tepi jalan. Dan beruntungnya, dia melihat sebuah balok kayu yang tergeletak di sana. Tak memiliki pilihan lain, akhirnya dia pun mengambil balok kayu itu kemudian. melangkah mendekat meski rasa takut mulai mengganggunya. Suasana jalan yang sepi juga sedikit gelap, membuat langkah Kayla tak disadari oleh para perampok itu. Kayla semakin mendekat. Selama beberapa detik dia tercekat begitu melihat sisi benda mengkilat yang dipegang oleh salah satu dari perampok itu. Pisau? Apa perampok ini akan membunuhnya? Batin Kayla tak percaya. “Malam ini, Anda harus mati Tuan. Seharusnya, Anda menyerahkan harta benda Anda saja dari pada nyawa. Hahaha ...” Bugh! Refleks. Begitu Kayla mendengar perkataan Perampok itu yang berniat untuk membunuh pria itu, tangannya yang memegang kayu pun terangkat dan memberikan pukulan yang begitu kuat di kepala belakang perampok itu sehingga membuat perampok itu terkapar. Dan malangnya, pisau yang di ayunkan perampok itu, rupanya berhasil melukai pria berkemeja biru muda yang menjadi korban sehingga tergeletak di jalanan ber aspal dengan darah yang mulai membasahi kemeja birunya. “Polisi akan segera datang ke sini untuk menangkapmu! Kamu tidak bisa lari lagi!” Kayla mengancam untuk menakuti satu perampok yang masih berada di sana. Dan berhasil. Ancamannya benar-benar membuat perampok itu ketakutan kemudian pergi. Tinggal, bagaimana dirinya bisa menolong pria yang saat ini sekarat di depan matanya. “Kau terluka, Tuan!” pekik Kayla dengan wajah cemas. Dia membingkai wajah Gean yang memucat dengan tangannya yang bergetar. “tolong, bertahanlah. Aku akan segera membawamu ke rumah sakit. Teruslah bernapas, dan jangan pernah berhenti untuk menjaga kesadaranmu.” Lanjutnya kemudian mengambil sebuah syal yang dia pakai tadi, dan mengikatkannya ke perut Gean untuk menghambat darah dari perut Gean yang terluka. Dia tidak memiliki cara lain lagi untuk menghambat darah dari perut pria yang di tolongnya tadi. Setelahnya, dia pun membantu pria itu untuk bangun dan segera masuk ke dalam mobil. Beruntung, dia bisa mengendarai mobil dan dia pun segera menuju rumah sakit untuk memberikan pria yang baru dia temui itu pertolongan. *** Kayla mengemudikan mobil itu dengan kecepatan tinggi. Pria yang saat ini berada di dekatnya, kehilangan begitu banyak darah dan tak bisa untuk dia ajak berbicara lagi seperti beberapa menit yang lalu. Situasinya darurat. Tentu saja, dirinya harus segera sampai di rumah sakit agar pria itu tak terlambat mendapatkan pertolongan. Brmmm! Akhirnya, Kayla sampai di rumah sakit. Dia segera mematikan mobil yang dikendarainya kemudian turun dan menghampiri Gean yang tak berdaya. “Kita sampai,” ucap Kayla begitu membuka pintu dan menarik Gean keluar dari mobil. Tubuh Gean yang besar dan kekar, tentu saja membuat Kayla kesulitan. Tapi, Kayla tak menyerah. Sekuat tenaga dia membawa Gean masuk ke rumah sakit kemudian meminta bantuan setelahnya. “Tolong! Dia terluka!” teriak Kayla begitu cemas. Para perawat berdatangan sambil membawa brankar. Setelahnya, mereka membaringkan Gean di brankar itu kemudian membawa Gean pergi dari sana, menuju ruang ICU untuk segera mendapatkan pertolongan. Langkah Kayla yang ingin mengikuti pria yang ditolongnya tadi, mendadak berhenti. Karena panik, dia sampai melupakan jika rumah sakit adalah tempat umum. Keberadaan dirinya di sini, pasti akan membuat polisi menemukannya dengan mudah. Tak mau mengambil risiko besar, dia pun memutar tubuhnya dan segera keluar dari rumah sakit. Meninggalkan pria yang ditolongnya tadi melawan mautnya sendiri. Kayla menundukkan wajahnya. Membuat bagian wajahnya tertutupi oleh rambut panjangnya yang tergerai. Syal yang dipakainya tadi, sudah bersama pria itu. Sekarang, dia tak mempunyai apa pun untuk menyamarkan dirinya di tengah keramaian. Begitu Kayla melewati mobil milik pria yang terluka tadi, sebuah pikiran terlintas di benaknya. Meninggalkan pria itu sendirian, tentu saja merupakan perbuatan tak bertanggung jawab. Dia pun kembali masuk ke dalam mobil untuk mencari ponsel pria itu yang mungkin saja tertinggal. Tentu saja untuk menghubungi keluarganya. Begitu masuk ke dalam mobil, akhirnya dia menemukan ponsel yang dia cari. Kayla segera menggeser layar ponsel yang tak terkunci dan segera mencari nama keluarga pria terluka tadi yang pastinya tertera di sana. Ibu Kayla menemukannya. Dia segera menekan tombol hijau untuk menghubungi dan bersyukur karena panggilannya tersambung. “Ya Gean?” jawab suara di seberang sana. Kayla menarik napasnya kasar. Dia tau, apa yang disampaikannya nanti akan membuat ibu pria yang ternyata bernama Gean itu terkejut. “Maaf, Nyonya Tapi aku ingin memberitahukan , jika pemilik ponsel ini sedang terluka dan berada di rumah sakit.” Klik! Kayla segera mematikan sambungan telepon itu. Tanpa dia memberitahu rumah sakit mana tempat pria itu dirawat, lewat sinyal GPS di ponsel ini keberadaan peria itu pasti akan segera ditemukan. Kayla kembali turun dari mobil. Secepatnya, dia harus bisa pergi dari sini *** Airyn yang mendapat kabar mengejutkan itu, tentu saja segera memberitahu Arvyn dan saat ini mereka bahkan sudah sampai di rumah sakit. Wanita yang berbicara lewat ponsel Gean tadi, memang tak memberitahu dengan pasti apa yang sudah terjadi dan di rumah sakit mana Gean berada. Tapi, lewat sinyal GPS ponsel Gean yang berkedip, tentu saja untuk melacak keberadaan Gean bisa dilakukan dengan mudah. Sesekali Airyn mengusap air matanya yang mengalir di wajahnya yang sembab, dan Arvyn yang berada di sampingnya setia menenangkan. Airyn tentu saja tak akan bisa tenang sebelum dokter mengatakan jika Gean baik-baik saja. Mereka memang belum tau pasti, apa yang sudah terjadi sehingga membuat Gean terluka. Tapi, mengetahui jika Gean sedang berada di ruang operasi setelah menempati ruang ICU selama beberapa menit, tentu sama membuat Arvyn dan Airyn semakin cemas. Sepertinya, luka yang di dapatkan Gean cukup serius sehingga harus menjalani operasi. Ceklek! Pintu ruangan operasi itu terbuka. Arvyn dan Airyn tentu saja lekas bangkit kemudian menghampiri dokter yang berdiri setelah pintu terbuka. “Bagaimana kondisi putra kami, Dokter?” tanya Airyn dengan suara serak. Menangis sejak tadi, tentu saja membuat kondisinya saat ini tak begitu baik. Dokter itu tersenyum ramah. “Operasinya berjalan lancar, Nyonya. Beberapa menit lagi, putra Anda akan segera dipindahkan ke ruang perawatan. Untuk saat ini, biarkan dia istirahat.” “Syukurlah ....” Airyn mendesah lega. Beban berat yang berada di pundaknya seolah lenyap begitu saja. “Terima kasih, Dokter,” ucap Arvyn kemudian dan dokter itu pun mengangguk kemudian pergi dari sana. Airyn dan Arvyn kembali duduk di kursi tunggu mereka. Akhirnya mereka bisa bernapas dengan lega karena Gean baik-baik saja. Hanya saja, Arvyn akan tetap menyelidiki hal apa yang sudah membuat Gean terluka. *** Ke esokan harinya. Kayla yang sudah menyelesaikan mandinya, terburu-buru mendekati pintu begitu pintu kontrakannya diketuk. Tok! Tok! Tok! “Iya, Bu. Sebentar,” ucap Kayla sambil melepaskan handuk yang bergelung di kepalanya. Setelahnya, dia menyampirkan handuk itu di pintu kamar dan segera menuju pintu. “Iya, Bu—“ Perkataan Kayla tadi, menggantung di udara begitu yang dia temui di balik pintu bukanlah ibu Linda. Melainkan seorang pria dengan senyumannya yang hangat dengan nampan berbentuk persegi yang berada di tangannya. “Emm, maaf. Anda siapa ya?” tanya Kayla sopan. Pasalnya, dia belum mengenal satu pun orang-orang dilingkungan ini. Pria itu tersenyum semakin lebar. “Selamat pagi. Perkenalkan, namaku Rian. Aku anak dari pemilik rumah yang kamu sewa ini. Dan ibuku menyuruhku, untuk mengantarkan sarapan ini untukmu.” “Oh, silakan masuk.” Kayla sempat tertegun selama beberapa saat. Dia kira, anak bu Linda itu sangat sibuk sehingga tak ditemuinya kemarin—selama seharian penuh. Tapi, sekarang. Pagi-pagi sekali, justru menemuinya. Pria bernama Rian itu segera masuk kemudian duduk di sofa kecil rumahnya setelah meletakkan nampan yang dibawanya tadi ke atas meja. Sebelum rumah ini dikontrakkan, dirinya lah yang tinggal. Dan kemarin, begitu dirinya pulang. Ibunya mengatakan jika rumah ini sudah dikontrakkan. Ya sudahlah. Rumahnya masih ada 2 kamar untuk dia tempati. Lagi pula, dengan dikontrakkannya rumah ini, dirinya memiliki teman untuk di ajak bicara mengetahui yang menempati rumahnya adalah seorang wanita yang bisa dikatakan dewasa. Kayla masuk sebentar, kemudian mengambil teh yang dia seduh untuk dia minum tadi dan memberikannya pada anak bu Linda yang bernama Rian itu. “Silakan di minum,” ucap Kayla kemudian duduk di sofa yang berseberangan dengan Rian. Suasana menjadi hening sesaat. Kayla juga tidak tau harus memulai percakapan untuk mengurangi kecanggungan ini bagaimana. “Namamu Kayla. Aku sudah mengetahuinya dari ibu. Aku rasa usia kita terpaut cukup jauh. Aku tebak usiamu sekitar 21 atau 22 tahun. Jika benar begitu, kau bisa memanggilku dengan sebutan Mas karena aku lebih tua. Dan satu lagi, jangan bersikap canggung seperti itu seolah aku ini menakutkan bagimu, Kayla.” Kembali, Kayla dibuat tertegun oleh pria bernama Rian itu. Ternyata, Rian orangnya ramah dan sangat cocok untuk menjadi temannya. Rasa takutnya yang berlebihan, sudah membuatnya melihat semua orang yang tak dikenalnya asing dan harus dijauhi. Padahal mereka sama sekali tak bermasalah dengannya. “Maaf, Mas,” cicit Kayla pelan membuat Rian tertawa. “Tidak masalah, Kayla,” jawab Rian sambil mengedipkan sebelah matanya. Sepertinya, Kayla memang akan sangat cocok berteman dengannya. Tipe wanita pemalu yang akan menyenangkan untuk dia ganggu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD