10

1172 Words
Ketika sampai di apartemen Rifat segera meletakkan tas kami di dalam kamarku, aku melihat jika apartemen ini sangat bagus dan pasti banyak yang akan menyewa dan membelinya secara perlahan aku menatap setiap detail dari apartemen ini yang sudah sempurna dan pantas menjadi pilihan bagi orang-orang ditambah lokasi yang strategis. "Memikirkan apa?" tanya Rifat yang memelukku dari belakang sambil mencium leherku. Aku melepaskan pelukan Rifat "apakah harus saat ini?" tanyaku sambil tanganku membelai p***s Rifat perlahan. "Oughh" desah Rifat "apa kamu melakukan dengan semua pria?" aku menggelengkan kepala. Rifat langsung menarik daguku dan mencium bibirku sangat lembut membuatku terbuai atas perlakuannya dan aku mengalungkan tanganku pada lehernya, seketika ciuman kami berubah semakin panas. Kami saling bertukar air liur dan Rifat mengabsen gigiku satu persatu, aku merasakan Rifat mengangkatku dan dalam sekejap aku berada di gendongannya. Dibawanya aku ke sofa tanpa melepaskan ciuman kami berdua yang semakin panas. Ciuman Rifat turun ke leher dijilatinya leher dan telinga, aku hanya bisa meremas rambut Rifat. Dapat kurasakan Rifat membuka kancing bajuku tanpa melepaskan ciuman pada leher dan telingaku, tangan Rifat mencari pengait bh dengan segera aku membuka dan menurunkan cup bh. Jilatan Rifat sampai di belahan p******a, ditatapnya kedua payudaraku lalu meremasnya perlahan. "Akhhh" desahku yang langsung ditutup Rifat dengan ciuman Rifat memberikan gerakan memutar pada pentilku membuatku hanya bisa meremas rambut Rifat karena tidak bisa mendesah. Tangan Rifat yang lain membelai perutku dengan lembut, aku yang mendapatkan serangan seperti ini seketika merasakan akan ada yang keluar dari v****a. Remasan di rambut Rifat semakin keras ketika aku akan mencapai o*****e kembali setelah sebelumnya di mobil "Akhhhhh" teriakku ketika Rifat melepaskan ciuman kami bertepatan dengan cairanku yang keluar "hebat kamu" ucapku dengan memandang Rifat lemah "Apakah Pak Bima tidak seperti ini?" tanya Rifat lembut "aku melihat kalian berciuman di mobil dan tanda ini kalian berdua memilikinya" Rifat menjawab pertanyaanku yang masih dalam benakku "dan aku beberapa kali tidak sengaja melihat kalian berciuman bahkan melakukan di dalam mobil" "Apa mau kamu?" tanyaku seketika mencoba menebak apa yang diinginkan Rifat. Rifat tersenyum "aku tidak ingin apa-apa tapi aku hanya ingin melampiaskan nafsu sama kamu saja jika kamu ijinkan dan inginkan karena aku tahu kamu seakan ingin dimasukkan" menatapku lembut sambil membelai wajahku dan vaginaku dari balik celana "jika tidak aku akan bersikap profesional padamu setelah ini" "Akhhhh" desahku ketika merasakan sentuhan di v****a "lakukan apapun yang kamu mau saat ini" ucapku setengah sadar "Rupanya Pak Bima sangat menyukai kekerasan" ucap Rifat ketika melihat kedua lenganku "tenang aku akan memperlakukanmu sangat lembut tidak seperti dia" "Oughhh" desahku ketika lidah Rifat di pentilku Rifat memberikan gerakan memutar untuk menjilat pentilku membuatku hanya bisa mendesah dan meremas rambut Rifat, tangan yang meremas payudaraku sambil mencubit pentilnya. Serangan yang dilakukan Rifat berbeda dengan Bima membuatku terbawa suasana atas perlakuan Rifat Rifat membuka resleting celanaku aku segera membantunya dengan mengangkat pinggul dalam satu tarikan Rifat melepaskan semuanya. Rifat menatapku yang sudah tidak menggunakan apa-apa lalu menelan air ludahnya yang dapat aku lihat dari gerakan jakunnya. Seketika Rifat membuka seluruh pakaiannya hal yang sama aku lakukan dengan membuka pakaianku "Siap permainan selanjutnya" ucap Rifat menatapku lembut Badan Rifat sangat bagus seketika bayangan Rifat menyetubuhiku dengan badan seperti ini membuatku terangsang kembali sehingga aku tidak menyadari tangan Rifat membelai vaginaku "Cepat sekali kamu basah" ucap Rifat membuyarkan fantasiku "jangan berfantasi kita bisa merasakannya" Aku merasakan kepala p***s sudah berada di bibir v****a, aku menatap Rifat dengan memohon untuk segera dimasukkan namun Rifat tidak peduli dan hanya menggesekkannya saja di bibir vagina "Oughhhh jangan siksa" pintaku dengan memohon Rifat melebarkan mulut vaginaku dapat kurasakan penisnya mengenai biji yang di dalam v****a dengan sangat perlahan p***s itu masuk ke dalam namun hanya kepalanya saja dan Rifat mendiamkannya, tangan Rifat yang lain mencubit pentilku membuatku melayang atas apa yang dilakukan. "Masukkan penismu akhhhh" ucapku sambil memohon "akkhhhhhh" desahku sambil menatap keatas ketika merasakan Rifat memasukkan penisnya "Gila penisku berasa disedot sama v****a kamu" ucap Rifat menatapku Aku mengiyakan dalam hati perkataan Rifat karena ketika penisnya masuk aku merasakan seakan menyedot semakin masuk lebih dalam, aku menarik kepala Rifat dan mencium bibirnya dengan nafsu yang juga diikuti oleh Rifat, secara perlahan Rifat menggerakkan penisnya "Akhhh" desah kami bersamaan Aku merasakan p***s Rifat sangat penuh di dalam dan ketika Rifat menarik dan memasukkan kembali seakan ada gerakan menarik penisnya kedalam vagina "v****a kamu enak sepertinya dia menemukan rumahnya" ucap Rifat menatapku lembut Rifat menggerakkannya kembali secara perlahan kami sama-sama menikmati sensasi yang berada antara v****a dan p***s kami berdua. Gerakan Rifat semakin cepat dan langsung aku mengikuti gerakan Rifat seolah tidak ingin hanya dia yang merasakan kenikmatan "Oughhh s**t" ucap Rifat "penisku berasa dipijat dan vaginamu menyedotnya semakin masuk kedalam" ucap Rifat semakin mempercepat gerakan "oughhh nikmat" Aku merasakan jika akan keluar dan Rifat yang memahami dengan segera mempercepat gerakannya dan tidak lama kemudian aku o*****e kembali, Rifat memberikan waktu untukku beristirahat tanpa melepaskan penisnya dalam v****a. Sambil menungguku pulih Rifat mengulum pentilku selayaknya bayi yang menyusui. Jilatan pada pentilku membuatku terangsang kembali dengan perlahan aku menggerakkan p***s itu Rifat menghentikan gerakanku dengan melepaskan penisnya, Rifat mengambil posisi berada dimulut vaginaku secara perlahan menjilat semua cairan yang keluar dari bibir vaginaku "Oughhh apa yang kamu lakukan" ucapku ketika merasakan lidah Rifat semakin masuk kedalam "oughhhh" aku semakin meremas rambut Rifat Rifat duduk disebelahku dan memberikan tanda untuk duduk di pangkuannya, aku segera menurutinya. Aku memegang penisnya yang ternyata diameternya besar dan panjang, aku menggesekkan di bibir v****a agar dapat beradaptasi ketika masuk. Aku masukkan perlahan sambil menatap ke atas menikmati sensasi yang di dapat, secara perlahan akhirnya p***s Rifat masuk kedalam Aku menggerakkannya secara perlahan membuat vaginaku terasa penuh, Rifat meremas kedua payudaraku sekali-sekali memukul pantatku pelan. Aku semakin cepat ketika mendapatkan perlakuan seperti ini "Oughhhh" erang Rifat "sial vaginamu enak sekali" "Ahhhhh" desahku sambil menggerakkan penisnya dalam v****a "oughhh" Aku semakin cepat menggerakkannya dibantu Rifat dengan meremas pantatku memberikan sensasi tersendiri, aku merasakan akan keluar tapi tiba-tiba Rifat berdiri dengan segera aku melingkarkan kaki di pinggangnya Rifat mengajakku berjalan memutari apartemen, gerakan kaki Rifat membuat sensasi tersendiri pada kami berdua dan suara desahan semakin keras. Ketika aku mencium bibir Rifat maka langkah kami terhenti "Aku mau keluar" desahku seketika Rifat hanya diam dan tetap melanjutkan langkahnya perlahan dan aku tidak tahan kembali mengeluarkan o*****e selanjutnya. Rifat meletakkanku di meja makan seketika gerakan Rifat semakin cepat membuatku hanya bisa mendesah Rifat menarik daguku mencium bibirku dengan rakus, serangan pada p***s Rifat membuatku akan keluar kembali. Aku menatap Rifat dengan memohon agar segera mengeluarkannya. Rifat yang paham semakin mempercepat dan sepertinya aku akan keluar kembali "Aku mau keluar" ucapku "Bersama" ucap Rifat Tidak berselang lama kami mengeluarkan cairan di dalam, dapat aku rasakan tembakan yang berasal dari p***s Rifat. Rifat menatapku lembut dan mencium bibirku sangat lembut "Kamu memang luar biasa" ucap Rifat setelah melepaskan ciuman kami "aku menyukainya" Aku tersenyum "kamu juga luar biasa" balasku Dapat kurasakan p***s Rifat mengecil dan dengan segera mengeluarkan dari v****a, dapat kulihat cairan kami berdua keluar dari p***s dan v****a yang ternyata sangat banyak. Rifat menggendongku kedalam kamar dan meletakkan diranjang lalu menyelimuti diriku "Istirahatlah kamu pasti lelah dari semalam tidak berhenti" ucap Rifat menatapku lembut sambil membelai rambutku "aku akan bekerja jika masih ingin berada disana" Rifat mencium keningku dan seketika aku tertidur karena belaiannya “aku akan merebutmu dari Bima bagaimanapun caranya” ucap Rifat yang aku tidak terlalu dengar karena terlalu lelah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD