1
Aku bekerja di perusahaan papa sejak beberapa bulan yang lalu dengan dibimbing Bima, aku selalu memanggilnya Om Bima dimana merupakan orang kepercayaan papa. Om Bima ini sudah berkeluarga jadi selama ini kami lebih ke atasan dan bawahan semata atau anak pemilik dan karyawan. Papa selalu mempunyai insting dalam mempercayai seseorang dan memilih orang yang bisa menjadi kepercayaannya seperti Om Bima ini salah satunya dan termasuk sabar dalam membimbing aku. Tapi satu hal yang masih kami sembunyikan dari papa adalah hubungan terlarang kami, mungkin papa sudah tahu tapi tidak mau ambil pusing karena papa dan mama dulu selalu menerapkan apa yang kami pilih dan lakukan harus siap dengan segala kemungkinan bahkan terburuk sekalipun dan ini yang aku jalani dengan Om Bima orang kepercayaan papa.
"Pagi, om" sapaku ketika melihat Bima keluar dari ruangan papa dan aku baru datang ke kantor "papa di dalam?"
Bima mengangguk dan menatapku dari atas kebawah "jangan masuk lagi ada tamu" sebelum aku melangkah masuk keruangan papa membuatku berhenti dan berbalik namun tatapannya tidak lepas menatapku seolah menelanjangiku.
"Tania?" tebakku langsung menatap wajahnya dengan tanda tanya
Bima menggelengkan kepala "mantan mertuanya" aku membulatkan mata mendengar jawaban Bima tapi Bima hanya tersenyum menandakan tidak ingin ditanya lebih jauh
Aku tahu apa yang dialami Tania dan aku baru mengetahui ada lelaki pengecut yang berlindung dibalik ketiak orang tuanya dimana seharusnya dia bisa bersikap tentang keputusannya dan jika mengingat itu ingin rasanya aku menghajar pria pengecut tersebut, tapi papa mengobati rasa sakit Tania. Jika mengingat papa dan Tania membuatku berharap bertemu dengan orang yang bisa menerimaku seperti papa dimana kondisiku tidak perawan, aku melanggar janji pada mama untuk menjaga harta ini hingga menikah tapi aku melakukannya pada pria yang aku cintai namun yakinkah dia mencintaiku padahal telah berkeluarga sepertinya aku hanya sebagai b***k dalam memuaskan nafsunya.
"Ya udah aku ketemu Kak Devan aja" ucapku langsung agar tidak berpikir negatif dengan penjelasan Bima
Bima memegang lenganku "bagaimana jika keruanganku saja" membisikkan kata-kata sambil menjilat telingaku
"Papa masih butuh om" tolakku sambil mendorong dadanya perlahan “jangan disini ada cctv dan Mbak Lila yang bisa muncul sewaktu-waktu
"Baiklah setelah urusan ini selesai aku tunggu di apartemen" ucap Bima pasrah "siapkan dirimu" membelai wajahku perlahan dan aku menikmati sentuhannya
Aku menghadap Bima "siapkan juga stamina om dan juga alasan pada tante" sambil mengedipkan mata dan meremas p***s Bima sesaat "wow sudah tegang saja apa semalam tante gak memuaskan om?"
"Dasar jalang kecil" desis Bima ketika aku meremas penisnya "tunggu pembalasanku" aku mengedipkan mata mendengar perkataannya dan langsung meninggalkan Bima.
Bima masuk kembali keruangan papa dengan segera aku ke ruangan Devan, Devan tampak serius dengan laptopnya. Kakakku tercinta ini sangat mirip dengan papa jika bekerja namun selalu hangat kepada kami semua meskipun begitu masih banyak belajar jika ingin melampaui papa. Satu-satunya yang bisa setara dengan papa hanya Bima dimana pemikiran dan penilaiannya selalu akurat mungkin suatu saat aku akan belajar dengan baik pada Bima bukan hanya untuk memuaskan di ranjang
"Ada yang bisa dibantu?" tanyaku mendekati Devan
Devan menatapku lalu menghembuskan nafas "papa masih ada tamu?" aku mengangguk "kasihan mantan mertua Tania"
"Tania tahu?" tanyaku
"Tahu papa cerita semuanya dan berdasarkan pengamatan Mas Bima malah akan membebani kita kedepannya" jawab Devan "Tania gak memaksa harus membantu"
Kami berdua membahas hal yang lain berkaitan dengan perusahaan, permasalahan mantan mertua Tania, masalah di Kalimantan dan Bandung. Bima bergantian dengan Devan dan papa mengunjungi kedua tempat tersebut untuk peninjauan lebih jauh dan mereka bertiga bergantian seakan memberikan kejutan pada perusahaan disana atas kedatangan mereka bertiga.
Awal mula Bima bekerja disini sebagai staf biasa tapi karena keuletan dan kemampuan menyelesaikan Wijaya membuatnya langsung menjadi seketaris pribadi walaupun papa sudah memiliki seketaris bernama Lila yang sekarang juga merangkap sebagai sekretaris Devan. Lila juga bisa diandalkan dalam mengurus bagian dalam kantor, jika mereka berdua digabungkan dapat menyeimbangkan kerja papa dan Devan serta untuk perusahaan ini dan aku tidak bisa membayangkan jika kehilangan salah satu dari mereka
"Mau kemana?" tanya Devan ketika aku berdiri "jangan macam-macam" menatapku tajam
Aku mengangguk paham dengan segera aku keluar karena Bima mengatakan menungguku di ruangannya, tanpa mengetuk pintu aku langsung masuk dan menguncinya. Bima menatapku dengan tatapan nafsu terlihat dari cara bernafasnya. Aku segera masuk kedalam meja, membuka resleting celana dan mengeluarkan penisnya yang telah tegang. Segera aku memasukkan kepala p***s kedalam mulut sambil mengocok penisnya agar tegang dengan sempurna
"Oughhh oughhh" erang Bima "terus jalang oughh"
Aku semakin semangat mengulum p***s Bima dengan segera aku memasukkan penisnya ke dalam mulut, aku menggerakkan kepala naik turun dengan dibantu Bima memegang rambutku. Tarikan di rambutku semakin kuat membuatku semangat, Bima mempercepat mengocok penisnya dalam mulutku
"Sial mulutmu enak sekali oughhh" erang Bima
Aku meremas buah zakarnya membuat Bima semakin cepat menarik rambutku, aku merasakan kepala penisnya sampai ke tenggorokan tapi justru itu yang aku sukai. p***s Bima yang memiliki diameter besar dan ukuran panjang selalu membuat mulutku kesusahan namun aku selalu menikmatinya
"Oughhh jalang aku mau keluar" erang Bima
Aku harus menyiapkan diri menelan s****a Bima yang selalu aku lakukan setiap aku melakukan blowjob dan Bima selalu menyukai ekspresiku ketika menelan s****a miliknya menurut Bima terlihat seksi dengan cairan s****a dalam mulutku
"Akhhhhh" teriak Bima tanpa bisa menahan diri.
Bima mengeluarkan spermanya kedalam mulutku beberapa kali tembakan aku rasakan, cairan kental dan putih segera aku telan. Beberapa ada yang menetes ke bawah namun tidak aku hiraukan. Bima menatapku dengan sedikit puas karena bagi kami ini adalah permulaan. Aku berdiri setelah merasakan s****a Bima keluar semua dan aku telan, aku merapikan tetesan yang berada di bajuku. Bima mencium bibirku lembut dimana ciuman ini adalah sebagai ucapan terima kasih
"Kita lanjut nanti malam" ucap Bima setelah melepaskan ciuman kami "aku sudah bilang kalau lembur"
Aku mengangguk "baiklah terima kasih semuanya om" sambil mengedipkan mata
Aku merapikan penampilan di kamar mandi yang ada diruangan Bima setelahnya aku keluar karena melihat Bima sudah mulai fokus dengan pekerjaannya, aku mendekati Bima lalu mencium pipinya sekilas sebelum keluar. Diluar tampak sepi ingin masuk keruangan papa namun aku batalkan karena aku ingin istirahat di apartemen mempersiapkan diri kedatangan Bima, ketika akan pulang Lila memanggilku dan mengajak berbicara mengenai perusahaan dan aku hanya bisa mendengarkan cerita Lila dengan sediki bosan
“Pulang?” aku mengangguk “hati-hati” sekali lagi aku hanya bisa mengangguk dengan pesan Lila “sampaikan salam pada mereka semua terutama Tina”
Lila selalu menggoda Mbak Tina tapi terlalu lama bersama membuat mereka menjadi sahabat dan sekarang ketambahan Tania. Dimana mereka bertiga sering menghabiskan waktu bersama bahkan salah satu ada yang sakit pasti bisa langsung merasakan dan sudah terbukti dengan baik