Hanya bukan karena rasa Zenio pergi meninggkan Vanesa, tapi juga tentang ketulusan. Dia berkorban ini semua demi bisa bersanding dengan Vanesa nantinya. Malam itu, ia berangkat menggunakan pesawat. Mata mengantuk, tetapi sukar untuk dipejamkan. Pikirannya melayang entah di mana. Dia takut, jika Vanesa dibuat nyaman yang lain, sedangkan dia memperjuangkan cintanya hanya demi dapat bersanding di kemudian hari. "Apa ini yang dinamakan berpisah karena takdirmu? Kau menjauhkanku dari dia karena jarak. Suatu saat perlahan terbiasa tanpa kehadirannya dan menjadikanku lupa akan segalanya tentang dia," gumam Zenio. Dia ingin marah dengan keadaan tapi tak mampu. Dia tak menenratang kedua orang tuanya untuk membla seseorang yang belum jodohnya. Kedua orang tuanya bersikeras untuk menjodohkannya d