Bab 5 Pembunuhan di Universitas Lain

1925 Words
Pria tua itu berkata dengan perlahan sambil mengemasi beberapa buku yang ada di atas meja, “Tidak ada yang perlu disembunyikan, aku sudah menjadi pengurus perpustakaan di Universitas Sihotang selama puluhan tahun, aku sudah sering melihat masalah yang kalian hadapi.” Aku tidak bisa berkata-kata, orang tua ini ternyata lumayan suka bergosip. “Tidak kok, aku ingin meminjam buku karena tertarik dengan buku itu.” “Haha ….” Orang tua itu menjawab dengan tawanya. Aku merasa tidak enak karena dijawab dengan tawa seperti itu, jadi aku pun tidak menghiraukan dia lagi, dan langsung meninggalkan perpustakaan. Setelahnya, hidupku kembali seperti biasa. Setiap hari berangkat ke sekolah, pulang sekolah, makan, lalu tidur. Yang berbeda adalah aku sudah tidak bermain game seluler lagi, aku justru menghabiskan waktu luangku di perpustakaan. Ketika aku sedang membaca, aku seperti kembali ke masa kecil. Kembali merasakan kebahagiaan yang sederhana pada waktu itu. Di dalam hatiku, aku sangat berharap bisa bertemu lagi dengan Shinta, sayangnya sejak itu dia sudah tidak pernah ke perpustakaan lagi. Waktu berlalu dengan cepat, satu minggu pun telah berlalu. Pada Kamis siang, ketika aku baru saja bersiap ingin pergi makan, ponselku berbunyi. Ada telepon masuk dari Dave. Dave bertanya aku di mana, apakah mau makan bareng di kantin? Aku langsung menjawab kalau aku ada di kos. Tak lama kemudian, pintu kosku ditendang sampai terbuka, Dave masuk sambil bernyanyi rap. Karena aku kesal aku pun berkata, “Woi, apakah kamu tidak bisa lembut sedikit? Pintu ini akan rusak kalau kamu begitu terus!” Dave menjawab, “Membuka pintu pakai kaki lebih asyik tahu!” Aku mengumpat di dalam hati, tanpa menjawabnya. Ketika melihat apa yang aku lakukan, Dave menghampiriku dan langsung meletakkan lengannya di pundakku, “Woi, Michael, belakangan ini ada game seluler yang seru nggak?” “Mana aku tahu, belakangan ini aku sedang belajar dengan serius. Aku tidak main game seluler lagi." Dave tertawa sambil bicara, “Ada apa ini? Apakah kamu ingin berubah? Tidak mau main game seluler lagi dan mau jadi pelajar yang rajin ya?” “Kamu … lebih baik jangan terlalu sering main game seluler deh.” Aku bicara dengan pelan. Dave menjawab, “Terserah kamu deh, belajar memang bagus kok! Makan yuk, hari ini aku akan mentraktirmu, nih pakai kartuku!” Aku bertanya dengan bingung, “Kenapa kamu hari ini tiba-tiba baik sekali? Ini tidak seperti kamu yang biasanya, kalau kamu butuh sesuatu langsung bilang aja!” Dave menjawab dengan canggung, “Tidak seperti aku yang biasanya? Aku dari dulu suka mentraktir teman tahu!” Tiba-tiba dia menurunkan suaranya, “Michael, apakah kamu tahu beberapa hari yang lalu ada kasus pembunuhan di Universitas Teknologi Sihotang?” “Apaan sih! Tentu saja aku tahu kalau Profesor Universitas Teknologi Sihotang diracuni orang sampai meninggal.” “Kalau begitu, apakah kamu tertarik untuk menginvestigasi kasus ini? Maksudku adalah kita cari tahu apa yang terjadi sebenarnya ….” Aku melihat Dave dengan terkejut, aku tidak mengerti mengapa dia tiba-tiba punya ide seperti ini, memangnya mahasiswa boleh ikut campur dalam masalah seperti ini? “Kenapa tiba-tiba kamu tanya apakah aku tertarik atau tidak?” Aku bertanya karena penasaran. “Hahaha ....” Dave tertawa sebentar, “Aku bicara jujur saja ya denganmu. Kamu tahu ‘kan kalau kakakku adalah polisi, kali ini dia dikirim untuk menginvestigasi kasus ini.” “Terus apa hubungannya denganmu? Kamu ‘kan bukan polisi.” “Kemarin malam aku sedang makan dengannya dan membicarakan tentang kasus ini, tapi aku malah ngomong sembarangan karena minum sedikit alkohol. Aku bilang kasus ini sangat mudah, jadi kami adu mulut.” “Lalu?” “Lalu, aku jadi taruhan dengannya. Kita tidak perlu mencari tahu siapa pembunuh aslinya, selama kita bisa memberikan petunjuk yang berguna, kita nanti akan mendapatkan banyak hadiah!” Aku tidak bisa berkata-kata, tapi dengan kepribadian Dave yang seperti itu, aku merasa tidak aneh kalau terjadi masalah seperti ini. “Kalau misalnya ada untungnya, yang untung ‘kan kamu, apa urusannya denganku? Aku tidak mau ikut!” Aku langsung menolaknya. “Michael, Bos Michael, ayolah jangan gitu! Dengan penglihatanmu yang tajam, otakmu yang pintar, serta pengetahuanmu yang luas, mencari sebuah petunjuk pastilah hal yang mudah, bukan?” Dave mencoba untuk meyakinkanku. Sejujurnya, bocah ini benar-benar pandai ngomong, tapi aku akan tetap menolaknya. “Sialan, kamu tidak punya hati ya. Aku sudah menjelaskannya seperti ini, kamu masih tidak bersedia?” Dave berujar dengan kecewa. “Dave, kamu ingin menyogokku dengan mentraktirku makan siang? Apakah kamu pikir aku adalah orang yang seperti itu?” Aku meliriknya. Dave ini ternyata lumayan pintar, dia langsung mengerti apa maksudku, dia lantas membuka mulut dan menjawab, “Aku akan mentraktirmu makan selama 10 hari, termasuk makan siang dan makan malam.” “Setiap porsi harus ada telur ceplok dan paha ayam, kalau tidak, aku tidak mau.” “Buset!” Dave menjawab dengan suara kencang, “Kamu mau memerasku ya? Meski kujual semua barang-barangku, itu juga tidak akan cukup untuk mentraktirmu! Kamu ini ya, dari luar terlihat seperti orang baik, padahal aslinya jahat banget seperti hewan buas ….” Aku menjawab dengan santai, “Jadi, kamu setuju atau tidak?” Dave langsung pura-pura tersenyum dan menjawab, “Setuju, setuju! Aku akan mentraktirmu, oke?” Aku menjawab sambil tersenyum, “Baiklah, waktunya bicara tentang kasus itu! Beritahu semua yang kamu ketahui.” “Oke.” Dave berpikir sejenak lalu bicara, “Kejadian itu terjadi pada tiga hari yang lalu. Malam itu, Profesor Sugiarto, Hendra Indrajaya, Peter Simaebang, dan Jesse Maliam sedang makan bersama. Mereka memakan makanan yang sama, minum minuman beralkohol yang sama, tapi hasilnya setelah makan, Profesor Sugiarto meninggal karena keracunan. Sedangkan tiga orang lainnya tidak apa-apa, yang mana membuat orang-orang menjadi curiga.” “Jelaskan lebih lanjut tentang identitas keempat orang itu.” “Korban yang bernama Sugiarto adalah wakil profesor jurusan Kimia, Hendra Indrajaya adalah profesor jurusan Matematika, Peter Simaebang adalah profesor jurusan Filosofi, dan Jesse Maliam adalah murid S2 yang dibawa oleh Profesor Sugiarto.” Aku sedikit ragu dan bertanya, “Bagaimana dengan hubungan mereka? Apakah kamu tahu?” Dave menjawab, “Menurut kata kakakku, hubungan mereka terlihat palsu. Walaupun mereka terlihat dekat di luar, tapi mereka punya beberapa masalah pribadi antar satu sama lain, jadi kakakku mencurigai pembunuhnya ada di antara ketiga orang ini.” “Oke, jelaskan lagi.” “Profesor Hendra suka main saham gorengan, sedangkan Profesor Sugiarto tidak mengerti tentang saham. Profesor Hendra pernah meminjam 200 juta kepada Profesor Sugiarto untuk membeli saham gorengan, dia juga berjanji akan membagikan keuntungannya dengan rasio 6 banding 4, Profesor Sugiarto mendapatkan 60% dari penghasilan dan Profesor Hendra mendapat 40% dari penghasilannya. Pada awalnya mereka memang mendapatkan keuntungan, tapi pasar saham tahun ini turun dengan drastis, dan membuat para investor rugi besar. Semua tabungan Profesor Hendra sudah habis, dan dia tidak bisa membayar uang yang dia pinjam dari Profesor Sugiarto.” Aku mengangguk, “Kalau sang pemiutang meninggal, dia tidak perlu membayar utangnya lagi, motifnya sangat jelas!” “Kalau Profesor Peter … untuk saat ini tidak ada yang tahu masalah apa yang dia miliki dengan Profesor Sugiarto.” “Kalau Jesse? Apakah dia punya masalah dengan Profesor Sugiarto?” Dave menjawab, “Kata temannya Jesse, tahun lalu Jesse membuat sebuah makalah ilmiah yang bagus, tapi ketika dia hendak menerbitkannya, dia menyadari kalau nama di atas makalah itu telah diubah menjadi nama Profesor Sugiarto.” Aku menjawab dengan marah, “Gila, orang ini malah mengambil hasil penelitian muridnya, benar-benar tidak tahu malu. Kalau aku adalah Jesse, aku juga pasti akan membunuhnya!” “Hahaha, kamu bilang aku adalah orang yang kasar, tapi aku malah merasa kamu sebenarnya lebih kasar dan jahat dibandingkan aku.” “Sudahlah, kalau begitu apa penyebab Profesor Sugiarto meninggal?” “Ahli forensik bilang dia meninggal karena racun sianida.” “Hmn, sianida adalah racun yang sangat berbahaya, yang terbuat dari tanaman ipuh. Jika sianida dikonsumsi dalam jumlah yang besar, racun itu bisa membunuh orang dewasa hanya dalam beberapa menit. Apakah mereka berempat benar-benar makan makanan yang sama dan minum minuman beralkohol yang sama? Kalau memang ada racunnya, keempat orang itu harusnya meninggal juga ‘kan? Di mana racun itu ditemukan?” Aku bertanya dengan bingung. “Ada di dalam wine yang mereka minum. Itu adalah wine tahun 1997 yang bernama Roman apalah itu, namanya ribet, aku tidak ingat.” “Romanee Conti tahun 1997?” tanyaku. “Ya, benar, itu namanya.” Dave menganggukan kepalanya. “Wine ini sangat mahal lho, satu botolnya aja 20 juta! Kalau cuma kumpul-kumpul biasa, mana mungkin minum wine semahal itu? Kelihatannya pelakunya benar-benar ingin membunuhnya ya, sampai memasukan sianida ke dalam wine itu!” Dave bilang, “Iya, satu botol sudah diminum habis, sisa racun itu ditemukan di cairan yang ada di dalam botol wine dan di gelas yang dipegang Profesor Sugiarto.” “Kalau ada sianida di gelas yang dia pegang, itu adalah hal normal, tapi kalau di dalam botol, itu baru sangat aneh. Kalau begitu, kenapa tiga orang yang lain tidak keracunan?” Aku berpikir, lalu bertanya, “Tunggu dulu, siapa yang membeli wine ini?” “Wine ini dibeli oleh Profesor Sugiarto, yang mengajak ketiga orang ini makan juga dia. Kata kakakku yang sudah menginterogasi mereka bertiga, Profesor Sugiarto sangat ramah ketika makan. Dia sering menuangkan wine kepada mereka bertiga.” Kepalaku langsung terasa sakit. Wine ini dibeli oleh Profesor Sugiarto, bahkan orang yang menuangkan wine itu adalah dirinya sendiri, tapi pada akhirnya dia yang mati keracunan. Sebenarnya apa yang terjadi? “Ada sidik jari siapa saja di botol wine itu?” “Cuma ada sidik jari Profesor Sugiarto.” Aku menggaruk kepalaku, ini sangat aneh. Apa jangan-jangan Profesor Sugiarto ingin bunuh diri? Tapi nampaknya tidak, bagaimanapun juga, kemungkinan dia dibunuh sangatlah besar. Jika ada racun di dalam botol, kenapa yang mati keracunan hanya Profesor Sugiarto, dan tiga orang yang lainnya tidak kenapa-kenapa? Jika racun itu ada di dalam gelas sang Profesor, kenapa di dalam botol itu juga ada? Terlebih lagi sidik jari yang ada di botol itu hanyalah milik Profesor Sugiarto. Sial, ini mah terlalu hebat namanya! Bagaimana cara pelakunya memasukan racunnya? Dan cara apa yang digunakan supaya bisa menutupi semua ini? “Bagaimana? Aku sudah menjelaskan semuanya. Kalau nanti kamu tidak ada kelas, bagaimana kalau kamu temani aku keliling di universitas itu?” tanya Dave. “Jangan berisik!” “Oke oke, aku akan diam.” Dave langsung menutup mulutnya. Aku berpikir, mengingat semua informasi yang aku dapatkan dan berkonsentrasi penuh. Pelakunya pasti tahu kalau Profesor Sugiarto akan mengajak mereka makan, jadi dia bisa bersiap. Misalnya menyiapkan racun, dan menggunakan lapisan tipis yang ditempelkan di jari, supaya tidak meninggalkan sidik jari. Singkatnya, pelakunya pasti sudah mengetahui dia akan diajak di acara makan-makan hari itu! Profesor Hendra dan Peter adalah rekan kerjanya, hanya Jesse yang punya hubungan paling dekat dengannya, jadi dia adalah orang yang paling berkemungkinan tahu duluan bahwa dia akan diajak makan-makan. Itu pasti Jesse! Muridnya Profesor Sugiarto, seorang murid S2 jurusan kimia …. Tiba-tiba, ada sebuah pemikiran yang muncul di otakku. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak, “Nah! Aku tahu sekarang. Kalau aku adalah Jesse, aku tahu cara apa yang bisa aku gunakan untuk meracuni Profesor Sugiarto!” Dave terkejut lalu berkata, “Apa?!” Aku menjawab dengan penuh percaya diri, “Kalau aku tidak salah menebak, pelakunya kemungkinan besar adalah Jesse. Tentu saja masih ada kemungkinan lainnya, tapi bagaimanapun juga, petunjuknya pasti ada di Jesse. Setelah kamu pulang nanti, kamu harus memberitahu kakakmu untuk memeriksa Jesse dengan teliti, dan memeriksa hubungan Jesse dengan orang-orang sekitarnya. Kalian pasti akan mendapat petunjuk!” Dave bertanya dengan bingung, “Benarkah? Mengapa pelakunya adalah Jesse? Apa alasannya?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD