Bab 4 Pertemuan Pertama dengan Shinta

1814 Words
Setelah makan siang, kami bertiga pun bubar dan pergi melakukan kesibukan masing-masing. Dalam perjalanan kembali ke kamar kosku, aku mengeluarkan ponselku dan mengklik ‘Permainan Malaikat Maut’. Setelah memasuki layar antarmukanya, aku mengklik panel misi. [Misi saat ini: Melarikan diri dari kos gedung berhantu (selesai) Mode permainan: pemain tunggal Tingkat kesulitan misi: Normal Penyelesaian: 40% Hadiah penyelesaian misi: Waktu hidup 10 hari, 4 poin reinkarnasi.] Tingkat penyelesaiannya hanya 40%! Sepertinya masih banyak rahasia tentang gedung kos-kosan berhantu yang belum aku jelajahi. Mungkin aku perlu mencari tahu semua fakta untuk menyelesaikan misi dengan sempurna. Apa gunanya poin reinkarnasi ini? Poin ini tampaknya ada hubungannya dengan penyelesaian tugas, tapi apa gunanya? Informasinya terlalu sedikit, jadi aku terus membaca ke bawah. Aku masih belum mengerti tingkat kesulitan dari ‘Permainan Malaikat Maut’ ini, jadi aku mengklik kata ‘normal’, dan lima kata lainnya langsung muncul di bawahnya, yaitu ‘normal’, ‘sulit’, ‘fatal’, ‘mimpi buruk’ dan ‘neraka’. Kata ‘normal’ ini berwarna putih, dan kata lainnya berwarna abu-abu. Artinya, level kesulitan misi yang aku selesaikan adalah level terendah. Mau tak mau aku mengeluh dalam hati, bahkan level kesulitan yang terendah saja sudah sangat sulit. Cepat atau lambat, aku akan terbunuh oleh ‘Permainan Malaikat Maut’ ini! Selanjutnya, aku membuka panel karakter. [Nama: Michael Theoderic. Jenis Kelamin: Laki-laki. Usia: 19 tahun. Pekerjaan: Mahasiswa tahun kedua jurusan jurnalisme, Universitas Sihotang. Aku membaca sekilas beberapa informasi dasar lainnya. Sisa nyawa: Sepuluh hari.] Apa? Sisa hidupku hanya sepuluh hari? Aku tidak tahu apa arti dari ‘sisa nyawa’. Apakah itu seperti koin emas atau poin permainan dalam game seluler ini, atau ... aku benar-benar hanya punya sepuluh hari untuk hidup. Omong-omong mengenai … Malaikat Maut! Itu adalah malaikat legendaris yang bertanggung jawab atas hidup dan mati manusia! Dengan begini, jawabannya sudah sangat jelas. Ternyata aku mendapatkan nyawa sepuluh hari dengan menyelesaikan misi sebagai seorang pemain baru. Jika aku tidak menyelesaikan misi dari ‘Permainan Malaikat Maut’, tamatlah riwayatku. [Nama panggilan: Kambing Hitam.] Ketika aku melihat ‘nama panggilan’ ini, raut wajahku seketika berubah gelap. Menurutku, tidak ada nama panggilan yang lebih buruk dari ini. Dengan mentalitas mencobanya, aku mengklik kata ‘Kambing Hitam’ untuk melihat apakah aku bisa mengubahnya menjadi sesuatu yang lain. Aku benar-benar tidak puas dengan nama panggilan ‘Kambing Hitam’! Saat aku klik, sederet teks muncul di sisi kanan nama panggilan ‘Kambing Hitam’ ini. Ternyata masih ada nama-nama panggilan lainnya! Sepintas kulihat, di sisi kanan ‘Kambing Hitam’, ada beberapa nama seperti ‘Fana’, ‘Detektif Supranatural’, ‘Pemburu jiwa’, ‘Juru bicara kematian’ dan ‘Agen Malaikat Maut’. Tapi nama-nama ini semuanya abu-abu, jadi aku tidak bisa memilihnya. Secara harfiah, semakin kanan posisi namanya, semakin kuat karakternya. Saat ini, aku berada di level terendah: Kambing Hitam. Sepertinya nama panggilan ini setara dengan level dari pemainnya. Selama aku dapat menyelesaikan misi-misi yang diberikan oleh permainan malaikat maut ini, aku dapat naik level dari level Kambing Hitam menjadi Manusia Fana, Detektif Supranatural, dan akhirnya menjadi level Agen Malaikat Maut! Tiba-tiba aku teringat slogan permainan malaikat maut ini: tindakanmu sama dengan tindakan Sang Malaikat Maut! Apa yang tersirat dari kalimat ini? Apakah itu berarti jika aku menjadi Agen Malaikat Maut, aku dapat menguasai, atau setidaknya sebagian dari kekuatan malaikat maut? Aku tidak berani berpikir banyak. Lagipula, itu masih terlalu jauh dariku. Apakah aku bisa hidup sampai saat aku mendapatkan gelar itu saja masih menjadi sebuah pertanyaan! [Poin reinkarnasi: 4 poin.] Apa sebenarnya guna poin reinkarnasi ini? Nyawa dapat diperoleh selama misi diselesaikan, tetapi poin reinkarnasi ini terkait dengan tingkat penyelesaian misi, yang berarti lebih sulit diperoleh daripada nyawa. Aku awalnya berspekulasi bahwa poin reinkarnasi ini dapat digunakan untuk meningkatkan nama panggilanku, dan nama panggilan ini hanya bisa ditingkatkan dengan cara menyimpan cukup banyak poin reinkarnasi. [Kemampuan khusus: tidak ada.] Dikombinasikan dengan kolom nama panggilan di atas, maka dapat dipastikan bahwa para ‘pemain’ dari permainan malaikat maut ini tidak akan mengalami bahaya secara sia-sia. Semakin besar resikonya, semakin besar pula hadiahnya. Para pemain yang sudah pernah berada di ambang hidup dan mati akan memiliki kemampuan khusus yang tidak akan dimiliki orang biasa seumur hidup mereka! Ini wajar, bagaimana mungkin kamu ingin mendapatkan sesuatu yang luar biasa tanpa membayar harganya? Ini merupakan sebuah ketetapan yang tidak berubah dari yang di atas sana untuk memberikan anugerah dan kekuasaan, serta penghargaan dan hukuman bagi manusia. Setelah melihat panel karakter, aku memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang permainan malaikat maut ini. Tampaknya malaikat maut sudah mengikuti perkembangan zaman! Karena Permainan malaikat maut ini banyak meniru pengaturan permainan online yang dibuat oleh manusia. Mungkin malaikat maut memang membunuh orang dengan buku catatan sepuluh tahun yang lalu, tetapi sekarang telah memasuki era elektronik! Jika malaikat maut masih menggunakan buku catatan, menulis dan menggambar dengan pensil untuk membunuh orang, bukankah itu sangat ketinggalan zaman? Mungkin bos perusahaan game seluler ini adalah titisan malaikat maut di dunia ini, dan karyawannya masih tidak tahu, mengira mereka hanya membuat game seluler biasa! Setelah keluar dari panel karakter, aku langsung mengklik panel toko. Bukankah permainan malaikat maut selalu gratis? Aku ingin melihat apa yang ada di dalamnya dan bagaimana itu bisa gratis. Barang-barang di panel toko ini dibagi menjadi tiga kategori: item konsumsi, item permanen dan item peningkatan kemampuan. Aku mengklik kolom konsumsi, dan item pertama sudah menarik minatku. [Air mata sapi: oleskan pada kelopak mata, maka Anda dapat melihat tubuh roh untuk waktu yang singkat. Jumlah: satu botol (10ml). Harga: 10 hari nyawa.] Artinya, jika meletakkan benda ini di kelopak mata, maka pemain dapat langsung melihat para roh hantu itu? [Jimat roh: ketika roh jahat mendekati jimat dalam jarak sepuluh meter, jimat akan terbakar secara otomatis untuk mencegah roh jahat mendekat, dan berlangsung selama satu menit. Jumlah: satu tumpuk (sepuluh lembar). Harga: 30 hari nyawa.] Benda bagus. Pertama, dapat mendeteksi apakah ada roh jahat dalam jarak 10 meter. Kedua, dapat mencegah roh jahat mendekat dalam waktu singkat, sangat praktis! Sangat disayangkan bahwa harga nyawa 30 hari itu terlalu mahal bagiku dan membuatku mundur tidak jadi membeli. Tidak bisakah mereka menjualnya dalam bentuk satuan? Ketika aku menggeser ke bawah, ada barang-barang konsumsi yang tak terhitung jumlahnya, seperti garam, lilin gereja dan salib, yang semuanya terkait dengan pengusiran roh jahat. Semuanya memang gratis, dan tidak perlu uang sama sekali! Namun, semuanya itu tidak dapat dibeli dengan uang, mereka hanya bisa ditukar dengan nyawa! Apanya yang selamanya gratis! Benar saja, tidak ada yang gratis di dunia ini. Siapa yang percaya dengan barang gratis hanyalah orang bodoh! Aku melihat barang-barang konsumsi dan barang-barang permanen, kemudian membandingkan keduanya. Barang-barang konsumsi adalah barang-barang sederhana dan praktis dengan harga murah dan efek langsung, tetapi fungsinya terbatas. Mereka pada dasarnya terbatas hanya mengusir roh jahat, menghindari roh jahat, atau detoksifikasi, penyembuhan, dan menyelamatkan orang. Sangat sulit digunakan untuk membunuh roh jahat. Item permanen berbeda. Mereka umumnya lebih kuat dibandingkan dengan item-item konsumsi, bisa digunakan untuk menyerang dan bertahan. Sangat kuat, tetapi harganya sangat tinggi, dan di atas rata-rata. [Pedang pengusir setan: senjata tingkat rendah yang dapat membunuh roh jahat. Jumlah: sebilah. Harga: enam bulan nyawa.] [Pedang koin tembaga: senjata tingkat rendah dengan daya mematikan yang dapat membunuh roh dengan baik. Jumlah: sebilah. Harga: satu tahun nyawa.] Keduanya adalah senjata tingkat terendah. Selanjutnya, ada beberapa senjata yang lebih mahal, seperti Alkitab, kamera psionik, dan senjata canggih lainnya. Barang-barang tingkat tinggi ini seringkali membutuhkan nyawa ratusan tahun, jadi bukan sesuatu yang bisa aku harapkan. Aku menyeka keringat di dahiku, permainan ini jelas bukan permainan biasa, pedang pengusir setan senilai nyawa enam bulan? Apakah mereka sedang bercanda? Ketika aku pada akhirnya ingin melihat-lihat item peningkat kemampuan, layar ponsel itu menunjukkan bahwa levelku belum cukup dan aku tidak memiliki akses untuk melihatnya. Tidak perlu dipikirkan lagi. Dua kategori pertama hanya item transisi, yang mengandalkan kekuatan eksternal, sedangkan kategori ketiga dapat meningkatkan kemampuan seseorang, nilainya pasti jauh lebih tinggi daripada dua kategori pertama, dan tentu saja juga memiliki harga yang jauh lebih tinggi. Setelah melihat permainan malaikat maut, tiba-tiba aku merasakan sebuah urgensi yang menyeruak dari dalam diriku, pengetahuan adalah sumber kekuatan! Aku tidak boleh bimbang ataupun ragu mengenai apakah aku bisa menyelamatkan diri atau tidak di misi berikutnya. Aku memutuskan untuk segera pergi ke perpustakaan untuk menjelajahi lautan buku dan menyerap pengetahuan sebanyak-banyaknya. Perpustakaan baru Universitas Sihotang memiliki delapan lantai dan puluhan ribu buku. Begitu aku masuk ke perpustakaan baru itu, aku langsung terjun ke lautan buku yang luas. Aku pun menghabiskan sepanjang sore tenggelam di lautan buku yang luas di perpustakaan itu. Sekitar pukul enam sore, aku merasa sedikit lelah, memutar leherku yang kecapekan dan memutuskan untuk meminjam beberapa buku lagi untuk dibaca. Tiba-tiba sebuah buku muncul di dalam jangkauan pandanganku dan menarik perhatianku. ‘Hitler dan ilmu hitam’. Merasa sedikit tertarik, aku langsung merasa segar dan bersiap meraih buku itu. Tak disangka, sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Sebuah tangan putih kecil melangkah lebih cepat satu langkah dan meraih buku itu. Aku tercengang saat aku berbalik, melihat punggung dengan rambut panjang yang menjuntai. "Cepet banget!" gumamku sambil melihat ke arah punggungnya. Tiba-tiba, sesuatu di lantai menarik perhatianku. Aku pun mengambilnya, dan melihat itu ternyata adalah kartu perpustakaan. Foto di kartu perpustakaan menunjukkan seorang gadis cantik bernama Shinta Panjaitan. Aku mengejar gadis berambut panjang itu sambil membawa kartu perpustakaannya, "Hei, apakah ini milikmu?" Gadis berambut panjang itu berhenti, mengangguk dan menatapku. Sungguh gadis yang cantik! Dalam satu lirikan yang melihat fitur wajahnya yang indah dan rambut panjang yang halus, cukup untuk membuat jantungku langsung berdetak lebih cepat. Satu-satunya yang kurang oke adalah matanya yang tampak tidak bernyawa, tidak fokus, dan tatapannya tampak kosong. Ada perasaan aneh seperti dia ada di sini, tetapi jiwanya tidak ada di sini. "Oh, terima kasih." Dia menjawab dengan suara rendah, mengambil kartu perpustakaan di tanganku, berbalik dan berjalan pergi. Meninggalkan aku yang berdiri di sana selama beberapa detik, memikirkan tentang matanya. Sejujurnya, aku belum pernah melihat mata orang hidup dengan sorot yang terlihat kosong seperti itu, benar-benar sangat aneh. Benar-benar berbeda dari fotonya! Matanya di foto terlihat sangat jernih dan hidup! Ketika aku tersadar kembali, aku melihat bahwa dia telah berjalan ke pengurus perpustakaan di pintu masuk, dan dengan cepat aku mengikutinya. Pengurus perpustakaan lantai ini adalah seorang lelaki tua berusia sekitar 50 hingga 60 tahunan, mengenakan kacamata baca. Melihat gadis itu datang, dia tersenyum dan mengangguk padanya. Gadis berambut panjang itu meraba kartu perpustakaannya dan meletakkannya di atas meja bersama buku itu. Sang pengurus perpustakaan memindainya dengan alat yang mengeluarkan suara ‘bip’, lalu kemudian berkata, "Oke, sudah semua." Ketika aku berjalan mendekat dari belakangnya, aku hanya bisa melirik wajah sampingnya. Dia meletakkan barang-barangnya dan berjalan keluar dengan buku-buku di tangannya. Aku terus menatap punggung Shinta, matanya yang indah tapi seperti tak bernyawa itu terus muncul di pikiranku dan membuatku menjadi semakin penasaran dengannya. "Kenapa, anak muda, apakah kamu menyukai gadis itu? Kamu dari tadi menatap punggungnya." Sebuah suara membuyarkan lamunanku. "Hah?" Aku kembali tersadar dan menyadari bahwa pengurus perpustakaan lah yang sedang berbicara kepadaku, lantas aku menjawab, "Tidak, Anda salah paham."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD