Bab 6 Misi yang Baru

1728 Words
Aku memberitahu alasanku kepada Dave, “Dan yang terpenting adalah aku sudah mempunyai bayangan bagaimana cara Jesse melakukannya. Ini bisa menjelaskan mengapa ada racun di dalam botol dan di gelas milik Profesor Sugiarto. Padahal jelas-jelas ada racun di dalam botol, sedangkan yang mati keracunan hanya Profesor Sugiarto, sedangkan tiga orang lainnya tidak kenapa-napa.” “Apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Dave dengan terburu-buru. “Apakah kamu masih ingat dengan hal-hal yang harus diperhatikan saat pelajaran kimia?” “Mana ingat sih! Cepetan kasih tahu aku!” Dave mendesak. “Guru kimiaku di SMP punya kebiasaan, bukan, lebih tepatnya penyakit OCD, kalau dia ingin mengambil sebuah botol yang ada labelnya, dia pasti akan mengarahkan label itu ke telapak tangannya.” Aku tersenyum kecil. Dave menjawab, “Ya ... aku mulai ingat, guruku di pelajaran kimia juga mengingatkan, kalau ingin mengambil botol harus mengarahkan labelnya menghadap telapak tangan.” “Guru kimia saat SMP saja begitu, apalagi seorang Profesor jurusan kimia! Jesse sebagai murid Profesor Sugiarto pasti tahu dengan kebiasaan gurunya ini. Sehingga kalau Jesse harus membunuh gurunya dengan racun, maka dia pasti merencanakannya seperti ini. Sejak Jesse tau gurunya akan mengajak mereka makan-makan, dia sudah memulai rencananya. Lalu, masalahnya adalah apakah wine itu benar-benar dibeli oleh Profesor Sugiarto?” “Maksudmu ... wine itu sebenarnya diberikan oleh Jesse?” “Benar sekali. Jesse adalah murid Profesor Sugiarto dan dia tahu gurunya ingin mengajak makan-makan, jadi tidak ada salahnya memberikan gurunya hadiah kan? Dan juga Jesse pasti bilang, ‘Profesor Sugiarto, nanti waktunya makan-makan, Anda bilang saja kalau Anda yang membeli wine ini. Dengan begini Profesor Hendra dan Peter pasti akan sangat berterimakasih kepada Anda.’ Menurutku orang yang suka mengambil hasil penelitian murid seperti Profesor Sugiarto, pasti tidak akan menolak usulan ini.” “Ya, ya, benar sekali ....” Dave mengangguk-angguk. “Sebelum memberikan wine, Jesse pasti sudah mengoleskan sianida di label wine itu!” Dave menjawab, “Jesse bodoh sekali, kalau misalnya ketika Profesor Sugiarto menuang dengan memakai tenaga yang berlebihan, bukankah nanti winenya akan terkena racun juga?” Aku menjawab sambil tersenyum, “Tidak mungkin, itu kan wine seharga 20 juta, Profesor Sugiarto pasti akan menuangkannya dengan hati-hati. Dia tidak akan menumpahkan wine itu sampai berantakan gimana. Harga wine itu lah yang memastikan keberhasilan rencananya Jesse.” “Tapi, kalau tidak ada orang lain yang menuangkan wine itu, dan kebiasaan Professor Sugiarto susah untuk diubah, mengapa racun itu bisa masuk ke dalam gelasnya Professor Sugiarto?” “Gampang kok, itu terjadi ketika dia menghabiskan wine di gelas terakhir.” “Ketika dia menghabiskan wine di gelas terakhir?” “Botol wine itu sudah habis kan? Kalau Jesse menyarankan Profesor Sugiarto untuk menghabiskan gelas terakhir, bukankah dua orang lainnya tidak akan meminumnya? Ketika dia menuangkan wine yang tersisa, dia harus membalik botol wine itu supaya tidak melewatkan satu tetes pun, dan dengan begini racunnya akan mengalir ke dalam. Bukankah itu menjelaskan mengapa racun ada di botol tetapi yang meninggal hanya satu orang?” “Ah iya ya!” Dave menjawab dengan bersemangat, “Bos Michael, kamu memang bosku! Kamu bahkan bisa kepikiran sampai seperti itu, kamu benar-benar hebat!” “Hahaha, ini semua hanyalah tebakanku. Kita masih harus melihat hasil investigasi kakakmu, jadi kamu hanya perlu memberitahu dugaanku kepadanya saja.” Dave meloncat karena senang. “Oke, Bos Michael, tunggu sampai aku mendapatkan hadiah dari kakakku, aku akan mentraktirmu selama 10 hari. Pastinya ada telur ceplok dan paha ayam, semuanya pasti ada! Tidak, aku harus memberitahu kakakku secepatnya!” Selesai bicara dia langsung buru-buru pergi. “Woi, bagaimana dengan makan siang yang kamu janjikan ….” Aku hanya sempat mengatakan 1 kalimat itu sebelum Dave pergi. Aku pun menggelengkan kepalaku sambil tersenyum, aku sudah menggunakan otakku, mulutku saja sampai kering, tapi aku malah tidak mendapat makan siang. Sial, benar-benar sial! Sore hari di keesokan harinya, Dave datang ke tempatku dengan gembira, dan dia memberitahu kalau pelakunya sudah tertangkap. Ternyata ini adalah perbuatan Jesse dan Profesor Peter! Dan cara mereka melakukannya sama persis seperti yang aku katakan! “Bos Michael, kamu benar-benar hebat!” Dengan begini, Dave pun secara resmi menjadi fansku. “Kenapa Profesor Peter bisa ikut bersekongkol?” Aku bertanya dengan penasaran. “Hahaha, ternyata Professor Sugiarto tidak hanya mencuri hasil penelitian muridnya, tapi dia juga merupakan pria yang b***t! Dia melecehkan murid perempuan dan mengancam tidak meluluskannya! Yang lebih parah lagi, murid perempuan itu ternyata adalah pacarnya Jesse, dan merupakan keponakan jauh dari Profesor Peter!” Rasa tidak senang muncul di dalam hatiku setelah mendengar ucapan ini, karena aku merasa apa yang dilakukan Profesor Sugiarto tidak akan dilupakan walau setelah dia meninggal. Aku juga jadi merasa perbuatan Jesse dan Profesor Peter tidaklah salah. Tetapi hukum adalah hukum, tidak boleh ada orang yang melanggarnya. Karena hukum tidak melibatkan perasaan! Aku menghela napas dalam-dalam. Dave menepati janjinya, dia mentraktir diriku di kantin. Tentu saja ada telur ceplok dan paha ayam kesukaanku. Setelah makan malam, Dave pergi entah kemana, dan aku pun kembali ke asrama untuk bermain internet. Ini sama seperti Jumat lalu, di dalam asrama hanya ada aku seorang diri. Langit pun perlahan-lahan menjadi gelap. Setelah main game seluler sebentar, tiba-tiba layarku berubah gelap. Lalu saat aku kebingungan, tiba-tiba muncul gambar seseorang yang sedang duduk di depan komputer. Setelah aku memperhatikannya dengan baik-baik, aku terkejut hingga melompat, hampir membuat kursiku terbalik. Di dalam layar, dari komputer, meja, kursi, hingga background, semuanya sangat familier. Semua itu sama persis dengan tempat dudukku sekarang! “Terjadi lagi!” Jidatku langsung berkeringat dan jantungku berdetak dengan kencang. Aku menutup mataku, terus-terusan mencoba menenangkan diriku sendiri. “Karena aku tidak bisa kabur, aku harus menghadapinya!” Muncul cahaya yang sangat terang saat aku membuka mataku, terlalu terang sampai membuat kepalaku sangat pusing. Cahaya terang itu kemudian menghilang dan hanya menyisakan kegelapan di depan mataku. Aku tidak bisa berdiri dengan tegak, kepalaku terasa pusing hingga aku terjatuh ke lantai. Tetapi lantainya terasa lembut sekali, seperti terjatuh di atas sebuah kasur. Tidak ada rasa sakit, dan malah terasa nyaman. Tak lama kemudian, aku kembali tersadar. Aku perlahan-lahan membuka mataku, tatapanku yang buram pun perlahan menjadi jelas. Aku berada di sebuah ruangan yang tidak besar, dan melihat dari dekorasinya, nampaknya aku berada di kamar tidur, dengan diriku sedang terbaring di kasur besar yang ada di tengah ruangan. “Berita utama hari ini, seorang pria berumur 30 tahun ditemukan meninggal di atas kasur di sebuah rumah sewaan di jalan utama Surabaya. Menurut perkataan para tetangga, korban yang bernama Alexander Batuara ini adalah seorang anggota geng. Kabarnya, ditemukan lebih dari 100 jarum di atas tubuh korban dan pria itu mati dengan mengenaskan. Kemungkinan orang ini dibunuh menggunakan jarum suntik ….” TV yang menggantung di tembok, sedang menyiarkan berita ini. Aku terkejut melihat pintu kamar yang terbuka ketika aku hendak mengambil ponselku. Sesosok wanita cantik datang menghampiri dengan santai. “Sayang ….” Dia melihatku sambil memanggilku dengan lembut. Aku malah terkejut dan membuka mulutku lebar-lebar, wanita yang memanggilku sayang adalah wanita yang diam-diam aku sukai, dan juga wanita yang menolakku. Dia adalah Bernice Tamaela! Karena dia, aku jadi suka bermain game puzzle di ponsel. Bernice pelan-pelan datang ke sebelah kasurku, dia membungkuk sambil berbicara, “Sayang, malam ini di rumah aja ya, kamu harus nurut!” Aku melihatnya dengan tercengang. “Kamu terlihat seperti orang bodoh.” Bernice mengulurkan tangan dan menyentuh wajahku. Dia lalu mengeluarkan permen lolipop dari kantongnya, dan membuka bungkusnya dengan perlahan-lahan. “Hei anak bodoh, buka mulutmu, sini aku beri kamu permen!” Aku kebingungan untuk beberapa saat. Di mataku terlihat wajahnya yang cantik, di telingaku terdengar suaranya yang lembut, dan di hidungku tercium wangi tubuhnya yang menggoda. Aku pun mau tak mau mengikuti perkataannya. Tidak, tidak! Dia pasti hanyalah karakter dari permainan malaikat maut yang ingin menggodaku! Yang ada di depanku bukanlah Bernice yang asli, melainkan hanyalah karakter dalam plot cerita permainan! Pada akhirnya aku tersadar, dan buru-buru merebut permen lolipop itu dari tangannya. Bernice tidak melakukan apa-apa saat melihatku tidak memakannya, dia hanya berdiri dan bilang, “Aku akan pergi kerja, hari ini aku harus shift malam lagi.” Lalu dia pergi ke lemari baju, membukanya untuk mengambil satu set pakaian suster. Setelah melalui banyak kejadian aneh, lama-kelamaan aku menjadi tenang. Aku memperhatikan Bernice keluar sambil membawa pakaian susternya, memperhatikan tindakannya dengan seksama. "Oh iya." Ketika Bernice telah sampai di pintu dia berbalik lalu berkata, “Lain kali, jangan keluar saat malam hari. Belakangan ini ada pembunuh aneh yang muncul di kota, dia suka membunuh menggunakan peralatan medis! Dalam 1 bulan sudah ada 5 orang yang terbunuh, polisi juga tidak mendapatkan petunjuk apapun, bahkan mereka sampai bilang itu adalah perbuatan setan, seram sekali ih!” Merasakan kekhawatirannya, aku pun tanpa sadar berkata, “Kamu juga harus hati-hati ya, karena kamu harus bekerja di malam hari.” Bernice menjawab, “Mau tak mau, ini kan pekerjaanku!” Selesai bicara dia menutup pintunya. Tapi tak sampai 2 detik, pintu kembali terbuka. Bernice memasukan kepalanya, lalu melihatku sambil bicara, “Sayang, kalau aku menghilang, apakah kamu akan mencariku?” “Tentu saja.” Aku menjawabnya tanpa ragu. Bernice menatapku lekat-lekat, “Kalau kamu ingin menemuiku, setelah keluar pintu, kamu jalan lurus saja sampai ke Rumah Sakit Sihotang.” Selesai bicara, Bernice menutup pintu dan lalu pergi. Setelah Bernice pergi, hatiku tetap tidak bisa tenang. Semua ini terasa sangat nyata, tapi mengapa aku hanya bisa menganggapnya sebagai karakter dalam cerita game seluler? Aku melihat permen lolipop di tanganku, lalu menggelengkan kepala sambil tersenyum, apa-apaan ini? Namun aku berubah pikiran ketika hendak membuangnya, barang ini harusnya item dalam permainan kan? Siapa tau kalau aku terluka, permen ini bisa menyembuhkan lukaku. Pembungkus permen itu sudah sobek, dan sedikit menempel di batang permen tersebut. Aku pun menggunakan aluminium foil untuk membungkusnya lagi, lalu meletakkannya di dalam sakuku. Selanjutnya, aku membuka ponsel, dan masuk ke dalam permainan malaikat maut. [Misi : Mencari tahu identitas pembunuh berantai Mode permainan : Pemain tunggal Batas waktu : 8 jam Hadiah : Nyawa selama 30 hari Tinggkat kesulitan misi : Sulit Penjelasan misi : Kamu adalah seorang pekerja kantoran. Pacarmu, Bernice, adalah suster di Rumah Sakit Sihotang. Belakangan ini sering terjadi pembunuhan di kota dan korban-korbannya mati mengenaskan. Siapa selanjutnya yang akan mati? Investigasi polisi tidak membuahkan hasil, jadi apakah pelaku yang sebenarnya adalah manusia atau setan? Semua jawaban ada di Rumah Sakit Sihotang! Cepat cari tahu jawabannya, kamu hanya punya waktu 8 jam! Kamu harus mencari tahu jawaban sebelum pagi hari!]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD