Di sekolah Violet bersama teman-temannya menunggu dengan sabar pengumuman yang akan dilakukan pihak sekolah, menurut jadwal sedikit molor dari waktu yang diberitahukan kemarin. Mereka menunggu dengan sabar, sebagian bercanda dan melepas rindu karena setelah ujian selesai mereka otomatis libur. Canda tawa dan cemas menunggu hasil ujiannya, karena kelulusan ujian ini akan berpengaruh kemana mereka akan melanjutkan sekolah setelah ini.
Mereka bercerita dimana universitas yang akan mereka daftar tergantung dari minat mereka masing-masing.
“Vio, kamu nanti kuliah akan mengambil jurusan apa?” temannya cindy yang duduk tepat disebelah Violet.
“Saya minatnya ambil manajemen atau akuntansi, sepertinya peluang untuk mendapat kerja sepertinya lebih fleksibel kalau saya masuk jurusan itu. Kamu sendiri mau ke mana Cin?”
“Aku kepinginnya masuk keperawatan, kalau mau masuk kedokteran takutnya ortu ga punya biaya untuk itu.”
“Nanti kalau aku sakit kamu yang rawat ya, Bu Suster. Gratis dong!” Canda Violet yang mendapat tepukan di pundakannya dari Cindy.
“oh iya, Vio. Kamu ambil jurusan itu karena ayah tirimu punya perusahaan ya?”
“Tidak. Aku malahan tidak minat untuk bekerja di sana. Takut kinerja tidak benar malah jadi bumerang buat ayah.” Violet menggeleng tidak menyetujui pemikiran itu.
“Kenapa? Bukannya lebih enak bisa kerja di perusahaan keluarga. Kamu kan tidak perlu memikirkan apakah kinerja bulan ini baik atau tidak yang berdampak pada pemecatan.” Cindy bertahan bahwa dengan bekerja di perusahaan keluarga lebih enak.
“Saya tidak tahu kalau ayah nantinya ingin Vio kerja di sana atau tidak. Tetapi jika boleh memilih, aku sih pilih kerja di tempat lain saja.”
Perdebatan mereka terjadi sampai suara dari wakil kepala sekolah terdengar oleh mereka yang dikuatkan dengan speaker.
“Anak-anakku sekalian. Bapak akan memberikan pengumuman hasil ujian kalian sekarang, diharapkan untuk berkumpul di depan kantor kepala sekolah.”
Mereka semua berjalan menuju ke ruang kelapa sekolah, berbagai suara yang terdengar bahkan ada yang sangat cemas bagaimana hasil ujian mereka ini. Setelah semua murid kelas tiga berkumpul di depan ruang kepala sekolah. Wakil kepala sekolah segera memberikan pengumuman.
Di depan ruang kepala sekolah, sudah berjejer para guru yang akan melepas mereka sebentar lagi setelah tiga tahun ini mereka didik.
“Anak-anakku sekalian. Bapak mengucapkan selamat kepada kalian yang lulus, pesan bapak. Jadilah manusia yang terbaik, dan buatlah bangga orangtua kalian dan juga almamatermu.” Mendengar itu semua hening. Wakil kepala sekolah memutuskan bicara dan memadang ke sekeliling muridnya sambil tersenyum.
“Mengapa memasang muka tegang semua?” tanya beliau memperpanjang kecemasan mereka.
“Pak, cepat umumkan bagaimana hasilnya?” celetuk seorang dari barisan belakang.
“Kenapa cepat-cepat, nanti kalau sudah bapak umumkan kalian pada bubar. Kalau agak lama kalian kan masih bisa temu kangen.” Canda beliau. Banyak protes yang terdengar sebagai latar belakang.
“Baiklah. Harapan tenang biar bapak bisa umumkan.” Beliau mengatur nafas terlebih dahulu seperti akan mendramatisir pengumuman yang akan dilakukannya. “Selamat atas keluluasan kalian semua.” Suara yang tenang dan lantang terdengar memecah keheningan yang di sambut dengan pecah teriakan kegembiraan dan tangisan bahagia mereka semua.
mereka bersalaman dengan para ibu dan bapak guru yang sudah berdiri memandang mereka dengan penuh haru. Mereka mengucapkan terima kasih dan mengucapkan permintaan maaf, atas perbuatan mereka selama tiga tahun ini. Setelah itu, mereka meluapkan kegembiraan dengan saling mengucapkan selamat dan bersalaman antara mereka serta mengucapkan selamat tinggal dan semoga sukses. Setelah ini, mereka akan sangat susah untuk berjumpa kecuali kalau mereka satu kampus.
Nanang mendekat kepada Violet, yang disoraki oleh semua temannya Violet yang berada di dekatnya. “Cie....ada ayang nih.”
“Apaan kalian, kita ga punya hubungan apapun. Sudahlah ga usah dibesar-besarkan kita hanya sebatas teman saja.” Violet kesal mendengar celetukan teman-temannya karena setiap kali Nanang berjalan mendekat selalu dianggap bahwa mereka pacaran.
“Selamat, Nang? Terima kasih banyak ya, selama ini sudah meminjamkan buku-buku pelajarannya.” Violet berkata santai kepada Nanang. Ekspresi Nanang yang mendengar jawaban Violet atas perkataan teman-temannya sedikit berubah sendu, tetapi cepat ditutupinya.
“Iya, sama-sama. Aku bahkan tidak menduga, kamu menduduki peringkat ketiga di sekolah. Jauh di atasku.” Jawaban Nanang senyum terbaik yang bisa dia usahakan. “Kamu akan kuliah dimana?”
“Mungkin hanya di kota saja. Soalnya ibu tidak mau aku terlalu jauh darinya.”
“Mengapa tidak ambil universitas di Provinsi yang berbeda dan lebih besar, kita bisa mendapat pengalaman yang lebih.”
“Aku ikut apa kata orangtua saja, lagi pula kalau rindu bisa cepat pulang kampungkan! Tidak repot-repot cari tiket jauh-jauh hari.” Violet berkata bijak.
“Ikut teman-teman merayakan kelulusan di pantai?”
“Aku sepertinya tidak bisa tadi pagi sudah janji dengan ayah dan ibu untuk segera pulang.”
“Kamu tidak ikut, Vio.” Teriak teman-teman Violet yang sedari tadi diam menyimak perkataan pembicaraannya dengan Nanang.
“Sorry guys. Aku udah janji untuk segera pulang. Kalau tidak mereka akn cemas, maklum anak kesayangan.” Violet bergurau untuk meredakan kekecewaan teman-temannya ini.
“Sepertinya urusan kita di sekolah udah selesai nih. Aku mau pulang untuk menyampaikan kabar gembira ini.” Violet akhirnya pamit setelah bercipika-cipiki dengan teman-teman.
Violet pulang dari sekolah dengan perasaan sangat bahagia, dia lulus dengan menduduki peringkat tiga besar di sekolahnya. Saat sampai di rumah dia berlari sambil berteriak memanggil orangtuanya.
“Assalamu’alaikum...... ibu... ayah...!” hening Violet membuka pintu dan masuk ke dalam rumah untuk mendapati tidak ada orangtuanya di ruang santai seperti kebiasaan mereka saat Violet biasa pulang sekolah. Violet mengulang salamnya dengan suara yang masih keras.
“Assalamu’alaikum....ibu...ayah.... Vio sudah pulang nih.”
“Wa’alaikumsalam. Di halaman belakang nak.” Terdengar suara dari arah halaman belakang. Violet akhirnya berjalan menuju asal suara ibunya yang menjawabnya tadi.
Sesampainya Violet di tempat ibu dan ayahnya yang menata meja dan alat pemanggang membuatViolet bingung. apa yang sedang dilakukan orangtuanya ini.
“Ayah dan Ibu, lagi apa?” Violet yang penasaran akhirnya bertanya.
“Kita lagi siap-siap untuk pesta nanti malam.” Jawab ayahnya yang masih berkutat dengan alat pemanggang yang lumayan besar itu.
“Pesta? Pesta apa Yah?” Violet masih bingung.
“Nanti juga kamu tahu kok.” Setelah selesai dengan alat pemanggangnya ayah akhirnya melihat kepada Violet. “Bagaimana hasilnya?”
“Lulus dong Yah. Vio mendapat tempat ketiga terbaik di sekolah.” Jawab Violet dengan bangga.
Ayahnya menghampiri dan memeluknya dengan perasaan bahagia. “Memang seperti ini seharusnya anak ayah dan ibu.” Dia menciumnya sebelum melepaskan pelukannya.
Violet menhampiri ibunya yang sudah berjalan mendekat ke tempat mereka berpelukan. Vio sedikit berlari untuk masuk ke pelukan ibunya dengan gembira, dia bergelayut manja.
Violet akhirnya diajak ibunya untuk masuk ke dalam dan menyiapkan makanan yang akan dihidangkan pada pesta yang disebutkan ayahnya tadi. Siang itu, mereka menyiapkan semua keperluan untuk pesta mulai dari minuman yang akan didinginkan, dan makanan pembuka serta camilan.
Melihat porsi yang dibuat sepertinya pesta itu tidak besar, tetapi Violet tetap diam tanpa meminta penjelasan lebih lanjut setelah tadi dia bertanya hanya dijawab seadanya.
Violet tidak tahu bahwa Adrian sudah ada di rumah dan sedang istirahat di kamar, mobilnya sudah masuk ke dalam grasi yang sudah ditutup.
Setelah maghrib bersama, mereka bersama menuju ke halaman belakang untuk memulai acara. Violet yang sudah bolak balik membawa hidangan dan di susun di tempatnya masing-masing. Para laki-laki sudah standby di dekat alat pemanggangan yang sudah dinyalakan.
Melihat persiapan sudah selesai, akhirnya Violet bertanya kepada ibunya. “Bu, tamunya kapan datang?”
Ibunya tertawa melihat Violet yang bingung. “Kita pesta hanya berempat. Sebagai ucapan syukur kamu lulus ujian.” Mendengar itu Violet langsung memeluk ibunya.
“Terima kasih, bu. Ibu sudah mau membuat acara ini untuk Violet.” Katanya terharu.
“Ini ide ayahmu. Katanya untuk menghiburmu yang sudah berjuang keras selama ini.”
Violet yang biasanya dingin dengan Adrian malam itu sedikit lebih hangat, mereka bercanda menikmati waktu kebersamaan mereka. Setelah selesai makan, mereka akhirnya duduk di tempat yang sudah di tata ayah dan ibunya tadi siang. Tak lama kemudian bunyi ledakan terdengar, seketika langit malam itu berhias kembang api yang indah.
Kedekatan seperti ini yang dari dulu Violet ingin dia rasakan, yang selama ini hanya diisi oleh mereka berdua, dia dan ibunya. Setelah ibunya menikah ternyata kebahagian itu akhirnya dapat dia rasakan juga. dan malam ini adalah malam yang sangat indah dan penuh makna baginya.