Tujuh

1069 Words
Hari adalah hari yang sudah ditunggu-tunggu oleh Violet. Hari ini, nilai kelulusan akan diumumkan oleh sekolah. Violet sangat bersemangat, dan penuh keyakinan bahwa dia akan lulus. Mengingat saat ujian soal-soal yang dia kerja terasa mudah untuk dia selesaikan. “Pagi, Bu.” Sapa Violet yang sudah turun untuk membantu ibunya di dapur. “Pagi, cantik.” Ibunya menjawab tanpa melihatnya dan sibuk menyelesaikan mencuci sayuran yang ada di wastafel. “Kedengarnya bahagia sekali?” “Hari ini nilai kelulusan akan diumumkan, Bu. Vio tidak sabar untuk mengetahui hasilnya.” Kata Violet yang melihat ke sekeliling dapur apa yang dapat dia bantu kerjakan. “Kedengarannya kamu yakin dengan hasilnya.” Ibunya selesai mencuci sayuran dan membawa ke meja untuk dipetik. Dia menarik kursi dan duduk untuk memulai memetik sayurannya dan tersenyum memandang anaknya. “Iya, dong Bu. Anak ibu ini kan udah belajar mati-matian kemarin. Hasilnya tidak mungkin akan mengecewakan.” Jawab Violet dan duduk disebelah ibunya untuk membantu memetik sayuran. “Ibu yakin denganmu.” Jawab ibunya bangga. “Ayah kemana Bu? Vio tidak mendengar suaranya di dalam rumah. Inikan masih pagi, biasanya duduk di beranda sambil minum kopi.” “Ayahmu lagi melihat ke belakang rumah, memantau perkembangan pembuatan kolam renangnya. Entah apa lagi yang mau di tambahnya.” Ibunya menggeleng, ayahnya sudah merenovasi rumah ini habis-habisan. Memang sih, masih tetap mempertahankan struktur yang ada tetapi lebih dipoleh lagi. Sekarang rumah ini terlihat lebih cantik, dengan taman dan kebun yang tertata lebih rapi. Sekarang akan bertambah kolam renang di belakang rumah. Jika masih memungkinkan dan ada sedikit peluang menurut ayahnya pasti akan bertambah lagi. “Bukannya kemarin sudah selesai pembuatan kolannya, Bu. Para pekerja sudah pada beres-beres, kan?”” “Ibu tidak tahu, kata ayahmu sepertinya masih ada yang kurang klop. Makanya sekarang dia ke belakang untuk melihat langsung. Mungkin karena pekerjaan ayahmu dulukan memang seperti itu, jadi dia pasti akan memastikan bahwa proyek pembuatan kolamnya akan benar-benar sempurna.” Mereka berdua tertawa, Violet juga bisa meluapkan kegembiraannya dengan lebih lepas karena tidak adanya Adrian di rumah sekarang. Begitulah suasana saat ayahnya masuk, dia melihat istri dan anaknya. Ada kebahagian tersendiri saat dia memandang wajah cantik istrinya, dia saat muda dulu membayangkan bagaimana kehidupan mereka setelah menikah. Tetapi dulu takdir menentukan lain, tetapi sekarang dia saat umur yang sudah senja ternyata mimpi itu bisa menjadi nyata. “Apa yang membuat kalian tertawa.” Dia mendekat dan mencium pipi istrinya mesra dan mengucek rambut Violet dengan sayang. “Kita membicarakan ayah loh.” Goda Violet. “Oh, ya? Apa yang kalian bicarakan tentang ayah?” dia pura-pura marah, membuat Violet tertawa. “Soal proyek ayah di belakang rumah. Dan kemungkinan proyek baru ayah.” Jawab Violet dengan suara yang masih bercanda. “Bagaimana menurutmu, hasil proyek ayah selama ini?” “Keren, Yah. Te O Pe Be Ge Te, dah. Tiada duanya.” Violet mengacungkan kedua jempolnya. “Hari ini, pengumuman kamu hasil ujianmu keluar kan?” “Iya, Yah.” “Bagaimana perasaanya?” “Harap-harapan cemas sih. Tetapi Vio optimis kok bisa lulus.” “Bagus, memang harus begitu anak ayah.” Suara bangga Hendra mendengar putri tirinya bicara. Dia kemudian minum, minuman yang sudah dibawakan istrinya. “Kamu, mandi sana. Beriar cepat siap-siap untuk ke sekolah. Ini sudah setengah tujuh.” Usir ibunya sambil mengingatkan Violet untuk bergegas bersiap ke sekolah. “Ok, Bos.” Violet berjalan ke kamar mandi meninggalkan kedua orangtuanya yang melanjutkan mengobrol sambil ibunya melanjutkan membuat makanan untuk sarapan mereka pagi ini. “Saya ingin membuat pesta kecil untuk Violet, jika dia sudah lulus.” Melihat istrinya menoleh dan hendak bertanya cepat-cepat dia menambahkan. “Hanya kita sekeluarga saja, sekalian mengajak Adrian untuk pulang. Dia sudah la tidak pulang. Em.....hanya acara makan-makan kita saja, tetapi dibuat sedikit lebih meriah di dekat kolam. Barbequean dan membakar kembang api, sepertinya kita belum pernah melakukan itu” pak Hendra mengutarakan uneg-unegnya. “Ide yang bagus.” Jawab istrinya sambil menuruskan kegiatannya. “Saya telepon Adrian dulu. Mumpung masih pagi, anaknya belum sibuk.” Katanya sambil berjalan ke kamar untuk mengambil handponenya yang habis subuh tadi di charger. Pak Hendra menelpon anak lelakinya ddari kamar, dia menunggu cukup lama sebelum akhirnya panggilannya di angkat. “Assalamu’alaikum. Yah. Apa kabar ayah?” sapa Adrian, dia buru-buru menyelesaikan mandinya karena mendengar sayup-sayup ringtone yang dibuat khusus untuk ayahnya. “Wa’alaikumsalam. Kami sehat-sehat saja disini. Kamu bagaimana? Lagi apa sekarang” “Adri sehat Yah. Ini habis mandi dan siap-siap akan ke kantor, ada meeting pagi ini. Jadi sedikit lebih cepat dari biasanya berangkat.” “Kamu bisa luangkan waktumu minggu ini untuk pulang kampung?” istilah pulang kampung akhirnya melekat antar Adrian dan ayahnya. “Baiklah Yah. Adri usahakan, dua minggu kemarin perusahaan lagi sibuk-sibuknya. Bu Nadya terlalu kejam menyusun agenda.” Nada Adrian sedikit protes kepada ayahnya tentang mantan sekretaris ayahnya itu yang sudah menjadi sekretarisnya sekarang. “Dia yang terhebat yang bisa kamu andalkan, mengingat cara kerjamu yang sangat ketat itu.” Jawab ayahnya tidak peduli dengan perasaan anaknya yang sedikit mengadu, padahal sudah sering mereka bahas. “Kamu harus datang, ayah mau buat acara pesta kecil-kecil buat merayakan kelulusan Vio.” “Memang hasilnya sudah keluar, Yah?” Adrian yang mengikuti perkembangan berita sedikit heran. Bukannya kelulusan baru akan diumumkan hari ini. “Ayah yakin jika Vio bisa lulus, jadi ayah mau buat acara pesta untuknya. Hanya kita saja, sedikit acara dengan meriah. Kamu harus datang Adri.” Kata ayahnya tegas. “Baiklah, Yah. Adri akan minta Bu Nadya untuk mengosongkan jadwal Adri akhir minggu ini.” Jawab Adrian dengan pasrah, pastinya selama tiga hari ini akan membuat dia pulang sampai larut malam. Setelah menelepon Adrian, Pak Hendra ke dapur yang gabung dengan meja makan untuk menemui istrinya yang ternyata sudah selesai menyiapkan sarapan untuk mereka. Violet sudah selesai bersiap dan turun ke dapur, dia melihat ayah dan ibunya sudah menunggu Violet untuk sarapan bersama, selesai sarapan Violetpun pamit untuk berangkat ke sekolah. Selama Violet sekolah, kedua suami istri itu hanya menghabiskan waktu berdua dengan melakukan aktivitas bersama atau hanya duduk-duduk saja di taman dengan ditemani camilan. Sejak menikah, Bu Salma sepakat untuk memutuskan mengambil pensiun dini dari kegiatan mengajar di taman kanak-kanak. Dengan alasan agar mereka bisa dapat mengejar ketertinggalan mereka yang sudah lama tidak bertemu. Kebahagian mereka sangat jelas terlihat, akhir dari perjalanan panjang yang penuh liku itu membuat mereka akhirnya dapat bersama di masa tua seperti sekarang. Mereka melakukan aktivitas bersama, entah itu terlibat perbincangan atau hanya diam saja namunhal itu menjadi lebih bermakna karena bersama dengan orang yang kita cintai dalam menghabiskan waktu bersama. Mereka sudah menikah sudah hampir setahun, tetapi belum sekalipun Salma pergi ke rumah mereka yang ada di kota yang ditempati Adrian. Suaminya sudah berusaha mengajak untuk berkunjung ke sana tetapi, Salma belum mau pergi karena dia beralasan karena Violet pasti tidak mau ikut, dan jika Violet tinggal sendiri pasti akan membuat dia khawatir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD