Setelah permintaan ayahnya, Adrian mencoba menata perasaannya kepada Violet. Setiap dia bertanya kepada dirinya saat ia sendirian, tetapi dia belum jatuh cinta katanya kepada diri sendiri. Walaupun setiap kali dia mengantar Violet ke sekolah dan melihat ada teman laki-laki yang bertegur sapa yang dibalas senyuman oleh Violet, hal itu membuat Adrian berang. Tetapi dia membenarkan alasan tersebut karena dia adalah kakaknya sekarang.
Di kantor Adrian bahkan lebih dingin lagi, pernah ada pegawainya yang senyum-senyum kepadanya seolah dia mencoba menarik perhatiannya. Hal itu terjadi saat Adrian baru sampai ke kantor dengan wajah tanpa ekspresinya seperti biasa.
“Selamat pagi, Pak Adrian!” sapa pegawai wanita itu dengan tersenyum lebar dan mengedipkan matanya kepada Adrian.
Adrian tidak suka kalau ada pegawainya yang melakukan pendekatan untuk menariknya seperti itu. Dia langsung menegur keras dan sampai terdengar di seluruh ruangan lobi kantornya.
“Saya gaji kalian bukan untuk melakukan hal konyol di kantor ini. Bersikap yang sopan kepada siapapun di kantor ini. Jika kalian di luar kantor, kalian mau bersikap seperti apapun itu terserah kalian, asalkan tidak membawa nama kantor. Saya tidak peduli.” Setelah itu, Adrian berlalu dan naik menggunakan lift ke lantai atas kantornya.
Pegawainya yang ditegur tadi tertunduk malu, mukanya memerah dan menahan perasaannya.
“Kamu belum tahu atau bagaimana sih, Sin.” Temannya mendekat ke arah Sinta yang sudah duduk untuk melakukan pekerjaannya. “Pak Adrian itu, tidak suka kalau ada pegawainya yang mencoba untuk bergenit ria dengannya. Sikapnya di kantor sangat sopan kepada siapapun termasuk OB sekalipun, walaupun sikapnya dingin. Tetapi kalau ada yang memiliki niatan untuk menggodanya dia akan marah dan pernah sekali ada kejadian yang di pecat karena hal itu.”
Mendengar penjelasan temannya membuat Sinta memucat pucat, dan mulai mengutarakan kecemasannya. Dia memang sudah mendengar kalau bosnya memiliki sifat seperti itu, tetapi dia beranggapan bahwa orang yang pernah mencoba mendekati Bosnya pastilah tidak memiliki kualifikasi seperti dirinya.
“Bagaimana ini, Rin? Aku bakalan kena pecat atau tidak nih.”
“Sepertinya tidak, karena orang yang dahulu juga melakukan itu dipecat langsung ditempat dan disuruh segera angkat kaki dari kantor ini saat itu juga. Tetapi saya tidak tahu untuk kasusmu, semoga saja tidak terjadi karena kamu anak baru di sini. Mungkin masih ada tenggang rasa dari Bos.” Temannya Rini mencoba menenangkan Sinta, walaupun tidak sepenuhnya dari penjelasannya itu dapat meredakan kecemasan temannya ini.
“Kenapa Pak Adrian, seperti itu kepada semua wanita?” Sinta masih penasaran dan mencoba mencari berita dari temannya ini dengan berbisik. “Apakah Pak Adrian Homo?”
“Sudah deh, Sin. Masalahmu belum kelar sudah mau nyebar berita yang tidak-tidak. Kerja aja yang benar. Bisa-bisa sebelum kering air liurmu, kamu benaran di pecat nanti.” Rini menasehati temannya ini.
“Aku penasaran saja, bukan mau menyebar berita yang tidak benar.” Bela Sinta.
“Pak Adrian bukan homo, dia sering bertemu dengan teman-temannya salah satunya wanita. Dia salah satu yang paling dekat dengan Pak Adrian, denger-denger sih pacarnya.” Mendengar penjelasan Rini, akhirnya Sinta diam.
Sementara itu, di ruangannya Adrian mengalami mood yang jelek. Belum selesai masalah yang harus dia putuskan tentang permintaan ayahnya, sudah ada lagi pegawai perempuannya yang mencoba menggodanya. Dia sangat tidak suka dan paling anti dengan orang yang ingin memanfaatkan dirinya karena dia cantik dalam mendapatkan harta. Adrian menekan intercome memanggail sekteratisnya Bu Nadya.
“Bu Nadya, ke ruangan saya sekarang.” Mendengar suara Adrian yang dingin, Nadya sudah menebak pasti terjadi hal yang tidak disukainya. Dia berjalan menuju ruangan Bosnya itu dengan persiapan mental yang kuat.
Nadya tanpa mengetuk pintu segera membuka pintu dan masuk. “Bapak, memanggil?” sapanya lembut penuh senyum.
“Iya, saya ingin pegawai yang tidak memiliki kompetensi yang baik segera dipecat. Apalagi jika mempunyai tingkah laku yang minus.”
Ah...akhirnya Nadya tahu permasalahan Bosnya ini, pasti ada yang mencoba untuk menggoda lagi. Siapa pula yang mengulang kesalahan ini lagi. Apakah mereka tidak punya telinga atau mata untuk melihat apa yang terjadi dengan orang yang berani melakukan ini. Gadis itu pasti cari masalah dengan serigala ini.
“Baik, Pak. Akan saya laksanakan, apakah langsung dibuat surat pemutusan kerja atau ada kompensasi dengan memberikan teguran seperti surat SP?”
“Kamu dapat memutuskannya sendiri, tetapi saya tidak ingin masalah ini kembali terjadi.” Tegas Adrian.
“Baik, Pak. Anggap masalah itu sudah beres. Masih ada yang lain?”
“Laporan perkembangan pembangunan di Selatan Kota sudah masuk?”
“Sudah pak. Pekerjaan pembangunan gedung berjalan dengan baik, tertulis di laporan bahwa pekerjaan sesuai dengan rencana dan dapat selesai tepat waktu.”
“Baik. Kamu terus pantau perkembangannya, jika terdapat masalah sekecil apapun saya harus segera diberitahu.”
“Baik. Pak.”
“Berkas untuk meeting yang ada di luar kota hari ini, sudah siap?”
“Bundel berkas yang ada di hadapan Bapak sekarang.” Jawab Nadya tidak terpengaruh dengan nada Adrian yang masih terlalu tegas dan terkesan ketus, ini dampak dari karena masalah yang dihadapinya tadi yang langsung mengubah moodnya. Jika tidak ada masalah, suasana mereka biasanya lebih santai.
“Saya hari ini akan berangkat ke luar kota untuk melakukan meeting, kamu bisa mengatasi permasalahan di sini seperti biasa. Cukup untuk sekarang, saya harus segera pergi agar tidak terlambat di meeting.”
Setelah memberikan arahannya, Adrian mengambil berkas yang diperlukannya dan segera keluar dari ruangannya untuk segera mengejar penerbangannya agar tidak terlambat sampai di meeting itu.
Kebisaan Adrian saat di pesawat jika melakukan penerbangan untuk melakukan meeting akan menghabiskan waktu dengan mempelajari kembali berkas yang ada. Tetapi hari ini, dia melihat selintas mengecek kelengkapan berkas dan segera menutup kembali bundel itu.
Dia akhirnya melihat keluar jendela melihat awan dan langit biru , dan memikirkan kembali apa dia harus memenuhi permintaan ayahnya. Kalau dia tidak mau, ayahnya akan kecewa tetapi dia pasti tidak akan memaksakan kehendaknya. Tetapi dia juga tidak sepenuhnya menolak, hanya sedikit ragu. Bahkan dia juga tidak suka jika Violet terlalu dekat dengan teman laki-laki di sekolahnya, apalagi kalau dia sampai pacaran jika Adrian memikirkannya kembali tidak akan marah.
Setelah merenung panjang dan mempertimbangkan bahwa dia tidak akan suka jika Violet berdekatan dengan lawan jenis, akhirnya dia memutuskan untuk menyanggupi permintaan ayahnya itu. Dia belum pernah merasakan jatuh cinta, jadi dia tidak terlalu mempertimbangkan apakah dia mencintai Violet atau tidak.
Selama ini, dia hanya dikelilingi teman-teman masa kuliahnya dulu. Mereka sangat akrab dan sering berkumpul bersama. Diantara mereka ada seorang perempuan yang sangat dekat dengannya, tetapi tetap saja dia hanya menganggapnya sebagai teman saja seperti teman laki-lakinya. Walaupun kebanyakan dari mereka bergurau kalau mereka sudah jadian, tetapi mereka tetap tahu bahwa dia tidak memiliki hubungan apapun dengannya.
Adrian bertekad akan segera menyelesaikan pekerjaannya ini dan akan segera memberitahu ayahnya. Sekarang permasalahan yang dihadapinya, hanya reaksi dari Violet saja.
∞
Violet sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan ujian nasional yang akan dia hadapi seminggu lagi. Dia bahkan tidak keluar dari kamar kecuali kalau dia akan ke sekolah atau makan dan sholat. Dia terus belajar dengan giat, buku-buku yang dibelikan Adrian sangat membantunya dalam belajar.
Try out ujian yang dilaksanakan sebulan sebelum ujian kemarin, membuahkan hasil yang tidak dia duga. Violet bahkan menduduki 5 besar di sekolahnya, dengan hasil ini dia optimis bahwa dia akan berhasil dalam ujian nasionalnya. Tetapi Violet tidak merasa berpuas diri, dia menjadi lebih giat belajar agar di ujian nasional dia tidak gagal.
Untuk menyemangati Violet, ibunya akan membuatkan camilan dan minuman untuk Violet makan agar ia tidak kekurangan tenaga saat belajar karena menguras banyak tenaga dan pikiran. Ayahnya bahkan membelikan multivitamin agar Violet selalu bugar dan tidak sakit.
Menjelang ujian Violet bahkan tidak disuruh ibunya untuk membantu dindapur, padahal Violet lagi berencana istirahat sejenak dan mengendurkan ototnya.
“Vio, lagi istirahat Bu. Biar Vio bantu, agar ototnya lemes kembali nih.” Violet merayu ibunya. “Mata Vio, udah pegal nih. Kalau bantu ibu kan bisa dapat manfaat yang besar.”
“Apa manfaatnya coba?” ibunya belum mengasih ijin memegang apapun.
“Bisa mencicipi masakan yang ibu buat.” Violet tersenyum nyengir kuda, yang ditanggapi ibunya dengan gelangan kepala. “Dan yang paling besar Vio bisa dapat pahala karena udah bantu ibu. Iya ga Bu?”
“Iya, sudah sana cuci sayuran dan buahnya. Buahnya nanti kamu susun di meja makan dan sayurnya kasih ibu cepat.”
“Okey, mommy.” Kata mommy keluar kalau Violet lagi senang dan manja dengan ibunya.
Seminggu kemudian, segala kesibukan yang dilakukan Violet selama ini akhirnya akan ditentukan dalam minggu ini. Dia sedikit mengurangi belajar dan hanya membaca sekilas untuk mengingat kembali apa yang sudah dia pelajari, dan lebih fokus mempersiapkan tenaga untuk ujian.
Saat dia pulang dari sekolah setelah ujian, dia akan makan, sholat dan kemudian tidur. Dia hanya akan mengulang pelajaran di malam hari setelah makan malam selama sejam dan kemudian tidur.
Untuk rencana yang diutarakan ayah tirinya, dia belum mengetahui rencana tersebut sama sekali, sedangkan ibunya sudah diberi tahu oleh suaminya. Ternyata dia setuju, dengan begitu dia merasa Violet akan benar-benar memiliki ayah walaupun hanya dalam jalur pernikahan. Mereka sepakat akan memberitahu Violet saat dia sudah menyelesaikan ujiannya. Jika Violet dan Adrian menolak, mereka juga akan tetap menganggap Violet sebagai anak mereka. Apalagi ibunya, yang sudah membesarkannya dari bayi. Tetapi jika Violet menikah, ikatan itu akan sangat erat bahkan lebih erat dari sekarang.