Tengah malam Violet akhirnya terbangun, dia merasa lapar dan belum mengerjakan kewajibannya sebagai muslim. Dia bangun dan menuju ke kamar mandi yang ada di kamar yang ditempatinya. Setelah wudhu dan sholat isya’, saat dia barjalan menuju ke meja rias di sana ia melihat nampan makanan yang ditutup.
Dia membuka penutup makanan dan tersenyum, dia yakin jika ibunya yang telah susah payah membuatkan makanan dan menempatkannya di kamar. Ibunya yang sangat tahu apa yang dia butuhkan, bahkan sebelum dia sendiri menyadarinya.
Violet duduk di meja rias dan menjadikannya meja makan dadakan untuk malam ini. Dia memakan semua masakan yang telah ibunya sediakan dengan lahap, bukan saja karena lapar dan makanannya enak tetapi itu lebih nikmat karena masakan yang ada di masak dengan penuh cinta.
Setelah kenyang Violet akhirnya, berbaring kembali tanpa membawa piring kotornya. Dia berpikir besok saja di bawa ke dapur, kalau sekarang dia turun takutnya ada yang salah paham dan menyangka bahwa dia adalah maling yang masuk rumah.
Karena mata belum mengantuk dia akhirnya memikirkan apa yang akan terjadi besok. Karena pasti ayahnya sudah memberi tahu Adrian bahwa dia sudah setuju. Bagaimana dia harus bersikap kepada Adrian, dia terlanjur selama ini bersikap ketus kepadanya. Itu terjadi bukan tanpa sebab, tetapi karena perkataan saat mereka pertama kali bertemu itu sangat membekas kepada Violet.
Bagaimana tanggapan Adrian kepadanya? Apakah dia akan kembali di cap sebagai orang yang memilih jalan pintas untuk memperoleh kekayaan? Atau bisakah sikap Adrian akan berubah kepadanya, mengingat sikap Adrian selama ini sudah terlihat berubah terutama sebelum dia ujian nasional kemarin. Perhatian tidak terduga dari Adrian yang membelikan dia banyak sekali buku tanpa dia memintanya. Semua pertanyaan dan kemungkinan berkecamuk di kepala Violet, menjelang dini hari, karena lelah Violet akhirnya tertidur.
---**---
Saat alarmnya berbunyi kencang, Violet akhirnya terbangun. Yang pertama dia lakukan tentu saja melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim sholat subuh. Setelah selesai dia akhirnya turun dengan membawa nampan semalam yang ibunya bawakan.
Dia menuju dapur, berbeda dengan di rumahnya. Saat dia sampai di dapur yang dilihatnya bukan ibunya, melainkan para staf rumah tangga yang sibuk dengan pekerjaan mereka yang berbeda. Melihat Violet datang, mereka yang sudah diberitahu bahwa dia adalah nona muda di keluarga Radeya.
“Selamat pagi, Nona. Biar saya yang membawa nampannya. Nona istirahat saja, nona kan baru saja tiba kemarin sore.” Violet yang disapa terkejut, karena saat dia sampai di rumah kemarin sore, tidak ada satu dari mereka yang melihatnya dan sekarang menyapanya seakan mereka sudah lama kenal.
“Pagi. Baiklah saya akan beristirahat kembali.” Violet menjawab dengan tersenyum kemudian berbalik dan berjalan keluar dapur.
Dia bingung apa yang harus dia lakukan, ayah dan ibunya tidak kelihatan dimananpun begitupun dengan Adrian. Apakah karena masih terlalu pagi? Ataukah memang kebiasaan kalau di rumah ini setiap harinya seperti ini?
Violet menjelajah rumah sendiri, karena tidak ada yang begitu menarik minatnya akhirnya dia berjalan keluar dan melihat ke sekeliling halaman. Taman yang tertata dengan sangat apiklah menjadi tujuannya. Dia melihat bermacam bunga yang tumbuh di sana, sangatlah cantik. Dengan udara yang masih sejuk, dan pemandangan yang sangat indah. Violet betah berlama-lama di taman, sampai di tidak menyadari jika Adrian sudah lama melihatnya dan berjalan mendekat.
“Apa yang kamu lakukan?” Violet terkejut mendengar teguran dengan nada yang sangat pelan dari Adrian.
“Kak.... aku hanya menikmati pemandangan yang disajikan taman ini.” Jawab Violet dengan suara lirih.
“Apa...aku tidak mendengar suaramu.” Adrian bertanya dengan nada yang sedikit keras, sebenarnya didalam hati dia sedikit terkejut melihat sisi lain dari Violet yang dapat bersikap seperti ini. Membuat dia tidak tahan untuk menjahilinya, walaupun dia sudah mendengar ucapan Violet walaupun disampaikan dengan lirih.
“Vio hanya menikmati pemandangan tamannya.” Violet bersuara dengan sedikit lebih keras.
“Akhirnya suaranya keluar juga.” jawab Adrian dengan senyum jahilnya.
Melihat senyum itu, membuat Violet cemberut. Dia mengerti bahwa dia sudah dikerjai oleh Adrian.
“Kakak tadi sudah dengarkan apa yang Violet katakan yang pertama tadi?” tanya Violet dengan penuh selidik.
“Kakak tidak dengar.” Bantah Adrian dengan tegas dan berbalik meninggalkan Violet kembali sendirian di taman. Saat sudah jauh dia berbalik dan berteriak kepada Violet yang bingung ditinggal sendiri tanpa bisa membuktikan kecurigaannya.
“Kamu di panggil ayah dan ibu untuk sarapan.”
“Dasar Adrian bego, kenapa mesti teriak-teriak seperti itu. Dia kan bisa bicara saat masih dekat denganku tadi tanpa harus teriak dan terdengar seantero rumah.” Gerutu Violet sambil berjalan menuju ke dalam rumah dengan langkah yang lebar agar bisa cepat sampai.
Saat dia sampai di meja makan, semua anggota keluarganya sudah duduk di sana. Mereka melihatnya saat dia datang dengan jalan yang sangat cepat. Membuat ayahnya sedikit tertawa.
“Mengapa berjalan seperti itu? Kamu di kejar hantu?” tanya ayahnya sambil bercanda.
“Ayah...” jawab Violet dengan manja, mendengar itu Adrian lebih heran lagi. dia tidak sekalipun mendengar interaksi ayahnya dengan Violet bisa seperti ini. Hal ini membuat dia membatin bahwa dia telah jauh ketinggalan suasana kekeluargaan yang dia mimpikan selama ini, keluarga yang akrab dan penuh canda tawa.
“Sini... ayo duduk di sebelah ayah.” Ayahnya melambai kepada Violet yang masih berjalan, dia akhirnya duduk di samping ayahnya yang masih kosong. Mengingat meja makan ini lumayan besar sehingga terdapat banyak tempat duduk untuk menampung orang.
Sambil menikmati sarapan, ayahnya bertanya kepada Adrian yang menikmati makanannya tanpa berbicara kembali. Dia hanya menikmati suasana yang baru dia ketahui ini.
“Sibuk apa hari ini, Dri?”
“Hanya memantau proyek yang di selatan kota. Habis itu, tidak terlalu ada jadwal yang harus di kerjakan lagi. ada apa Yah?”
“Kamu ajak Violet saja. Sekalian nanti kalian ke toko buku untuk persiapan dia menghadapi ujian masuk universitas.” Kata ayahnya kepada Adrian.
“Baiklah Yah.” Adrian sudah menyelesaikan sarapannya, dia pamit dan akan bersiap memakai pakaian kerjanya.
“Adri sudah selesai. Adri akan bersiap dulu.” Adrian memundurkan kursinya, setelah berdiri dia berkata kepada Violet. “Tunggu kakak di luar kalau sudah selesai.”
Adrian masuk ke kamarnya untuk berganti baju, dia memilih setelan yang khusus dia pakai saat dia meninjau lapangan. Kemudian mengambil baju ganti yang sudah dia siapkan tadi, untuk dia bawa. Kebiasaannya setalah inspeksi ke lapangan dia akan mengganti pakaian, tergantung dari kegiatan apa yang akan dia kerjakan habis dari lapangan.
Saat Adrian melangkah ke depan menuju garasa, dia sudah melihat Violet dengan pakaian santainya berdiri menunggunya. Baru kali ini, dia memperhatikan dengan Violet dengan lebih dekat. “Anak ini cantik dan manis, orang tidak akan bosan memandangnya.” Batin Adrian, sedikit cubitan kecil tidak suka dihatinya terbit yang langsung dia tepis dengan menggelengkan kepalanya.
Setelah memasukan pakaian salinnya ke dalam jok mobil belakang, Adrian memanggil Violet untuk masuk ke dalam mobil.
“Ayo...kita harus buru-buru. Kalau tidak nanti bakalan kesiangan sampai di sana dan akan terasa lebih panas.”
Violet mengangguk dan mengikuti Adrian untuk masuk ke mobil, setelah itu mereka melaju membelah jalanan yang masih pagi dan belum terlalu padat. Setelah keluar dari rumah, Adrian langsung membuka atap mobilnya.
Melihat itu, Violet tersenyum senang, dia tidak terlalu suka dengan mobil yang tertutup kecuali saat hujan tentunya.