Kadang apa yang di lihat mata tidak selamanya itu yang terjadi. Bisa jadi mata salah melihat, menafsirkan apa yang otak respon dan pikirkan saat itu. Dan hal yang sama juga turut Amora rasakan. Amora langsung berpikir jika Daniel ingin meninggalkannya di pulau itu saat melihat Daniel menaikan layar dan kapal itu bergerak semakin ke tengah.
"Daniel,,,, Daniel,,,,, Daniel,,,!"
Teriak Amora semakin terdengar histeris saat kapal itu benar-benar bergerak ke tengah dan Amora yakin jika si brengseeek Daniel ingin membunuhnya di pulau ini dengan meninggalkannya sendiri.
"Brengseek. b*****h. Dasar playboy tengil, kuda Nil ompong, tokek gundul, buaya buntung. Aku gak pernah menyangka kau tidak hanya playboy dan sok kegantengan, tapi kau satu-satunya laki-laki paling biadaaab yang pernah aku kenal , dan lebih brengseeek dari di kepala tempos Brian." Umpat Amora benar-benar sakit hati saat Daniel justru meninggalkannya di pulau tak berpenghuni ini. "Aku doain semoga , kau tidak akan pernah mendapatkan jodoh, dan kedamaian karena meninggalkan ku disini , brengseeek!" Teriak Amora semakin murka bahkan kali ini Amora sampai terjatuh dari atas karang dan tercebur ke air laut karena kesal dengan ulah si brengseeek Daniel.
Amora berenang mengitari batu karang yang sebelumnya dia duduki untuk sampai di bibir pantai lalu berjalan tertatih dengan pakaian basahnya, sementara pakaian Daniel masih tertinggal di atas batu karang itu. Oh, sungguh tadi kenapa Amora tidak membuang saja pakaian si brengseeek itu saat kesal, tapi pada akhirnya dia sendiri yang justru tercebur ke dalam air laut.
"Brengseek kau Daniel Fabiano. Dasar kuda Nil Ompong!" Teriak Amora lagi sambil menendang kaleng bekas di bibir pantai karena kesal . Ingin rasanya dia mencincang dan mencekik laki-laki sialan itu, lalu Amora menjatuhkan tubuhnya di pasir karena lelah, haus juga lapar.
Matanya mendongak ke arah langit, dengan nafas terengah-engah. Diam sejenak untuk menormalkan degup jantungnya. Amora kembali duduk menatap kapal Daniel yang meninggalkan dia di pantai itu.
Angin bertiup semakin kencang , matahari juga semakin terik, air terlihat pasang dan karang yang sebelumnya dia duduki hampir tenggelam, sementara kapal itu masih bergerak ke tengah , tapi kali ini tidak terlihat keberadaan Daniel di atas dak kapal itu, akan tetapi Amora bisa melihat seseorang tengah berenang di tengah laut dan Amora yakin jika adalah Daniel.
"Oh, apa itu si kuda Nil?" Lirih Amora dengan semakin menajamkan pandangannya ke arah tengah laut dan iya, itu adalah Daniel.
"Daniel,,, Daniel,,,!" Kembali Amora berseru tapi kali ini seru bahagia, karena ternyata laki-laki syok kegantengan itu tidak benar-benar meninggalkannya, dan saat Daniel nyaris sampai di bibir pantai, Amora buru-buru berlari mengikis jarak antara dia dan Daniel dan langsung menarik tubuh Daniel yang nyaris kehabisan nafas karena lelah berenang, kemudian memeluknya dengan perasaan lega.
"Oh aku pikir kau mau meninggalkan ku disini Daniel!" Ucap Amora terbata tapi Daniel terlihat kesulitan untuk sekedar menghela nafas karena lelah. Dia terus menyeret langkah kakinya untuk benar-benar sampai di bibir pantai dan setelah dia sampai, Daniel langsung menjatuhkan tubuhnya dengan posisi terlentang di atas pasir. Tangannya dia rentangkan selebar mungkin berharap cara itu bisa mengembalikan sisa nyawanya yang tertinggal di tegah laut. Sementara Amora membantu Daniel menarik satu kain besar yang sedari tadi Daniel tahan dengan sebelah lengannya.
Entah untuk apa Daniel membawa kain besar yang merepotkan itu, Amora tidak sempat memikirkannya karena saat ini dia hanya bisa merasakan rasa lega karena Daniel tidak benar-benar meninggalkannya seorang diri di pulau terpencil tanpa penghuni ini.
"Apa yang kau katakan Amor?" Ucap Daniel dengan sisa nafasnya dan Amora buru-buru menarik paksa kain itu agar benar-benar naik dari bibir pantai.
"Aku melihatmu membuka layar kapal dan aku juga melihat kapal itu bergerak ke tengah dengan kamu yang berdiri di belakang kemudi. Jadi aku pikir kau ingin meninggalkanku di tempat ini sendiri!" Jawab Amora terdengar jujur tapi Daniel justru menggeleng dengan sangat lemah di atas pasir.
"Jangan gila Amor. Aku memang bukan laki-laki baik dan sempurna seperti kebanyakan kekasihmu yang lain. Tapi aku juga bukan laki-laki brengseeek yang akan tega meninggalkan seorang wanita di tempat seperti ini sendirian." Balas Daniel tanpa melihat ke arah Amora yang sudah mulai memerah karena panas.
"Ya kali aja!" Jawab Amora sambil mencerbikkan bibirnya tapi Daniel kembali menggeleng, tidak percaya jika wanita ini justru berpikir dia juga laki-laki brengseeek seperti kekasihnya yang mengkhianatinya dan menikahi sepupunya sendiri.
"Jadi itu alasan kamu memelukku tadi?" Sarkas Daniel setelah berhasil menormalkan degung jantungnya kemudian menarik tubuhnya untuk duduk menghadap pantai, dan Amora malu-malu mengangguk, dan Daniel justru terkekeh menanggapi reaksi wanita itu.
"Dasar wanita bar-bar. Aku pikir dia benar-benar wanita tangguh yang tidak akan takut apapun, ternyata dia juga punya rasa takut!" Lirih Daniel tapi cuma dalam hati.
"Jadi katakan. Apa kau berhasil mendapatkan air minum?" Tanya Amora dan Daniel langsung menunjuk ke arah kain besar yang sedari tadi sangat berat untuk sekedar dia seret ke tepi pantai.
Kain besar yang merupakan layar dari kapal mereka karena Daniel tidak punya sesuatu untuk membawa semua yang menurutnya penting untuk dia bawa. Daniel bangkit dari duduknya kemudian kembali menarik kain besar itu lebih jauh dari bibir pantai , setelah itu membuka ikatannya.
"Hanya ini yang bisa aku temukan di bagasi khusus kapal." Ucap Daniel saat berhasil membuka ikatan kain itu dan menunjukkan isinya pada Amora.
Beberapa botol air mineral ukuran sedang dan beberapa snack juga roti sisa mereka semalam. Daniel juga menemukan beberapa gulung isolasi dan satu pak kantong plastik ukuran tanggung yang bahkan Amora sendiri bingung kenapa Daniel membawa barang-barang sebanyak ini yang menurutnya sangat tidak berfaedah.
Pikir Amora, untuk apa Daniel justru membawa kantong plastik dan isolasi padahal yang mereka butuhkan saat ini hanya air mineral dan makanan, tapi lihatlah Daniel juga mengemas semua itu dengan kain besar yang sangat berat setelah terkena air dan menurut Amora wajar jika tadi Daniel kesulitan berenang untuk sampai di bibir pantai.
Meskipun bingung Amora juga tetap meraih salah satu botol air mineral itu untuk dia buka tutupnya kemudian meminumnya karena ternyata dia benar-benar merasa dehidrasi dan Daniel juga langsung meraih botol air mineral yang lain untuk dia minum.
Amora mengambil satu kantung plastik dan membuka isinya. Ada roti sisa semalam. Awalnya Amora merasa aneh jika harus memakan makanan itu , mengingat selama ini Amora tidak pernah sama sekali memakan makanan sisa dia sendiri, tapi hari ini Amora seolah tidak punya pilihan lain selain memakannya karena ternyata rasa lapar di perutnya jauh lebih membutuhkannya dari pada harus memelihara gengsinya, dan hal yang sama juga turut Daniel rasakan.
Jika Amora masih mau menurunkan gengsinya karena lapar, Daniel justru hanya menatap makanan yang sudah susah payah dia bawa dari kapal. Melirik sebentar ke arah Amora yang mulai merobek dan mengunyah makanannya.
"Kenapa?" Tanya Amora saat Daniel melihatnya seperti itu, tapi Daniel hanya terlihat menggelengkan kepala dari duduknya.
"Bukankah tadi kau mengatakan lapar. Kenapa tidak mengisi perutmu sedikit. Agar kau bisa berpikir bagaimana cara kita kembali dari tempat ini!" Sarkas Amora tapi Daniel justru terdengar berdecak dengan perasaan buruk.
"CK."
Daniel bangkit dari duduknya, berjalan ke arah karang dan mengambil pakaian untuk dia pakai. Daniel juga mengeluarkan ponselnya, tapi saat dia melihat layar ponsel itu, ternyata ponsel itu sudah padam. Daniel mencoba mengaktifkan secara paksa ponsel itu tapi ternyata layarnya tetap tidak menyala.
"Oh sial." Umpat Daniel dalam hati sambil meremas dagunya sendiri. Daniel mengeluarkan dompet di saku celananya bagian belakang, dan melihat ada sederet kartu kredit unlimited dan beberapa lembar uang pecahan seratus ribuan di dalam dompetnya. Seharusnya semua itu lebih dari cukup untuk membuat perut mereka kenyang dengan makanan yang layak dan sehat tapi lihatlah, saat ini semua yang dia miliki seolah tidak berguna sama sekali karena sekalipun Daniel memiliki uang dan fasilitas lainnya dia tetap tidak bisa menikmati makanan yang sedang dia inginkan.
Daniel seolah termakan oleh omongannya sendiri ketika tadi dia mematahkan tumit sepatu tinggi Amora. Semua itu tidak lagi berguna jika saat ini mereka justru sedang berada di tengah hutan tanpa adanya manusia lain selain mereka berdua.
Daniel kembali melihat ke arah Amora duduk. Wanita itu tampak biasa-biasa saja saat dihadapkan dengan situasi seperti ini. Dia masih bisa menikmati makanan itu dengan cukup tenang dan Daniel pikir Amora sudah terbiasa dengan kehidupan biasa seperti itu tanpa Daniel ketahui jika sebenarnya Amora juga sama seperti adik perempuan yang tidak bisa jauh-jauh dari yang namanya pelayanan.
Matahari masih terasa panas, tapi tiba-tiba hujan turun tanpa di iringi awan gelap. Amora buru berlari dengan membawa satu botol minuman dan satu kantung plastik yang asal tangannya raih untuk berteduh di bawah pohon rindang berharap hujan tidak membasahinya tapi sepertinya semua itu percuma karena dia tetap saja basah, sementara Daniel pilih menarik kain besar yang sebelumnya dia gunakan untuk membungkus barang bawaannya dengan menyeretnya di atas pasir karena kain itu benar-benar sangat berat setelah terkena air.
Beruntung hujan di bawah matahari itu tidak berlangsung lama. Hingga mereka bisa berbenah mencari tempat berlindung sementara , dan iya baik Daniel ataupun Amora sama-sama kesulitan untuk menemukan tempat berlindung karena tempat itu benar-benar tanpa penghuni.
Mereka hanya duduk di bawah pohon ketapan yang cukup jauh dari bibir pantai , dengan pandang lurus ke tengah laut saat tiba-tiba mereka justru melihat kapal mereka menabrak karang di sisi timur dan kapal itu kemudian oleng dan tenggelam. Tidak benar-benar tenggelam secara keseluruhan, kapal itu masih bisa terlihat meskipun hanya separuh dari badan kapal, tapi baik Amora atau Daniel sama-sama pasrah dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan kapal mereka kecuali menontonnya sampai kapal itu benar-benar berhenti bergerak masuk ke dalam air laut.
"Daniel. Apa yang harus kita lakukan sekarang? Apa kita hanya akan diam seperti ini tanpa melakukan apapun?" Tanya Amora saat pandangannya masih tertuju ke arah pantai.
"Aku tidak tau Amor." Jawab Daniel terdengar pasrah dan Amora terdengar menghela nafas dengan sangat kasar.
"Kau benar-benar payah Daniel. Bukankah sebelumnya aku sudah mengatakan agar kita menggunakan jasa nahkoda untuk memandu kita berlayar, tapi kau dengan sangat percaya diri mengatakan bisa mengemudikan kapal itu, dan lihatlah bagaimana kita berakhir sekarang!" Sarkas Amora saat bangkit dari duduknya dan langsung menyerang Daniel dengan segala kesialan mereka saat ini.
"Jangan menyalahkan ku Amor. Lagi pula aku tidak pernah memaksamu untuk ikut denganku!" Sanggah Daniel dengan intonasi suara yang naik satu oktaf. Dia sedang pusing, bingung memikirkan bagaimana cara mereka untuk kembali ke rumah mereka, tapi lihatlah Amora justru menyalahkan Daniel terus menerus.
"Tidak memaksaku?" Kutip Amora mengulang kalimat yang sebelumnya Daniel ucapkan. "Jadi kau tidak merasa memaksaku untuk ikut denganmu?" Sarkas Amora saat mengingat bagaimana Daniel yang bersikukuh ingin mengantarnya pulang padahal Amora sudah jelas mengatakan bisa pulang sendiri, kemudian Daniel tanpa mempertimbangkan apapun lebih dulu justru mengajak Amora pergi ke dermaga dan saat di dermaga Amora seolah tidak punya pilihan lain selain ikut tawaran Daniel ketika laki-laki itu mengajaknya untuk melihat pemandangan tengah laut.
"Apa,,,!" Daniel mulai tersulut emosi.
"Aku sudah mengatakan ingin pulang sendiri tapi,,,,?" Amora menjeda kalimatnya membiarkan Daniel menemukan sambungan dari kalimat yang sengaja dia jeda.
"Lalu kau memintaku untuk ikut ke dermaga. Apa kamu pikir saat itu aku tidak ingin menolaknya. Iya aku ingin sekali menolak untuk ikut ke dermaga, tapi aku hanya tidak enak sama Nana kamu jika sampai penolakan ku justru menyinggung perasaannya!" Sambung Amora dengan sangat menggebu-gebu dan Daniel langsung terdiam tanpa kata.
"Tapi Amor,,,!" Daniel ingin menyanggahi tapi Amora lebih dulu mengangkat telapak tangannya sebagai isyarat agar Daniel diam karena sungguh dia benar-benar tidak ingin mendengar satupun ucapan dari laki-laki itu.
"Stop. Aku gak mau mendengar apapun dari mulutmu lagi. Aku membencimu Daniel Fabiano. Karena kamu selalu menempatkan ku di posisi sulit." Potong Amora dengan rasa kesal yang luar biasa dan Daniel benar-benar hanya bisa diam dengan segala kemarahan Amora karena semua itu memang benar. Dialah yang sudah ceroboh mengajak wanita itu ke dermaga dan menawari wanita itu untuk menikmati pemandangan tengah laut, padahal sebelumnya para pegawai dan penjaga dermaga sudah menolak untuk menyewakan kapal pada Daniel karena beberapa kapal sedang dalam masalah, tapi dengan segala arogansinya Daniel justru mengambil salah satu kunci kapal secara diam-diam dan mengemudikannya sendiri.
Hanya karena ingin terlihat keren di mata Amora, Daniel justru melakukan satu kesalahan fatal yang membuat mereka harus terjebak di tempat ini, dan sekarang Daniel tidak tau bagaimana cara dia kembali ke dermaga atau mungkin ke keluarganya.
"Amor. Dengarkan aku. Aku tidak bermaksud untuk menempatkan mu di situasi sulit seperti ini. Aku ,,,,!"
"Bullshit." Potong Amora sambil berjalan menjauh dari Daniel tapi Daniel justru mengikuti langkah wanita itu.
"Amor. Dengarkan aku. Aku,,,"
"Aku gak mau mendengarkan kamu brengseek. Aku membencimu." Potong Amora lagi dan terus melanjutkan langkahnya ke tengah hutan tapi Daniel tetap mengikutinya.
"Amor. Oke , aku minta maaf. Maafkan aku. Aku tau aku yang salah. Jadi aku minta maaf. Tolong maafkan aku!" Ucap Daniel yang masih mengikuti langkah Amora masuk ke dalam hutan, tapi Amora hanya diam, tidak peduli dengan apa yang terus Daniel ucapkan.
"Amor. Aku mohon jangan seperti ini. Jangan masuk terlalu dalam, aku takut kita justru tersesat semakin dalam jika terus masuk tanpa arah seperti ini. Lagian kita gak tau bahaya apa yang ada di dalam hutan ini. Please,,, maafkan aku!" Ucap Daniel benar-benar terdengar tulus dan menit berikutnya langkah amora terhenti saat mendengar suara aneh di balik pohon rimbun di depannya dan Daniel juga ikut diam.
"Amor." Daniel.
"Hussst!" Amora meletakkan ujung jarinya di depan bibir memberi isyarat diam pada Daniel dan mendengar jelas suara krusak krusuk di balik pohon itu dan,,,, Aaakkkkhh,,,,, Amora menjerit.