Benci

2020 Words
Aaakkkkhh,,,,, Amora berbalik dan langsung melompat ke tubuh Daniel saat melihat seekor musang keluar dari balik serumpunan pohon itu. Sebenarnya Amora buka tipe orang yang takut dengan hal semacam ini, dia hanya takut sama petir juga gemuruh langit kala hujan, tapi kali ini Amora murni karena terkejut, karena musang itu langsung melompat ke arah kakinya dan Amora spontan ikut melompat ke arah Daniel. "Daniel,,,,!" Serunya, dan Daniel langsung menahan tubuh wanita itu karena lompatan Amora tadi nyaris membuat Daniel ikut tumbang ke belakang. Keduanya sama-sama diam melihat hewan yang baru keluar dari balik serumpunan pohon itu dan ternyata hanya seekor musang, meski begitu Amora juga masih enggan untuk sekedar menurunkan kakinya karena hewan pemakan biji kopi itu justru melihat ke arah mereka saat ini. "Apa aku bilang. Jangan masuk terlalu dalam ke hutan ini, karena kita gak tau ada bahaya apa di tengah hutan!" Ucap Daniel masih dengan kedua lengannya yang menahan tubuh wanita itu, dan baru setelah itu Amora menyadari posisinya yang ada di gendongan Daniel dan iya, Amora buru-buru mendaratkan kakinya ke tanah dan melepaskan diri dari tubuh Daniel. "Apa? Itu hanya seekor musang Daniel, dan hewan ini tidak berbahaya." Tolaknya dengan sangat cepat tapi Daniel justru terlihat semakin begok sekarang. "Oh, jangan bilang kau malah takut dengan hewan sekecil itu?" Sambung Amora dengan syok merasa tangguh. Pasalnya tadi Amora spontan melompat ke tubuh Daniel dan memeluknya sangat erat saat hewan kecil itu keluar dari persembunyiannya, jika bukan karena takut, masa iya Amora hanya terkejut, dan terkejutnya lama pula, dia menunggu hewan itu pergi baru mau turun dari gendongan Daniel, dan apa tadi? Amora mengatakan Daniel takut dengan hewan kecil tadi! Oh ini benar-benar sangat tidak masuk akal untuk Daniel pahami, tapi meski begitu Daniel tidak ingin mendebat wanita itu karena pasal hidup mengatakan jika wanita selalu benar dan laki-laki selalu salah. Jadi untuk menghindari perdebatan yang semakin panjang dan berujung Amora yang semakin memasuki hutan itu lebih dalam, Daniel pilih mengalah dan mengaku kalah berharap Amora akan memaafkannya dan kembali ke pantai berharap akan ada sebuah pertolongan yang datang untuk mereka. Tapi lihatlah, wanita itu seolah tidak peduli dengan apa yang sebelumnya Daniel ucapkan. Dia terus masuk ke dalam hutan lebih jauh dan mau tidak mau Daniel harus mengikutinya untuk memastikan wanita itu baik-baik saja. "Aku gak takut sama hewan , Daniel. Yang aku takutkan hanya manusia yang menjelma menjadi hewan, seperti kamu yang kadang kumat berubah jadi buaya. Masa istri oppanya aja di ajak nikah! Kek gak ada wanita lain aja." Gerutu Amora dengan cukup lirih tapi ternyata Daniel mendengar apa yang baru saja Amora ucapkan dan iya, Daniel merasa tersinggung sekarang. "Apa. Kau menyamakan ku dengan hewan?" Kutip Daniel menahan bahu Amora dan Amora langsung berbalik. "Apa?" Amora. "Tadi kau mengatakan aku manusia yang menjelma menjadi buaya, kan?" Tegas Daniel tapi Amora mengelak. "Kapan aku bilang seperti itu? Aku gak pernah ngomong sama kamu Daniel!" Tolak Amora. "Tapi aku mendengarnya Amora. Mendengar saat kau mengatakan jika aku itu manusia yang menjelma menjadi buaya!" Kutip Daniel karena Daniel merasa dia benar-benar mendengar Amora berbicara seperti itu tapi wanita itu justru menggeleng dengan sangat cepat karena sebenarnya kalimat tadi hanya dia ucapkan dalam hatinya saja dan tidak pernah berpikir jika kata-kata itu bisa di dengar oleh Daniel. Oh apa Daniel punya ilmu yang bisa mendengar isi hati seseorang? Enggak. Itu mustahil. "No. Aku gak pernah bilang seperti itu." Bela Amora. "Aku mendengarnya Amor. Aku mendengarnya!" Kesal Daniel dan kali ini emosi Daniel semakin meninggi saat Amora justru tidak mengakui kata yang dia ucapakan beberapa detik yang lalu. "Tidak. Aku tidak pernah mengatakan itu padamu. Kau mungkin salah dengar Daniel!" Sanggah Amora tapi Daniel tetap kekeuh dengan pendengarannya. "Jadi kau tidak mengakui apa yang kau ucapkan barusan?" Tunjuk Daniel dan Amora langsung menurunkan telunjuk Daniel karena dia tidak suka di tunjuk seperti itu. "Oke. Fine. Silahkan kalau kamu mau tetap masuk ke hutan ini , tapi aku gak mau ambil resiko jika sampai kau di makan hewan buas, atau kau malah tersesat di tengah hutan. Silahkan!" Sambung Daniel saat berbalik dan meninggalkan Amora yang masih ingin memasuki hutan itu hanya karena merasa tidak suka sama dirinya dan ingin menjauhkan diri dari Daniel. Daniel benar-benar berbalik dan meninggalkan Amora yang masih ingin protes atau sekedar mengelak. Dia pilih kembali ke pantai karena pikirnya itu lebih aman. Selain itu dia bisa mewanti-wanti jika pertolongan datang, tapi jika di tengah hutan, bagaimana dia akan mengetahui jika akan ada seseorang yang bisa menolongnya, sementara kemungkinan ada penduduk juga sangat tipis mengingat hutan itu tidak terdapat listrik atau jaringan internet, tapi Amora tetap dengan kekesalannya. Dia juga kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya semakin dalam ke hutan sementara Daniel benar-benar kembali menuju pantai. Menyadari wanita itu tidak mengikuti langkahnya untuk kembali ke pantai membuat Daniel semakin kesal dan ingin sekali mengutuk wanita barbar itu agar ditikam harimau atau buaya, tapi marahnya Daniel hanya sebatas di bibir saja. Dia tetap tidak bisa membiarkan Amora benar-benar masuk lebih dalam ke dalam hutan itu, karena itu artinya dia menambah masalah baru. "Oh f**k. Dasar wanita bar-bar. Tidak bisakah dia percaya sekali saja padaku. Kenapa di saat seperti ini pun dia masih saja keras kepala dan tidak mau mengalah dengan egonya." Umpat Daniel saat kembali berbalik dan mengikuti langkah Amora lagi sebelum wanita itu benar-benar tersesat semakin dalam , dan iya, Daniel berhasil menemukan Amora yang tengah berjalan tanpa arah. Daniel mempercepat langkahnya untuk mengikis jarak antara dia dan Amora tapi Amora tidak sekalipun menoleh ke belakang untuk melihat keberadaannya dan detik berikutnya Daniel langsung mencekal paha Amora setelah dia sedikit berjongkok menghadang langkah Amora dan langsung mengangkat tubuh Amora untuk dia letakkan di bahu dan punggungnya dengan posisi kepala yang menjuntai ke bawah punggung Daniel. Rambut Amora juga ikut menjuntai ke bawah, kakinya terus memberontak meminta untuk diturunkan, tangannya terus memukul punggung dan pinggang Daniel karena laki-laki itu sudah benar-benar berbuat nekat dengan mengangkat tubuhnya seperti itu. "Dasar kuda Nil ompong. Apa yang kau lakukan? Turunkan aku brengseeek! Turunkan aku!" Amora berteriak dengan suara terbata-bata. Sebelah tangannya berpegangan pada baju Daniel sementara sebelahnya lagi terus memberontak meminta diturunkan tapi Daniel seolah menulikan telinganya dengan segala teriakan wanita itu. Dia terus berjalan mengikuti jejak langkah mereka sebelumnya dan Amora terus saja memberontak di punggung Daniel , bahkan wanita barbar itu sampai menggigit punggung Daniel, dan Daniel balas dengan menepuk bokongnya cukup keras. "Jangan menggigitku, atau aku akan menelanjangimu di sini wanita bar-bar!" Kesal Daniel saat kembali menepuk b****g semok Amora. "Turunkan aku brengseeek. Aku tidak mau dekat-dekat sama kamu. Aku yakin aku akan mendapat kesialan lagi jika lebih lama dekat denganmu. Turunkan aku!" Balas Amora dengan suara yang terdengar seperti kresak-krusuk langkahnya. Iya, Amora berucap tidak jelas karena saat ini posisi kepala dan pinggangnya berlawanan arah tapi Daniel tadi jelas mendengar saat Amora meminta untuk diturunkan dari atas bahunya. "Aku tidak akan membiarkan kamu masuk ke hutan itu, Amora. Kita harus tetap bersama. Dan pantai adalah tempat paling aman saat ini!" Ulang Daniel. Entah sudah berapa kali Daniel mengatakan hal yang sama pada Amora tapi wanita itu benar-benar tidak memahami apa yang sedang Daniel khawatirkan tentang mereka dan membawa Amora secara paksa kembali ke pantai adalah satu cara yang memang harus dan dia lakukan karena wanita barbar dan keras kepala itu memang tidak mudah untuk dibujuk apalagi dirayu. "Aku gak mau. Aku gak mau!" Teriak Amora lagi tapi Daniel kembali memepuk b****g Amora dengan cukup keras hingga tangan yang sebelumnya berpegangan pada baju Daniel kini justru menyentuh b****g itu yang mulai terasa kebas karena Daniel menepuknya dengan cukup keras. "Dasar kuda Nil Ompong. Berhenti menepuk b****g ku brengseeek!" Teriakan Amora tapi Daniel tetap melanjutkan langkahnya. "Jika kau tidak mau b****g mu kembali menjadi sasaran tanganku, diamlah. Kau cukup tenang sampai kita sampai di pantai dan baru aku akan menurunkan mu!" Kesal Daniel lagi. "Tapi kepalaku pusing!" Teriak Amora tapi Daniel tidak begitu menanggapi keluhan wanita itu. Siapa suruh dia keras kepala dan tidak mau mendengar ucapan Daniel, jadi sekarang resikonya tanggung sendiri. Daniel benar-benar tidak mau menurunkan Amora di bahunya, sampai mereka di pantai dan saat mereka sudah benar-benar sampai di tempat sebelumnya, barulah Daniel menurunkan tubuh Amora ke pasir dengan cara sedikit membantingnya karena selain lelah , Daniel juga ternyata masih sangat kesal dengan wanita ini. "Akhhh,,,,!" Teriak Amora saat Daniel tiba-tiba menjatuhkan nya dengan kasar. "Sakit brengseeek!" Umpat Amora sambil menahan pinggang dan lututnya. Amora langsung tersungkur di pasir, bahkan lututnya ikut memerah saat bertubrukan dengan pasir. "Kau tidak tau bahaya apa yang menanti kita dan apa yang bisa terjadi di tengah hutan Amora, karena aku yakin kau belum pernah tinggal di tengah hutan." Kesal Daniel. "Aku tidak peduli. Aku tidak mau dekat-dekat dengan kamu, karena,,,, ceteeer." Suara guntur di langit membuat Amora menjeda kalimatnya, dan spontan mereka menatap ke arah langit yang tampak mulai mendung. Mereka baru menyadari jika langit sudah mendung setelah keluar dari hutan dan mau tidak mau mereka harus mencari tempat untuk berlindung. "Stop Amora. Stop. Kita tidak bisa terus berdebat seperti ini dan dengan kondisi kita saat ini." Ucap Daniel sedikit melemah saat melihat ekspresi takut wanita itu. Daniel langsung duduk menghadap Amora dengan bertumpukan lututnya di atas pasir. "Oke . Aku minta jika sudah menyeretmu sampai ke sini. Maafkan aku. Aku akui aku yang salah. Tapi tolong. Tolong untuk kali ini saja jangan menambahkan masalah dengan masuk ke dalam hutan." Kembali Daniel meminta maaf tapi kali ini Amora juga terlihat tidak menyaut lagi. Dia terus saja meniup lututnya yang memerah karena perih setelah Daniel menjatuhkannya dengan sangat kasar tadi, dan Daniel melihat semua itu. Daniel menghela nafas dengan sangat dalam dan panjang kemudian menghembuskannya dengan sangat pelan berharap rasa sumpek dan kecewa dalam hatinya bisa sedikit meradang karena ternyata dia juga sama buruknya dengan Amora saat ini. "Dan untuk yang ini. Aku juga minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk menyakiti kamu, tapi kau benar-benar membuat aku terpaksa melakukan itu!" Ucap Daniel lagi tapi. Daniel melihat ke arah langit mendung, dan tidak tau harus berteduh di mana saat hujan benar-benar turun, kemudian pandangannya teralihkan ke tumpukan barang-barang yang sebelumnya dia bawa dari kapal. "Amor. Sepertinya kita harus membuat tenda jika tidak ingin kehujanan lagi kayak tadi." Ucap Daniel lagi tapi Amora tetap tidak bereaksi. Dia hanya terus duduk sambil meniup lututnya dan Daniel kembali menoleh ke arah wanita itu. Daniel tidak lagi berbicara. Dia justru menurunkan semua makanan dan minuman itu dan mengambil kain layar yang sebelumnya dia gunakan untuk membungkus barangnya. Melihatnya sejenak dan sepertinya kain itu cukup besar untuk dia jadikan atap tenda untuk mereka berteduh. Daniel melihat ke sekeliling pohon, mencari tempat paling pas untuk membuat tenda dengan jarak pohon yang tidak terlalu jauh agar kain itu cukup untuk dia bentangkan mengingat pasilitas mereka terbatas untuk membuat tenda yang sesungguhnya, dan iya Daniel menemukan empat pohon yang berjejer cukup dekat dengan jarak tiga meteran, pohon Ketapang yang daunnya juga cukup lebat, sedangkan kain itu lebarnya nyaris lima meter berbanding tiga meter, dan sepertinya ini cukup untuk membuat tempat mereka berteduh sementara. "Sial. Aku membutuhkan tali untuk mengingat kain ini!" Gerutu Daniel sendiri karena tali yang sebelumnya dia gunakan mengikat kain itu tidak cukup untuk mengikat semua sudut tenda itu. Daniel mencoba memikirkan cara , mencari pohon sekitar yang sekiranya bisa dia gunakan menjadi tali dan dia hanya bisa menemukan tamanan merambat di sekeliling tempat itu. Daniel mencoba mengumpulkannya, lalu memilin-nya menjadi tali yang cukup kokoh dan sepertinya itu bisa dia pakai untuk mengikat kain tenda itu. Daniel mengikat ujung tendanya di pohon pertama dan kedua, namun saat akan mengikat tali itu di pohon ketiga, tali buatannya justru putus karena tidak sanggup untuk menahan berat kain itu, dan Daniel yakin jika kain saja tidak bisa dia tahan maka bisa di pastikan saat kain itu terkena air dan beratnya bertambah, tidak menutup kemungkinan tenda itu akan roboh dan itu juga sama artinya usahanya akan sia-sia. "Sial!" Umpat Daniel lagi kemudian berkacak pinggang memperhatikan pekerjaannya yang berakhir sia-sia. Daniel menghela nafas dengan sangat kasar lalu menoleh ke arah di mana Amora duduk sebelumnya, dan langsung mengumpat dengan sangat kasar saat ternyata Amora tidak ada di sana. "Oh, f**k. Apa dia kembali masuk ke dalam hutan dan mengabaikan larangan ku?" Umpat Daniel,,,,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD