Tidak Berguna.

1492 Words
Percayalah, wanita akan lebih baik dan bahagia jika bersama dengan laki-laki yang lebih besar mencintainya, karena wanita lebih mudah jatuh cinta dengan kebaikan laki-laki kepada mereka, tapi berbanding terbalik dengan kaum laki-laki. Mereka tidak akan pernah jatuh cinta dengan kebaikan dari seorang wanita karena mereka hanya akan jatuh cinta pada wanita yang mereka ingin cintai saja. Jadi buat para wanita, mengejar cinta itu nggak salah tapi jangan sampai direndahkan hanya karena kamu terlebih dulu mencintainya, dan percayalah Amora sedang memperjuangkan harga dirinya untuk yang namanya diperdaya oleh cinta. Hingga takdir justru mengantarnya kepada seorang Daniel Fabian. Lantas apakah Amora benar-benar akan mendapatkan jati dirinya juga apa yang selama ini dia cari pada sosok Playboy tengil yang nyaris menikahi neneknya itu? Entahlah. "Hello. Apa ada orang di sana?" Kali ini Amora yang berteriak dan kesunyian kembali menyapa. Mereka buru-buru memakai pakaian mereka lalu berjalan ke tengah daratan dan langsung dihadapkan dengan pemandangan hutan yang cukup lebat. "Hello. Apa ada orang disini?" Teriak Daniel dengan meletakkan kedua tangannya di kedua sisi mulutnya, dan berteriak sekencang yang bisa dia lakukan, tapi nihil, tidak ada yang menyaut teriakan mereka kecuali kicau burung yang turut berhamburan meninggalkan dahan pohon saat suara Daniel menakuti mereka. "Oh, sial. Sepertinya kita terdampar di pantai tak berpenghuni Amor!" Seru Daniel dan Amora hanya mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi pantai berharap dia akan menemukan seseorang. "Help,,,,!" Amora sekali lagi berteriak dan kali ini mereka melakukannya secara serempak berharap dengan cara itu suara mereka akan di dengar tapi sayang, lagi-lagi usahanya harus berakhir sia-sia karena pulau itu benar-benar tidak berpenghuni. "Daniel , bagaimana ini?" Ucap Amora dengan pandangan yang masih menelisik pantai itu tapi Daniel hanya terlihat menghela nafas dalam diam lalu menggeleng dengan rasa bingung yang luar biasa, dan bersamaan dengan itu, perut Amora terdengar berbunyi. Amora langsung memijat perutnya sendiri karena tiba-tiba dia merasa sangat lapar. Pasalnya mereka sudah berada di tengah laut saat hari baru menjelang siang, dan seharian itu mereka hanya menikmati cemilan ringan ala kadarnya yang kebetulan tersedia di bagasi khusus kapal yang mereka gunakan. Daniel langsung menoleh saat mendengar suara kukuruyuk yang bersumber dari perut Amora. Menatap Amora dalam diam sementara Amora hanya terlihat menghela nafas. Daniel juga merasakan hal yang sama seperti apa yang saat ini Amora rasakan, rasa lapar yang tiba-tiba mendera perut mereka dan percayalah ini adalah kali pertama mereka benar-benar merasa sangat buruk dengan keadaan mereka. "Aku haus Daniel!" Ucap Amora karena sebenarnya itu yang lebih mendominasi dia rasakan untuk saat ini. Haus setelah berenang dari tengah laut ke bibir pantai dan kali ini Daniel kembali terlihat menghela nafas. Dia mengeluarkan ponselnya dari kantong plastik yang sebelumnya dia gunakan untuk membungkus pakaian mereka. Niatnya ingin menghubungi salah satu temannya untuk dimintai pertolongan namun sayang ponsel itu sudah padam begitu juga dengan ponsel milik Amora. Daniel ingat jika di bagasi kapal ada beberapa botol air mineral juga beberapa sisa snack mereka semalam namun saat ini Daniel juga merasa sangat lelah jika harus kembali berenang dari bibir pantai ke kapal mereka yang jaraknya sekitar dua ratus meter dari bibir pantai. "Ayo kita cari seseorang atau sesuatu di dalam sana. Semoga aja ada penduduk setempat yang menempati pulau ini, dan kita bisa minta tolong." Ucap Daniel saat kembali memandang pohon-pohon besar yang menjulang tinggi di depannya dan mau tidak mau Amora langsung mengangguk karena saat ini dia tidak punya pilihan lain selain setuju dengan saran Daniel. Mereka memasuki hutan dengan sedikit menyingkirkan rumput liar menggunakan kayu yang asal dia pungut di bibir pantai tadi. Amora tampak kesulitan untuk sekedar berjalan di hutan itu dan baru setelah ini Amora menyadari betapa sepatunya tidak berfungsi dengan benar di situasi seperti ini. "Daniel. Pelan sedikit. Aku tidak bisa menyamai langkahmu. Kau berjalan terlalu cepat!" Ucap Amora saat berhenti sejenak dan memijit perut juga pinggangnya yang terasa mulai lelah ditambah rasa haus yang juga belum bisa terobati. Daniel berbalik menghadap Amora, melihat gadis itu setengah berjongkok dengan bertumpu pada kedua lututnya. Nafasnya terlihat berat dan memburu karena lelah dan bohong jika Daniel juga tidak merasakan hal yang sama saat ini. "Daniel, aku benar-benar haus!" Ucap Amora lagi sambil mendongak lalu menghela nafas dengan sangat dalam kemudian menghembuskannya dengan sangat pelan dan panjang berharap rasa itu bisa sedikit meringankan rasa lelah dan letih yang saat ini mendera lututnya. Daniel terdiam sejenak, berjalan ke arah Amora yang masih menahan lututnya. Daniel melihat ke arah kedua kaki Amora yang terlihat memerah karena tali dari sepatu hak tingginya dan Daniel yakin gadis cantik yang,,, eh bukan. Bukan gadis cantik, tapi wanita barbar itu mulai tersakiti karena sepatunya sendiri. "Duduklah." Ucap Daniel meminta Amora duduk di salah satu pohon tumbang yang sudah terlihat melapuk dan termakan usia. "Aku lihat kau tidak nyaman dengan sepatumu ini!" Ucap Daniel to the point tapi Amora hanya diam tidak menanggapi , kemudian Daniel ikut berjongkok lebih rendah dari tempat duduk Amora, lalu Daniel melepas resleting sepatu Amora, kemudian melepas kan pula sepatu itu dari kaki putih Amora. Daniel memperhatikan sejenak sepatu itu kemudian membandingkannya dengan sepatu yang saat ini dia pakai dan tanpa berpikir panjang Daniel justru mematahkan tumit tinggi sepatu itu. "Oh apa yang kau lakukan Daniel. Ini adalah sepatu kesayangan ku. Hadiah ulang tahun dari Daddy ku?" Syok Amora saat Daniel justru mematahkan tumit sepatu indahnya. "Aku akan mengganti sepatumu sepuluh pcs dengan mereka dan model yang sama saat kita sudah kembali ke rumah!" Ucap Daniel saat kembali melepas sebelah sepatu Amora lagi dan kembali melakukan hal yang sama dengan pasangan sepatu itu, mematahkan tumitnya. "Gila. Kau jangan syok punya uang Daniel. Ini adalah hadiah istimewa yang Deddy ku berikan di hari ulang tahun ku kemarin." Balas Amora lagi tapi Daniel hanya kembali mengangguk. Iya. Sepatu itu sengaja Zein pesan untuk putrinya. Sepatu itu hanya terdapat tiga pcs di seluruh belahan dunia , karena itu bukan produk universal, tapi limited edition, dan apa tadi, Daniel akan membelikannya sepuluh pcs sepatu yang sama dengan merek dan model yang sama? 'Oh this is impossible.' Batin Amora tapi dia pilih tetap bungkam karena jika menjabarkan hal demikian itu sama artinya dia membuka identitas dirinya yang sebenarnya. Tidak. Amora belum bisa membuka identitas dirinya pada Daniel yang memang terkenal Playboy. Tidak, setidaknya sampai mereka keluar dari hutan ini. "I know Amora. Tapi untuk saat ini sepatu itu tidak berpungsi dengan benar. Lihatlah. Kakimu terlihat memerah, dan jika kau terus memaksakan diri untuk tetap menggunakannya seperti itu, aku yakin sebentar lagi kulit kakimu bisa lecet, dan itu tidak baik untukmu!" Ucap Daniel dan Amora langsung terdiam karena itu memang benar. Bahkan saat ini Amora merasakan jari-jari kakinya sedikit perih. Daniel kembali memasangkan Amora sepatu itu kemudian ikut duduk di kayu lapuk sebelah Amora. Pandangannya menjelajahi seluruh hutan itu, akan tetapi dia tetap tidak bisa melihat keberadaan manusia atau pemukiman warga di tengah hutan itu. "Lebih baik kita kembali ke pantai. Ada beberapa botol air mineral di bagasi kapal. Aku bisa kembali berenang ke kapal dan mengambil minuman dan makanan itu untukmu karena ternyata aku juga haus saat ini!" Ucap Daniel dan Amora hanya pasrah mengangguk karena sekilas tadi Amora melihat jam di lengan kiri Daniel dan ternyata jam sudah menunjukkan angka 11:00 menjelang siang. Daniel mengulurkan tangannya kepada Amora untuk membantu Amora bangkit dari duduknya dan meminta Amora untuk mengikuti langkahnya kembali ke bibir pantai . Amora hanya diam mengikuti, lalu pilih duduk di salah satu batu karang di bibir pantai saat Daniel mulai melepaskan pakaian dan sepatunya lalu benar-benar berenang ke tengah laut menuju kapal mereka. Setelah sampai di kapal, Daniel langsung mengeluarkan semua isi bagasi makanan itu. Ada tiga botol air mineral ukuran 1,5 liter juga beberapa bungkus roti dan snack ringan. Selain rokok dan korek , Daniel juga mendapatkan satu botol wine dan satu botol bir di dalam ruangan khusus kapal itu, tapi sekarang masalahnya Daniel bingung bagaimana cara dia untuk membawa semua itu ke tempat Amora menunggunya. Pasalnya dia tidak menemukan kantong plastik ukuran besar di kapal itu. Hanya ada satu pak kantong plastik ukuran sedang bahkan kantong plastik itu tidak cukup untuk membungkus satu botol air mineral. Meski begitu Daniel juga tetap mengeluarkannya dari dalam bagasi. Ada dua roll isolasi di sana, juga pisau buah serba guna ukuran sedang. Daniel juga mengumpulkan itu di satu tempat. Diam. Daniel kembali diam, memutar otaknya mencari solusi dari masalahnya saat ini dan tiba-tiba pandangannya tertuju pada layar yang sebelumnya dia turunkan asal sebelum mereka meninggalkan kapal itu. Amora memperhatikan gerakan Daniel di atas kapal , yang mana dari arah duduk Amora, Amora melihat Daniel menaikan layar kapal itu dan entah kenapa Amora berpikir jika Daniel ingin meninggalkannya di pulau ini. "Daniel." Amora berteriak sambil berdiri di atas batu karang. "Daniel,,,!" Teriaknya lagi. "Oh brengseeek. Apa yang dia lakukan? Apa dia ingin meninggalkan ku di sini?" Umpat Amora dan kembali berteriak lagi saat kapal itu justru terlihat bergerak pelan ketengah sekarang. "Daniel,,,, Daniel,,,,, Daniel,,,!" Teriakan Amora semakin terdengar histeris saat kapal itu benar-benar bergerak ke tengah dan Amora yakin jika si brengseeek Daniel ingin membunuhnya di pulau ini dengan meninggalkannya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD