Alvin Caest Admaja adalah remaja berusia 17 Tahun yang merupakan salah satu anak dari Keluarga Admaja. Alvin merupakan sepupu dari Ardhito Bagaswara Admaja dan Alsava Britania Admaja. Meskipun merupakan sepupu tapi hubungan antara mereka tidak bisa dibilang baik. Itu semua karena selama ini Alvin selalu merasa dikucilkan di keuarga ya ini. Entah kenapa ia merasa bahwa dirinya selalu saja menjadi urutan terakhir dari mereka. Ia selalu menjadi yang kesekian bagi mereka semua. Padahal ia juga ingin dilihat dan ia ingin dijadikan yang pertama apalagi oleh keluarganya sendiri. Namun mereka seperti tak mau tahu tentang dirinya, mereka seperti acuh kepada dirinya hanya karena ia yang sering kalah dengan sepupunya.
Memang Alvin tidak sepintar dan sejago mereka dalam hal bisnis, tapi tetap saja keluarganya sepertinya tak memiliki kepercayaan kepada Alvin. Itu yang membuat Alvin tidak bisa baik drngan mereka. Sebenarnya hanya pada Dhito saja karena ia sangat iri dengan Dhito. Ia benar-benar iri kepada Dhito yang bisa mengambil perhatian seluruh keluarganya, bahkan Mama dan Papanya sendiri lebih sering melihat Dhito daripada dirinya yang mana ia merupakan anak kandung dari mereka.
Ia iri dengan segala pencapaian yang gisa Dhito capai, apalagi mengenai Seven Sky. Ya. Dia tentu sangat tahu apa tentang Seven Sky yang awalnya dimiliki oleh Opanya yang juga merupakan Opa Dhito dan Sava juga.
Ia pikir saat Seven Sky itu diberikan kepada cucu-cucunya, ia juga akan bisa masuk ke dalam Seven Sky. Namun ternyata tidak. Semuanya tidak sesuai dengan harapannya. Seven Sky itu hany dimiliki oleh Dhito saja, dan akhirnya Dhito mengajak Sava untuk bergabung, setelah itu juga mengajak Alka yang merupakan sahabat Dhito. Ia seperti benae-benar tak terlihat oleh mereka, padahal ia bisa dilihat dengan jelas. Apakah menurut mereka dirinya ini hanya bayangkan saja? Bayangan yang akan selalu mengikuti kemana pun mereka pergi. Bayangan yang tidak pernah menjadi seseorang yang akan terkenal juga.
Yang sering menjadi pertanyaan bagi Alvin adalah kenapa Dhito sama sekali tidak mengajaknya? Okay lah jika Dhito mengajak Sava karena Sava merupakan adiknya. Namun sekarang Sava huga mengajak Alka yang hanya sebagai sahabat Dhito saja sementara dirinya yang menjadi saudara sepupu Dhito sama sekali tidak diberi kesempatan untuk masuk kesana.
Sebenarnya ia bisa saja bilang bahwa dirinya ingin masuk ke Seven Sky kepada Dhito, tapi Alvin tidak ingin harga dirinya diinjak-injak karena hal itu. Lebih baik ia memikirkan rencana yang tepat untuk merebut Seven Sky dari tangan Dhito daripada harus memaohon kepada Dhito untuk memasukkan dirinya ke anggota dari Seven Sky tersebut.
Namun semakin kesini Alvin semakin merasa kesal, apalagi saat ia tahu juga bahwa dua siswa baru yang juga sebagai teman angkatannya itu menjadi anggota dari Seven Sky. Ia benar-benar dengan pemikiran dari Dhito, ia heran kenapa Dhito memilih mereka berdua padahal masih banyak juga yang lebih dari orang yang dipilih oleh Dhito itu. Lagi pula ada dirinya juga yang tentunya lebih dari mereka semua yang ada di GIH. Karena dirinya memang berada di bawah Dhito, Sava dan Alka tapi dirinya berada di atas mereka semua yang ada disini pada saat ini juga.
Dari sini Alvin semakin membenci Dhito, ia pikir sepertinya Dhito itu juga sangat menbencinya karena buktinya ia tidak dimasukkan ke Seven Sky. Selain itu banyak juga yang membuat gosip aneh-aneh hanya karena Alvin tidak masuk ke Seven Sky. Namun ini bukan hanya tapi memang sangat mengagetkan. Mereka yang ada di GIH tentunya sangat tahu apa hubungan antara Dhito dengan Alvin. Mereka semua tahu bahwa Dhito dan Alvin itu merupakan saudara sepupu. Namun sepertinya mereka juga sekarang sudah tahu bahwa antara Alvib dan Dhito pasti ada masalah yang cukup serius mengingat mereka tidak pernah terlihat dekat juga selama di GIH maupun di acara-acara yang mempertemukan mereka berdua. Mereka berasal dari Keluarga Admaja tapi seperti ada sekat yang tinggi diantara mereka berdua itu. Entahlah kenapa.
“Alvin kamu mau kemana? Harusnya kamu ikut Dhito itu belajar sama dia. Kamu harusnya malu karena kamu udah bisa dikalahkan oleh Sava, padahal seharusnya kamu menjadi contoh untuk Sava.” ujar Papa Alvin.
“Benar kata Papa kamu Alvin, harusnya kamu bisa seperti Dhito dan Sava. Kamu lihat, bisnis mereka sudah tersebar dimana-mana. Kamu lihat bisnis mereka udah benar-benar maju. Coba lihat bisnis kamu, Mama benar-benar malu kalau ada pertemuan apa pun itu di keluarga kita Alvin.” ujar Mama kepada Alvin. Selalu seperti itu terus menerus ketika ia terlihat di mata Papa dan Mamanya. Hanya sebuah perbandingan dan perbandingan yang selalu mereka tuturkan kepada Alvin. Alvin sampai lelah mendengarkan mereka berdua membicarakan itu.
“Alvin juga lagi berusaha buat bisnis Alvin sukses Mah, Pah. Sabar semuanya butuh waktu kan. Ga bisa instan.” ujar Alvin kepada Mama dan Papanya itu. Mereka selalu menuntut kepada Alvin untuk bisa menjadi seseorang yang mereka inginkan. Pasalnya seseorang yang mereka inginkan itu adalah seseorang yang perfect seperti Dhito, lelaki yang ia benci.
Mungkin kebencian Alvin kepada Dhito tidak akan terjadi jika Mama dan Papanya tidak terus menerus membandingkan dirinya dengan Dhito, itu juga tidak akan terjadi jika Dhito membagi Sava dengannya. Bukan membagi dalam hal yang negatif tapi lebih ke Sava juga membiarkan dirinya bersikap sebagai layaknya kakak yang baik bagi Sava.
Sedari dulu ia ingin dekat dengan Sava tapi Sava tidak pernah mau dekat dengannya, terlebih juga Dhito yang selalu mengambil waktu dari Sava hanya untuk Dhito saja. Ia tahu bahwa Dhito merupakan kakak kandung dari Sava, tapi ia juga kakak Sava meskipun hanya kakak sepupu tapi sayangnya Alvin ke Sava benar-benar seperti sayangnya kepada adik kandung.
“Mama ga mau tahu ya Alvin, kamu kalo bisa pas ulang tahun perusahaan harus sudah punya bisnis yang sukses, kalo bisa ya melebihi suksesnya Dhito dan Sava.” ujar Mama Alvin yang lagi-lagi menekan Alvin untuk sukses.
Alvin hanya diam, sebenarnya Alvin juga ingin sukses. Siapa sih yang tidak ingin sukses di dalam hidupnya. Pasti semuanya ingin sukses kan, tapi ya semuanya tidak bisa langsung begitu saja. Harus melalui proses.
“Alvin pergi dulu Mah, Pah.” ujar Alvin kepada mereka berdua dan Alvin langsung pergi dari sana. Bisa dibilang saat ini Alvin sedang kabur dari Mama dan Papanya yang sekarang ini sedang membuatnya kesal setengah mati juga.