Sementara itu Dhito sedang bertemu dengan Putra. Mereka berdua bertemu di tenpat persembunyian Dhito, disana sudah ada Deri dan Kertus yang merupakan dalang dibalik semuanya. Mereka berdua ketakutan melihat Dhito meskipun mereka berdua lebih tua tapi mereka tahu bahwa Dhito anak yang berani bahkan bisa dibilang ia juga merupakan anak yang nekat. Maka dari itu mereka takut saat ini.
“Pak Dhito maafkan kami Pak. Kami janji tidak akan mengulangi lagi. Tolong beri kami kesempatan kedua Pak.” ujar Deri kepada Dhito dengan takut.
“Kalian pikir saya mau memberi kesempatan kedua untuk pengkhianat seperti kalian? Sekali pengkhianat bagi saya akan tetap menjadi pengkhianat. Dan bukannya di awal anda berdua masuk ke perusahaan ini saya sudah katakan bahwa saya tidak akan mentolerir segala bwntuk pengkhianatan dan saya tidak akan menerima seseorang dua kali.” ujar Dhito dengan tatapan tajam ke arah mereka berdua.
“Cepat bawa mereka keluar dari sini dan ingat blacklist nama mereka dari perusahaan kita dan dari perusahaan yang bekerjasama dengan kita.” ujar Dhito membuat mereka berdua panik dan meminta maaf kepada Dhito, tapi Dhito tetap lah Dhito ia tidak akan merubah pandangan nya. Termasuk pandangan nya tentang hal ini.
Saat ini Dhito memutuskan untuk menjemput Sava yang baru saja selesai les. Sebenarnya Sava bisa saja di jemput oleh bawahannya tapi entah kenapa saat ini Dhito ingin menjemputnya sendiri. Kagi pula Dhito juga harus membuvarakan oada Sava tentang launching produk property besok. Sava harus datang juga tentunya.
Sementara itu Sava sedsng bersama dengan Aluna yang merupakan satu-satunya teman yang ia miliki. Ia hanya memiliki satu teman karena Sava memang pemilih dalam hal teman. Sebenarnya dulu ia selalu open pertemanan kepada siapa oun itu. Namun semuanya berubah ketika tiba-tiba saja dirinya di khianati oleh temannya. Ia ingat benar waktu itu ia sedang mempersiapkan bisnis produk kecantikan. Ia pun membucarakan hal itu pada teman-temannya tapi ternyata beberapa temannya malah mengambil idenya dan mendahului dirinya emmbuat produk itu. Yang masih setia bersmaa dirinya hanyalah Aluna saja. Maka dari itu Sava pemilih dalam hal teman.
“Gua denger bakalan ada kontes Nyanyi Sav, lo ga mau ikut?” tanya Aluna karena memang selain bakat di dunia busnis Sava juga memiliki suara emas.
“Gua kayak nya libur dulu aja deh buat ikut kayak gitu, maybe next time lagi lah solnya banyak yang perlu di urus juga ini.” ujar Sava diangguki oleh Aluna.
“Ah gua udah di jemput, gua duluan ya Sav. Lo ga papa kan sendiri? Atau lo mau bareng gua aja?” tanya Aluna yang digelengi ileh Sava karena Dhito sudah dekat.
Akhirnya Aluna pun meninggalkan Sava disana, meskipun masih banyak siswa yang juga menunggu jemputan disana. Sementara itu tanpa Sava dan Aluna sadari sebenarnya sedari tadi ada yang mendengarkan pembicaraan antara mereka berdua. Orang itu adalah Aidan, teman satu kelas mereka yang mana Aidan menyukai Sava.
Meskipun Aidan menyukai Sava tapi sampai sekarang ia tidak berani untuk menyatakan kepada Sava. Apalagi Aidan tahu bahwa Sava memiliki kakak yang sangat oveprotective padanya. Ia sebenarnya juga takut jika nanti Sava akan mendapatkan luka karena pesaingnya mengetahui bahwa ia menyukai Sava. Ia tidak mau jika Sava dijadikan alat oleh mereka semua.
Aidan saat ini sudah lega melihat Sava sudah dijemput oleh Dhito, ia pun ikut pergi dari sekolahnya. Sementara itu saat ini Sava bersama dengan Dhito masih berada di jalan. Di perjalanan menuju ke rumah mereka ini Dhito juga manfaatkan untuk berunding kepada Sava tentang launching besok. Tadi Sava sudah ia beritahu tentang adanya pengkhianat di dalah satu perusahaan mereka maka dari itu Sava sudah paham dan mereka pun sudah merencanakan sesuatu saat ini.
“Oke deh besok gua ga berangkat. Eh tapi btw lo udah dapat kandidatnya Bang?” tanya Sava kepada Dhito mengenai kandidat anggota Seven Sky.
“Gua baru nemu 3 kandidat, kalo Alka tadi katanya udah 5 tapi gua suruh dia buat observasi lebih lanjut tentang mereka di sekolah. Selebihnya kita besok cari di Seven Sky. Besok sore setelah launching kita langsung ke Seven Sky buat nentuin juga dua orang.” ujar Dhito sembari masih fokus menyetir.
“Oke deh siap, eh ya btw menurut lo selebgram siapa ya yang cocok buat endorse produk gua?” tanya Sava karena ia sudah memilih tapi tetap saja jika tidak bertanya kepada Dhito rasanya ia belum bisa memutuskan dengan benar.
“Produk apaan dulu?” tanya Dhito karena banyaknya bisnis milik Sava.
“Itu loh produk kosmetik gua, menurut lo siapa? Kan lo tau tuh mana yang impact nya baik sama mana yang ga?” tanya Sava kepada Dhito.
“Oh okay nanti gua mintain data ke sekertaris gua biar langsung dikirim ke sekertaris lo deh.” ujar Dhito membuat Sava tersenyum sangat senang kali ini.
“Makasih abangku sayang, love you so much pokoknya deh ya.” ujar Sava.
Mereka berdua pun akhirnya sampai juga di rumah mereka.
Rumah mereka tidak sesepi yang orang-orang kira, karena mereka pikir rumah keluarga pebisnis pasti akan sepi karena mereka semua sibuk mengurus bisnisnya masing-masing. Namun rumah keluarga Admaja sedikit berbeda karena rumah ini merupakan rumah keluarga besar dari keluarga Admaja. Dan sebenarnya di tanah ini tidak hamya terdapat satu rumah tapi banyak sekali rumah dan juga terdpat beberapa paviliun. Sava dan Dhito sendiri tinggal di paviliun karena di rumah banyak suara anak kecil yang merupakan sepupu dan keponakan mereka. Di sana juga terdapat sepupu yang seumuran dengan mereka salah satunya adalah Alvin.
Alvin Caest Admaja. Alvin merupan CEO dari beberapa perusahaan yang ia bangun dari awal. Namun pamor Alvin masih kalah kauh dari Sava dan Dhito.
“Weh abis dari mana lo berdua? Tumben baliknya bareng?” tanya Alvin.
“Bukan tumben tapi sering. Lo mah ga pernah liat kita balik sih.” ujar Sava.
“Heeh dasar emang ya adik kecil gua ini ga sopan ya sama gua.” ujar Alvin.
“Ya tahun kita lahir emang beda tapi lo kan cuman beda satu hari sama gua weh jadi ga papa lah gua panggil lo ga pakek embel-embel kakak.” ujar Sava yang langsung masuk ke dalam. Dhito pun mengikuti Sava. Alvin yang ditinggalkan hanya bisa tersenyum miring saja kepada Dhito dan Sava yang telah pergi.
Liat aja gua bakalan rebut Seven Sky dan gua bakalan bikin lo nyesel udah pernah ngelakuin ini ke gua Sava dan Dhito. Inget itu. Batin Alvin.
Saat ini Sava sudah masuk ke dalam paviliunnya. Ia berganti pakaiaan dan langsung membuka laptopnya. Time to work. Sava membaca dokumen dokumen yang harus ia tanda tangani saat ini. Ia membaca dengan jelas dan emmbandingkan dengan yang ada di data laptop nya. Setelah itu ia pun membaca dokumen itu lagi dan membandingkan lagi, setelah sudah yakin ia baru berani tanda tangan. Karena dalam berbisnis seperti ini ketelitian juga harus diperhitung kan juga.
Ia saat ini beralih ke brand kosmetik yang beberapa waktu lagi ia ingin mengeluarkan produk baru. Ia baru ingat bahwa tadi ia meminta kepada Kakaknya untuk mengirimkan nama-nama selebgram yang impact nya besar untuk endorse. Ia saat ini sedang menghubungi sekertaris nya untuk meminta nama-nama itu. Namun ternyata nama-nama itu belum juga dikirim oleh sekerrtaris Dhito.
“Bang, sekertaris lo belum ngirimin namanya y?” tanya Sava lewat telfon.
“Hah? Apa ita? Bentar gua nanti langsung nyuruh dia lo tenang aja, give me 1 minutes.” ujar Dhito dan Sava pun mematikan panggilan tersebut. Tak lama kemudian sekertarisnya memberikan daftar nama selebgram. Ia pun sedang memilihnya. Setelah memilih cukup lama akhirnya ia mendapatkan lima nama selebgram yang langsung ia kirim ke sekertarisnya untuk cepat menghubungi mereka dan membuat kerja sama.
Malam pun akhirnya datang juga. Seluruh keluarga Admaja saat ini sudah berkumpul di rumah paling besar yang ada di tanah tersebut. Rumah itu merupakan rumah milik Kakek mereka yang saat ini hanya ditinggali oleh anak-anak dari keluarga Admaja meskipun mereka hanya makan malam saja disana dan sesekali tinggal disana karena kebanyakaan tinggal di rumah yang masih satu tanah dengan itu.
Lagi pula Kakek Sava yaitu Admaja dan juga istrinya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Mereka semua berkumpul disana untuk melakukan makan malam keluarga. Keluarga Admaja memang terdiri dari banyak kepala karena Admaja memiliki 5 orang anak yang semuanya sudah berkeluarga dan ia memiliki cucu 13 serta cicit 4. Maka dari itu rumah ini sering ramai oleh suara balita atau anak kecil.
“Bagaimana bisnis kalian apa ada kendala?” tanya Prabu kepada mereka semua. Prabu merupakan anak ayah dari Sava dan Dhito. Dirinya juga yang banyak bertanya mengenai bisnis anaknya maupun keponakannya di rumah ini.
“Ga ada masalah om,” Ujar Alvin menjawab sementara Dhito saat ini akan menjawab karena menurutnya ini waktu yang tepat untuk mengundang mereka semua.
“Di Hinfor Property ada yang bocorin produk terbaru kita Pah, jadi Dhito mutusin buat besok ngadain launchingnya. Bagi Om Tante yang berkenan dan besok ga sibuk bisa datang ke launching produknya di Hotel Admaja.” ujar Dhito saat ini.
“Astaga ikut sedih ya Dhito, kamu udah urus orang yang ga bertanggung jawab itu?” tanya Tante Nela dan Dhito pun mengangguk. Mereka melanjutkan makan lagi.
Setelah sudah selesai makan mereka semua pulang ke rumah. Saat ini Alvin terlihat tersenyum sinis karena bisnis Dhito ada penganggunya. Ia harus cari siapa penganggu itu dan ia nantinya akan bekerja sama dengan orang tersebut.
Gua bakalan hancurin lo berdua, i promise. Batin Alvin langsung masuk kamar.
Mereka semua pun akhirnya tidur karena hari yang sudah beranjak malam.
Pagi harinya, pagi sekali Dhito dan Sava sudah berangkat menuju ke Hotel Admaja. Mereka akan menggunakan hotel itu dan mereka juga sudah menggundang beberapa pers serta influencer untuk datang ke acara launching hari in.
“Semuanya udah beres?” tanya Dhito saat ia bertemu dengan Putra di hotel.
“Udah bos, cuman tinggal nunggu tamu datang aja.” ujar Putra kepada Dhito.
Sava saat ini melihat-lihat tempat yang akan digunakan untuk launching, ia melihat sekitar dan menurutnya untuk ukuran persiapan yang mendadak dan hanya satu hari tempat ini bisa dikatakan sangat layak untuk acara launching. Memang jika Dhito yang sudah menghendaki mau waktunya semepet apapun pasti akan terjadi.