Suara desahan terdengar samar di telinga Sarah memecah konsentrasinya yang tengah belajar bersama Jane.
Sarah terus saja mengeluarkan ekspresi bingung dan tak nyamannya sehingga Jane yang berada di sampingnya pun menyadari itu
“terdengar jelas yah” ucap Jane tanpa menatap Sarah
“hah.. ehm..” balas Sarah
“maaf, kamar kak Lay tepat disamping kamar ini” ucap Jane
Sarah pun hanya bisa diam dan tertunduk mendengar perkataan Jane.
“kau mau pergi ke tempat lain?” tanya Jane
“ahh.. tidak perlu” sergah Sarah
“ayo!” Jane pun beranjak dari duduknya
“kemana?”
“sudah ikut saja” jawab Jane
Sarah beranjak dan mengikuti langkah Jane keluar kamar. Mereka pergi ke dekat kolam renang dan duduk di ayunan.
Jane menceritakan pada Sarah bagaimana kakak nya bergonta-ganti pasangan setiap minggunya. Ia juga bercerita awal dari gila s*x yang dimiliki Lay karena penghiantan yang ia terima dari mantan pacar juga sahabatnya di masa sekolah.
Sarah menatap kosong air kolam yang tenang dengan mata berbinar ingin menjatuhkan air matanya.
“bagaimana bisa aku menjadi bagian dari kegilaannya itu” batin Sarah
“ahh.. sudah hampir tengah malam, kita bisa kembali ke kamar” ucap Jane
“hah?” sahut Sarah dengan wajah bingung
“kakak ku pasti sudah selesai” ucap Jane
“bagaimana kamu tau itu?” tanya Sarah terheran
“dia pernah mengatakan padaku disaat aku terganggu dengan kegiatannya, dia menyuruhku untuk keluar kamar hingga tengah malam, karena dia akan mengantarkan wanita itu pulang” jelas Jane
“ayo!” Jane beranjak mengayunkan tangannya meminta Sarah mengikutinya
Ditengah perjalanan mereka yang akan kembali ke kamar Jane, tanpa sengaja mereka berpapasan dengan Lay di tangga.
“kalian darimana?” Lay bertanya
“menyegarkan telinga dari musik erotis” jawab Jane dengan santai dan kemudian ia menarik lengan Sarah menaiki anak tangga
Cerita yang ia dengar dari Jane membuat Sarah kesusahan tidur. Ia membolak-balik tubuhnya dan mengehela nafas kasar sembari menatap langit-langit kamar yang gelap.
“Jane, aku haus” ucap Sarah mengoyak tubuh Jane
“kamu ambil sendiri saja di dapur” jawab Jane tanpa membuka matanya
Sarah pun pergi ke dapur sendiri.
“kenapa belum tidur?” Lay yang tiba-tiba datang bertanya pada Sarah, sontak itu membuat Sarah terlonjak kaget saat menuang minuman ke gelas
“kebangun haus” jawabnya berbalik membelakangi Lay
Sarah yang berniat menghindari Lay pun ditahannya. Lay menatap dingin pada Sarah.
“ada apa?” Sarah bertanya dengan wajah kesal
Bukannya menjawab pertanyaan Sarah, ia justru merebut gelas ditangan Sarah dan menahan kedua tangan Sarah. Lay mendaratkan ciuman agresifnya di bibir Sarah dan sontak itu mengejutkan Sarah hingga ia membelalakan mata.
Disaat Sarah tersadar, ia mencoba mendorong Lay namun ia kalah kuat dengan Lay hingga tenaga untuk melawan pun habis. Sarah hanya pasrah menerima perlakuan Lay. Ia menutup matanya dan tanpa sadar setetes air mata keluar dari ujung mata.
“sudah selesai?” ucap Sarah setelah Lay melepaskan dirinya
Sarah pergi dengan perasaan kesal dan amarah yang ia tahan. Ia bergegas menaiki anak tangga untuk sampai di kamar Jane. Namun lagi-lagi Lay menahannya. Lay menarik lengannya sebelum ia sempat membuka pintu kamar.
Lay menarik Sarah hingga memasuki kamarnya. Lay mendapatkan perlawanan yang cukup kuat dari Sarah. Sarah terus memukuli Lay dan memintanya melepaskan genggamannya yang erat itu.
“kalau kakak tidak melepaskanku sekarang juga, aku akan teriak!” ucap Sarah mengancam Lay dan mengeratkan giginya dengan mata memerah
“coba saja” balas Lay menatapnya dengan tatapan mematikan
“kau tau kan kalau aku tidak akan bisa membuat Jane melihat temannya ini menjadi salah satu dari wanita yang tiduri kakak nya, makanya kau berani mengatakan itu” ucap Sarah diseringai Lay
Lay mendorong tubuh Sarah hingga terjatuh diatas kasur, ia mengukung tubuh Sarah dibawahnya. Lay mencium bibir Sarah dengan ganas dan membuat Sarah hampir kehabisan nafasnya. Lay tersenyum puas disaat dirinya sudah tak mendapat perlawanan dari Sarah.
Lay dengan cepat melepaskan pakaian Sarah. Ia lalu memberikan sentuhan lembut di setiap titik sensitif Sarah membuat wanita yang dikendalinya itu mengerang keenakan.
“kau suka kan?” ucap Lay membuatnya mendapatkan tatapan aneh dari sarah
“aku tidak akan membuangmu karena tubuhmu terlalu nikmat untuk disia-siakan” ujar Lay menatap wajah Sarah dan menyapu dengan jari-jarinya
----
“Sar.. Sarah” panggilan Jane yang tengah mencari Sarah membuat Sarah yang tertidur nyenyak di kamar Lay langsung terbangun
“Jane” ucap Sarah yang mendapat bungkaman dari Lay dengan ciuman, tentunya itu membuat Sarah membelalakan mata
“Jane mencariku. Aku harus keluar” ucap Sarah setelah Lay melepaskan ciumannya
“kamu mau dia tau seperti ini” jawab Lay menyadarkan Sarah yang langsung menatap tubuhnya juga sekelilingnya
“tidak” jawab Sarah menunduk
“tapi kakak bisa membantuku keluar dari sini diam-diam kan” lanjut Sarah yang kemudian ia menatap mata Lay dengan harapan
“kalau aku tidak mau?”
“aku bisa berteriak meminta bantuan Jane” jawab Sarah menatapnya menggoda
“coba saja” sahut Lay tersenyum simpul
“aku tidak segila itu untuk nekat melakukannya” gumam Sarah memutuskan kontak mata
Lay beranjak dari ranjang dan meminta Sarah untuk pergi membersihkan dirinya di kamar mandi. Ia juga memberikan sebuah pil untuk Sarah minum setelah Sarah membenahi tubuhnya.
Lay meminta Sarah bersembunyi dibelakang pintu kamarnya disaat ia keluar kamar mengawasi sekitar. Lay lalu meminta keluar kamar disaat keadaan memungkinkan.
“kamu darimana?” Jane betanya pada Sarah yang baru saja memasuki kamarnya
“keluar, cari minimarket” jawab Sarah
“hah.. mana ada minimarket buka di jam segini Sarah” sahut Jane
“nah karena itu aku kembali tidak membawa apa-apa” sergah Sarah
“kamu juga aneh, mana ada minimarket buka di pagi buta seperti ini. Apalagi kawasan rumahku yang seperti ini” ucap Jane
----
“aku jemput di sekolahmu, lewat gerbang belakang” Lay mengirimkan pesan tersebut pada Sarah.
“kamu kenapa?” Jane yang duduk di samping Sarah kebingungan melihat Sarah yang tiba-tiba tersenyum
“tidak apa” jawab Sarah
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Sarah dengan cepat berlari menuju gerbang belakang sekolah dan ia memastikan jika Jane tidak mengikutinya.
“apa kakak menunggu lama?” tanya Sarah dengan nafas terengah-engah dan disaat dirinya telah duduk di kursi penumpang mobil Lay
“tidak” jawab Lay dengan singkat
Lay menancap gas mobilnya dengan kecepatan tinggi namun ditengah perjalanan, Sarah mendaptkan telefon dari ibunya dan memintanya untuk segera pulang.
“ma” seru Sarah mamasuki ruang tengah rumahnya
“Sarah.. kemarilah duduk di samping mama” ucap Marissa, ibunda Sarah
“ada apa ma? Kenapa meminta Sarah segera pulang?” tanyanya
“Sar, kita harus pindah ke kampung” ucap Marissa menatap sendu putrinya
“kenapa ma?” tanya Sarah
“rumah ini akan disita bank untuk menutupi hutang yang ditinggalkan ayahmu” terang Marissa
“t-tapi ma.. Sarah kurang satu semester lagi lulus. Apa kita tidak bisa menunggu sebentar saja untuk tetap disini”
“maaf Sarah, tetapi bank akan menyita rumah ini segera. Tabungan mama tidak cukup untuk menutupi hutang papa mu” sergah Marissa
“lalu bagaimana dengan sekolahku ma?” tanya Sarah kembali
“kamu harus berhenti sekolah sayang. Karena uang kita hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari” jelasnya
“tidak ma!” sentak Sarah berdiri dari sofa dengan wajah memerah penuh amarah
“Sarah tidak mau pergi dari kota ini apalagi berhenti sekolah!” lanjutnya yang kemudian ia berlari pergi keluar rumah
Deraian air mata Sarah cukup deras. Ia duduk di ayunan taman dengan hati yang tengah hancur.
“bagaimana bisa mama mengatakan hal seperti itu” batinnya yang terluka
Drrtt Drrtt
“hallo” Sarah menjawab panggilan di ponselnya dengan terisak
“ada apa denganmu? Kamu kenapa” tanya seorang lelaki diseberang
“tidak apa” jawabnya berbohong
“kamu dimana? Aku akan kesana menjemputmu” tanyanya
“tidak perlu kak, aku tidak apa” jawab Sarah yang masih menolak
“kamu dimana?! Beri tahu aku atau aku akan ke rumahmu!” sentak lelaki itu
“aku di taman yang tidak jauh dari rumahku” jawab Sarah
Tak lama setelah Lay menutup panggilannya, ia pun datang menghampiri Sarah.
“ada apa?” Lay yang baru sampai langsung bertanya pada Sarah
Sarah mendongak menatap Lay dengan air matanya yang tak berhenti. Ia lalu merangkul pinggang Lay dan tangisannya semakin kencang.
Lay terdiam dan kemudian ia mengusap kepala Sarah perlahan.
“mama bilang rumah kami disita bank karena hutang mendiang papa. Kami harus pindah ke kampung karena biaya di kota ini cukup mahal” jelas Sarah dengan terbata-bata
“itu artinya kamu juga akan pindah sekolah?” tanya Lay
“aku tidak bisa melanjutkan sekolahku karena ekonomi kami sangat buruk” jawab Sarah
Air mata Sarah semakin tak terbendung mengingat dirinya tidak bisa melanjutkan pendidikan.
Lay terdiam memikirkan ucapan Sarah. Ia lalu memberikan solusi dengan meminta Sarah tinggal di apartemennya. Ia juga menawarkan akan membiayai sekolah Sarah hingga lulus.
Mendengar tawaran Lay yang memudahkan dirinya pun Sarah tanpa berfikir panjang mengiyakannya.
Setelah puas menumpahkan kekesalannya, Sarah pulang dan menemui ibunya. Sarah langsung membicarakan dengan ibunya mengenai dirinya yang berencana tinggal di kota sendiri dengan menyewa kamar dengan teman perempuannya. Ia juga mengatakan akan mencari pekerjaan paruh waktu untuk tambahan biaya hidup dan uang sekolahnya.
Marissa yang tidak memiliki jalan keluar lainnya, hanya bisa mengizinkannya. Dengan berat hati ia harus membiarkan putri semata wayangnya berjuang sendiri di kota.
Dua hari kemudian Marissa dan Sarah berkemas untuk keluar dari rumahnya tersebut.
“kamu yakin tidak mau mama antar ke tempat sewamu?” tanya Marissa dianggukan Sarah yang tengah berdiri dihadapannya
Ibu dan anak ini tengah mengucapkan perpisahaan sebelum akhirnya tinggal terpisah. Sarah menatap wajah ibunya yang sudah tidak muda lagi, hatinya pun terasa hancur.
Marissa menghela nafas kasar, lalu memeluk putrinya dengan hangat, “maafkan mama ya sayang karena tidak bisa membuatmu bahagia”
“mama tidak perlu minta maaf. Semua ini hanya takdir yang harus kita jalani” balas Sarah
“mama akan menghubungimu setelah sampai di kampung. Kamu jaga dirimu dengan baik”
“mama juga, jaga diri dengan baik” balas Sarah
Setelah melihat mobil pengangkut yang ditumpangi Marissa pergi cukup jauh, Lay turun dari mobilnya menghampiri Sarah.
“ayo” Lay mengambil koper dari tangan Sarah
“terima kasih” ucap Sarah sembari menatap wajah Lay dan dibalasnya dengan senyuman simpul
“terima kasih sudah melakukan semuanya untukku ucap Sarah setelah mereka sampai di kamarnya
“kau boleh pergi, Aku akan membereskan barangku” kata Sarah membongkar kopernya
“pergi, untuk apa aku pergi. Ini juga kamarku” jawab Lay sembari merangkul Sarah dari belakang
“hah?” sontak Sarah berbalik menatapnya dengan mata membulat
“kau juga akan tinggal disini?” tanyanya
“tentu saja. Ini tempatku” jawab Lay