Chapter 4

1060 Words
Sarah terbangun setelah merasakan kecupan berulang kali di bibirnya. Ia mengerjap membiarkan matanya terbisasa dengan cahaya yang masuk. Sarah tersenyum lepas melihat Lay tengah duduk di tepi ranjang sembari menatapnya. “morning” sapa Lay “sudah jam 6, cepat bangun, kamu bisa terlambat ke sekolah nanti” lanjut Lay Sarah menganggukan ucapan Lay, ia lalu turun dari ranjang dan pergi membersihkan diri. Selesai bersiap, Sarah menghampiri Lay yang berada di meja makan. “aku sudah membuatkan roti panggang untukmu” “terima kasih” ucap Sarah sembari duduk di kursi “pelan-pelan saja makannya” ujar Lay memperhatikan Sarah yang makan dengan terburu-buru “takut ketinggalan bis” jawab Sarah “aku akan mengantarmu” sahut Lay Sarah melambaikan tangan mengisyaratkan menolak tawaran Lay dengan mulutnya yang dipenuhi makanan. “kenapa?” Lay bertanya dengan mengerutkan dahi Sarah menelan makanannya dengan kasar, “kalau Jane melihat bagaimana?” ucap Sarah “kamu bisa turun sedikit jauh dari sekolah” sergah Lay Sarah menarik salah satu sudut bibirnya dan mendehum memikirkan ulang tawaran Lay, “boleh” jawab Sarah menerimanya Sarah meminum s**u yang telah disiapkan Lay, ia lalu berdiri dari kursinya mengajak Lay untuk segera berangkat. Lay tersenyum simpul melihat tingkah Sarah. Ia pun beranjak dan menghampiri Sarah yang telah berdiri di pintu. Lay membersihkan sisa selai dan s**u di sudut bibir Sarah dengan ibu jarinya membuat Sarah diam menatapnya. “lain kali bersihkan pakai tissu” ucap Lay yang kemudian ia keluar mendahului Sarah. Jantung Sarah yang berdegup tak wajar karena merasa malu dan bahagia membuatnya terlonjak kesenangan sebelum akhirnya ia tersadar lalu menyusul Lay. ---- “hei” Jane menepuk pundak Sarah yang tengah mengantri di kantin “tumben pagi-pagi sudah di kantin saja” ucap Jane terheran “iya, aku bangun kesiangan jadi tidak sempat sarapan nasi” jelas Sarah “ouh.. aku titip air mineral yah, malas mengantri” pinta Jane “kamu mau kemana?” tanya Sarah membuat Jane yang akan melangkah pergi pun berbalik menanggapinya “kelas, menyelesaikan tugas” jawab Jane “hah? Memangnya ada tugas?” tanya Sarah dianggukan Jane “tugas apa?” Sarah bertanya kembali “Matematika” Jane menjawab dengan wajah datar “sial!” umpat Sarah yang langsung beranjak pergi. Jane pun berlari mengikuti Sarah. “ada apa?” Jane dengan nafas terengah-engah bertanya pada Sarah “aku belum mengerjakan” jawabnya sembari mengeluarkan buku “tumben banget sih.. padahal aku mau melihat tugasmu” ucap Jane “kemarin aku sibuk pindah” jawab Sarah “kamu pindah? Dimana?” Jane duduk di kursi di samping Sarah “ahh nanti saja ceritanya. Kerjakan ini saja dulu” sergah Sarah Sarah dan Jane menyelesaikan tugas mereka yang belum selesai tepat sebelum jam pelajaran dimulai. “heh, kamu punya hutang penjelasan padaku” Jane berbisik pada Sarah di tengah jam pelajaran “penjelasan apa?” tanya Sarah “kamu pindah kemana?” tanya balik Jane “ouh, aku sewa kamar” jawab Sarah “kamu tinggal di hotel?” sahut Jane secara spontan “gila! Tidak mungkin. Aku sewa kamar rumah orang” sergah Sarah “ouh.. aku nanti mampir ke tempatmu yah” ucap Jane yang langsung ditolak Sarah Jane menyempitkan mata menatap heran pada Sarah, “kenapa?” tanya Jane “nenek pemilik rumah tempat aku sewa galak. Dia tidak suka ada suara berisik” jelas Sarah “nah terus kenapa kamarnya disewakan kalau dia tidak suka suara berisik?” Jane bertanya heran “itu karena si nenek kenal dengan mama ku makanya aku diizinkan menyewa kamarnya” jawab Sarah “aku tidak berisik kok” sahut Jane “bukan begitu, tapi si nenek tidak suka ada orang asing keluar masuk rumahnya. Di rumah itu juga hanya aku dan dia saja yang tinggal” sergah Sarah kembali Jane menghela nafas pasrah, “yasudah nanti saja kalau si nenek itu sudah mengizinkanmu membawa teman ke rumahnya, aku yang akan jadi penginap pertama di kamarmu” ujar Jane dianggukan Sarah Krucuk krucuk “perutmu?” tanya Jane dianggukan Sarah “Gila! Bunyinya seperti gunung meletus” ejek Jane membuat Sarah mendengus kesal ---- Sepulang sekolah Jane dan Sarah pergi bersama ke halte bis dekat sekolahnya. Namun tiba-tiba mobil yang mereka kenali berhenti di depannya. Lay menurunkan kaca jendela mobilnya dan meminta mereka naik ke mobilnya. Jane yang bersemangat menarik lengan Sarah mengajaknya naik ke mobil Lay. “Jane, kakak antar kamu pulang dulu ya soalnya kakak masih harus ke kantor” ucap Lay melirik kaca spion depannya “ehm iya. Kakak tanyakan tempat tinggal Sarah yang baru saja, dia sudah pindah” jawab Jane Setelah menurunkan Jane di rumahnya, Lay kembali mengendarai mobilnya dan tak lama ia menepikan mobilnya. Lay turun dan membuka pintu penumpang belakang. Ia meminta Sarah turun dari mobilnya. “ada apa? Apa kakak mau menurunkan ku disini?” tanya Sarah Lay yang tak menjawab hanya menarik lengan Sarah dan memintanya duduk di kursi penumpang depan. Lay memasangkan seatbelt untuk Sarah lalu kembali ke kursi pengemudinya. “aku bukan supir mu, jadi jangan duduk di belakang jika hanya berdua” ucap terang Lay dianggukan Sarah Sesampainya di apartemen Lay menyambar bibir Sarah dengan ciuman agresif. Sarah yang belum sempat melepaskan sepatunya pun terkejut dan berusaha melepaskan ciuman Lay. Namun tenaganya yang tak sebanding membuat ia hanya bisa diam pasrah. Perlahan Sarah mengikuti permainan Lay dan menyeimbanginya. Lay mengangkat tubuh Sarah dan melepaskan sepatu di kaki Sarah. Lay membawanya ke kamar tanpa melepaskan ciuman mereka. Lay membaringkan tubuh Sarah di ranjang. Ia melepaskan satu persatu kancing seragam Sarah. ---- Sarah terbangun di jam hampir tengah malam. Ia menepuk kaasur disebelahnya yang telah kosong. Sarah melihat ke arah jendela kamar, ia melihat siluet lelaki di carinya tengah berdiri di balkon. “kakak disini” ucapnya menghampiri Lay “kenapa bangun?" Tanya Lay “merasa kehilangan tetangga kasur makanya kebangun” jawabnya Krucuk krucuk “kamu lapar?” Sarah dengan cepat mengangguk “ayo cari makan” Lay mengajaknya keluar Lay mengendarai mobilnya melewati jalanan kota yang masih dipenuhi kendaraan meski jam hampir tengah malam. Ia memarkirkan mobilnya di sebuah restauran. “kak Lay.. Sarah” sapaan itu sontak membuat keduanya berbalik bersamaan “Jane” ucap Sarah bersikap gugup “kalian kok bisa disini? Berdua lagi” tanya Jane “jangan.. jangan kalian..” “apa?” sahut Lay “kencan yah?” jawab Jane melanjutkan ucapannya “tidak. Kebetulan tadi aku melihat Sarah di jalan sedang cari makan, aku ajak saja dia bersamaku sekalian” jelas Lay yang berbohong namun terlihat santai “ouh. Apa nenek pemilik rumah juga tidak mengizinkanmu memasak? Tadi pagi tidak sarapan dan sekarang harus membeli makanan di luar. Sebaiknya kamu pindah saja deh Sar, jika tetap di sana kamu bisa mati kelaparan” ucap Jane sontak membuat Sarah tersenyum gugup sembari melirik pada Lay yang mendadak wajahnya berubah dingin “t-tidak bukan begitu..” sergah Sarah yang tak sempat ia selesaikan “sudahlah, ayo kita masuk dan makan bersama” ajak Jane memotong ucapan Sarah “biar kakak ku yang teraktir” bisiknya di telinga Sarah dan kemudian ia menarik lengan Sarah mengajaknya masuk ke restauran
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD