Wanita

1307 Words
036 Wanita Dari sikap ceria penuh canda, Ezra segera memperlihatkan wibawa yang menunjukkan sikap seriusnya. Mengetahui perubahan sikap Ezra. Anindira dan Zia langsung menyimak dengan seksama tanpa bantahan. ''Kita para wanita punya kelebihan... Menjadi prioritas utama baik secara individu mau pun kelompok. Wanita di lindungi dan selalu di perhatikan apa yang jadi kebutuhan kita. Itu semua karena Wanita sangat berharga tidak tergantikan kedudukannya. Tanpa ada wanita, sebuah Klan bisa musnah. Bukan legenda atau pun mitos. Yang terjadi di masa lalu menjadi trauma untuk Klan-klan lain yang masih bertahan hingga saat ini...'' Ezra memberikan nasihat berharga pada dua gadis muda yang masih mentah. ''Tapi jangan salah paham!'' seru Ezra memberi peringatan keras dengan kilat sorot matanya yang tajam menatap. ''Meski kita adalah proiritas utama dan tidak tergantikan. Bukan berarti para pria tunduk di bawah kaki wanita. Jika seperti itu, maka penjarah dan penculik wanita tidak akan ada. Karena itu, kita tetap harus waspada dan tahu diri. Pria bukan takut dengan ketidak beradaan wanita. Tapi mereka menekan keegoisan mereka untuk menghargai dan menghormati kita para wanita agar bisa hidup nyaman bersama-sama. Karena itu jangan terlena dengan kebaikan dan perhatian yang mereka berikan. Karena seperti mereka yang mencurahkan segenap kemampuan mereka untuk menjaga kita. Maka kita pun tidak boleh kalah. Kita juga harus menjaga keseimbangan dalam rumah tangga karena wanita adalah prorosnya. Berhati-hatilah, semakin mereka tertekan, maka keegoisan yang telah lama mereka pendam bisa jadi menjadi bumerang untuk mereka sendiri dan juga kita sendiri yang terlibat di dalamnya.'' Anindira dan Zia masih bingung dengan penjelasan Ezra. Ada beberapa bagian yang mereka kesulitan untuk mencernanya. Ezra tersenyum melihat kepolosan dua gadis muda yang serius menyimak wejangannya. ''Aku tahu. Kalian masih kesulitan untuk memahaminya tapi apa yang kalian dengar dan kalian tahu saat ini cukup menjadi dasar pengetahuan kalian untuk menghadapi masa depan yang menanti di ujung jalan kehidupan kalian masing-masing. Jika kalian mengalami kesulitan di kemudian hari. Jangan ragu untuk bertanya. Bukan hanya aku. Wanita-wanita lain yang lebih dulu menjalani hidup selalu siap membantu kalian. Karena aku pun begitu... saat aku bingung tidak mengerti maka aku bertanya. Tidak salahnya bertanya karena bagaimana pun juga, akan di akhiri oleh keputusan yang di ambil oleh diri kita sendiri.'' ''Baik,'' Zia dan Anindira menjawab serempak ikut serius menanggapi Ezra. Mereka berdua tahu, kalau Ezra tidak main-main dengan kata-katanya. Karena itu, mereka menyimak dan merenungkan baik-baik semua nasihat Ezra barusan. Ezra yang sudah sarat pengalaman memberikan saran pada dua remaja wanita yang sebentar lagi akan segera membangun rumah tangganya sendiri. Dia membagikan pengalaman dan juga apa yang diketahuinya dari wanita-wanita yang lebih senior darinya. ''Eum... Bibi apa maksudnya *Berlian, *Amethyst, aku tidak mengerti?!'' tanya Anindira serius. ''Kau tidak tahu hal itu juga?!'' seru Ezra heran, ''Sungguh kau tidak tahu?'' tanya Ezra lagi, dia masih bingung dan melihat ke arah Zia meminta penjelasan. ''Tidak perlu melihat padaku. Sekarang ibu juga tahu betapa bodohnya dia,'' jawab Zia santai. Sedangkan Anindira melirik kesal menanggapi Zia. Kembali Zia mengedikkan bahu dengan mencebikkan bibirnya menanggapi kekesalan Anindira. ''Benarkah?!'' Ezra terkejut mendengarnya, ''Kau tidak tahu apa pun?'' Anindira bingung bagaimana dia akan menjawab menanggapi Ezra dan Zia. ''Desaku diserang dan aku di bawa ke sana kemari oleh kawananku hingga akhirnya masuk ke hutan kemudian terpisah. Lalu aku di temukan oleh Kak Halvir. Sebelumnya, orang tuaku belum sempat memberitahuku apa-apa...'' Anindira menjawab Ezra dengan mengarang cerita tapi menyesuaikan beberapa poin dari beberapa hal yang telah ia dengar. Dia bicara sesingkat mungkin menceritakan hal klise agar tidak terlalu menarik perhatian. Ezra masih merasa heran dan bingung. Tapi dia mengetahui kalau baru saja Anindira berbohong. Meski begitu dia mencoba memahami sesuatu dari sisi Anindira yang berada di tempat asing tanpa ada seorang pun yang dia kenal. Karena itu, dia tidak mau mendesaknya. Untuk kali ini Ezra akan membiarkan kebohongan Anindira. Ezra yakin, suatu saat setelah Anindira bisa mempercayainya, maka dia sendiri yang akan menceritakannya tanpa diminta. Naluri Ezra sebagai seorang wanita, seorang ibu, dan juga sebagai seorang wanita yang jadi pendamping pemimpin desa, mengatakan kalau Anindira adalah gadis baik. ''Eum, itu sering terjadi. Tapi kau aman sekarang jadi jangan memikirkan hal buruk yang sudah terjadi. Jalani saja yang sekarang apa adanya...'' ujar Ezra ramah sambil mengusap kepala Anindira dengan lembut. Ezra menjabarkan beberapa hal mengenai level peringkat kekuatan Manusia buas pada Anindira dan Zia meski dia juga sedah memahaminya. Sesekali Anindira berinteraksi menyatakan kekagumannya mengenai kekuatan manusia buas yang di luar nalar. ''Jadi itu maksudnya Hutan Larangan?!'' sahut Anindira yang baru mengetahui apa yang hendak dimasukinya ketika baru pertama kali menginjakkan kaki di dunia ini. ''Bagaimana Hutan Larangan Anindira?!'' tanya Zia penasaran. Dia sangat antusia begitu mengetahui bahwa Halvir membawa Anindira dari tempat yang ikonik dengan kesuraman sekaligus berbahaya. ''Tidak tahu. Aku berada di perbatasannya saja bukan masuk ke dalamnya.'' ''Iya. Bagaimana kesanmu meski hanya di perbatasannya...'' Zia mendesak Anindira karena rasa penasarannya. ''Dingin... suram... menakutkan... entah hampir semuanya menggambarkan sesuatu yang buruk. Aku beruntung karena Kak Halvir segera membawaku pergi dari sana.'' ''Hm, mungkin... inilah yang dinamakan pasangan sejati yang sudah ditentukan,'' ujar Ezra sambil tersenyum penuh arti, membuat dua orang remaja wanita memiringkan kepala melihat Ezra. ''Di desa ini ada enam Klan, tapi hanya Halvir satu-satunya yang berada di peringkat *Safir. Bahkan dia memasuki level itu di usia yang masih sangat muda. Sepuluh tahun yang lalu Halvir memasuki peringkat *Safir. Dengan naiknya Halvir ke *Safir secara otomatis akan mengukuhkan kedudukannya sebagai seorang pemimpin tertinggi. Banyak tetua mendesaknya begitu pun Mischa. Tapi, Halvir sama sekali tidak tertarik dengan hal-hal itu. Halvir memiliki kepribadian yang sulit. Tapi bukan berarti dia tidak bisa diajak bicara. Hanya saja aura kuat miliknya semakin membuat orang merasa terintimidasi. Karenanya bagi yang levelnya lebih rendah akan merasa tidak nyaman. Hal itu menjadi salah satu penyebab yang membuat Halvir justru menghindari orang lain demi agar orang-orang di sekitarnya bisa nyaman. Yang secara tidak langusng membuat kesan seolah dia menjauh dan menutup diri dari lingkungan sekitar,'' ungkap Ezra dengan ekspresi teduh. Anindira mendengar dengan serius karena itu semua tentang Halvir. Semakin dia tahu, semakin mata Anindira berbinar-binar, menambah kekagumannya pada Halvir. ''Itu sebabnya Halvir adalah pilihan terbaik. Dia telah mengakuimu sebagai calon pasangannya,'' Ezra tulus memberikan ucapan selamat untuk Anindira karena Halvir memilihnya, ''Anindira, wanita akan dalam bahaya jika pasangannya lemah.'' Anindira mengernyitkan dahi dengan wajah memelas menanggapi ucapan Ezra yang terkesan mendikriminasi seseorang berdasarkan level kekuatan. ''Hal itu menjadi sebuah dilema ditengah keterbatasan. Baik keterbatasan wanita dan juga keterbatasan keturunan, generasi penerus. Tapi itu adalah keputusan yang harus di ambil meski sulit. Pria lemah, nyaris tidak akan mendapatkan pasangan seumur hidupnya. Karena keputusan itu harus di ambil jika ingin rumah tangga aman dan wanita tetap terjaga. Pria lemah akan sulit mempertahankan keluarganya... terlalu banyak faktor yang mengancam keberadaan wanita di dunia ini.'' ''Kasihan mereka...'' ujar Anindira bersimpati. ''Seleksi alam sangat kejam. Tapi kita harus tetap menghadapinya jika ingin bertahan...'' Ezra kembali menjelaskan betapa sulitnya sebuah rumah tangga yang ada wanita di dalamnya. Karena jika pria di keluarga lemah, wanita akan dengan mudah diambil paksa. Belum lagi jika ada invasi mendadak dari desa yang kehilangan semua wanitanya atau dari Klan perusak yang suka menjarah Desa dan merampok wanita. Bukan hanya itu. Seorang pria harus kuat untuk bisa masuk Hutan Larangan dan mengambil *Amber. Setiap rumah tangga dengan wanita di dalamnya harus punya cukup *Amber. Itu mutlak harus ada untuk menjaga kondisi tubuh wanita. ''Itu sebabnya, kami memahami keputusan Halvir menitipkanmu pada kami karena dia sedang di kejar waktu... Kebutuhan pakaianmu, makanan persiapan musim dingin, dan *Amber. Itu semua harus segera di sediakan olehnya sebelum masuk musim dingin. Kau mengerti sekarang?'' tanya Ezra menambahkan kata-katanya sambil mengusap rambut Anindira. Anindira akhirnya menyadari dan bisa lebih memahami betapa sulit hidup di dunia ini. Di dunia ini menjadi kuat adalah mutlak. Dan Anindira sangat bersyukur, pria yang mendeklarasikan diri untuk jadi pasangannya adalah Halvir, pria terkuat di desa. Mereka terus berbicara dan bercanda, bermain-main di padang rumput sampai hampir tiba waktu makan berikutnya. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD