037 Pengagum
Sebelum pulang, Anindira, Ezra, dan Zia memutuskan untuk pergi ke sungai terlebih dahulu agar bisa membersihkan diri setelah puas bermain-main di padang rumput.
''Ah, Anindira kau basah kuyup!'' teriak Zia.
''Hehehe...''Anindira tertawa kegirangan karena dia puas bisa mandi, ''Tidak apa-apa, ini menyegarkan.''
''Ayo cepat kembali dan keringkan dirimu!'' seru Koza, ''Kami akan membuatkanmu air hangat dan mandi di rumah.''
Koza jadi sangat khawatir melihat tubuh Anindira yang basah kuyup.
''Jangan khawatir paman!'' seru Anindira menjawab, ''Di tempatku, kami bahkan sering bermain hujan-hujanan. Ini sangat menyenangkan,'' ujar Anindira melanjutkan dengan ekspresi sumringah karena hatinya sedang sangat bergembira.
*****
''Ini untukmu!''
Gavriel datang menghampiri Anindira dan menyerahkan setumpuk sayuran liar dan juga sekantong buah-buahan pada Anindira yang sedang mengeringkan diri di depan api unggun bersama Zia dan Ezra.
''Kau sangat menyukai sayuran dan buah. Aku akan mencari lagi untukmu besok,'' ujar Gavriel melanjutkan dengan kikuk. Segera setelahnya, dia langsung pergi begitu saja dengan wajah memerah.
''Ada apa dengannya?'' Anindira bertanya setelah melirik Ezra dan Zia dengan wajah bingung, ''Datang dan pergi semaunya sendiri, tiba-tiba menyerahkan makanan?!''
Zia hanya menjawab Anindira dengan mengedikkan pundaknya dengan wajah yang juga heran.
''Hehehe...'' Ezra tertawa geli sendirian melihat kepolosan Anindira begitu juga Zia yang sama lugunya.
Mereka yang duduk bersama sambil menunggu makan disiapkan melihat ke arah Ezra. Di sela-sela itu, Mischa mengusap lembut kepala Ezra dan mereka malah tertawa geli berdua, membuat yang lain sekarang fokus melihat mereka berdua dengan tatapan bingung.
''Ayah, ibu ada apa?'' tanya Zia, ''Kenapa kalian bersenang-senang sendirian,'' ujar Zia yang kesal karena merasa ditinggalkan.
''Ibumu teringat Kenangan lama,'' jawab Mischa kemudian duduk di samping Ezra dan memeluknya,
''Apa itu?'' tanya Zia penasaran, begitu juga dengan ketiga pasangan Ezra yang masih muda.
''Sekitar lima puluh tahun yang lalu, ada seorang pemuda dari peringkat *Berlian menantang pria dari peringkat *Amethyst. Dia dengan sangat berani tanpa takut mati terus mendekati ibumu. Sama seperti yang dilakukan Gavriel tadi,'' jelas Mischa sambil tertawa.
Pasangan-pasangan Ezra yang telah paham siapa yang dimaksud. Mereka melirik Ruvi yang sudah memerah wajahnya.
''Tapi, aku berhasil mendapatkan Ezra!'' sahutnya berbangga diri menyembunyikan rasa malunya.
''Eum,'' Ezra mengangguk, ''Setelah sepuluh tahun,'' ujar Ezra sambil meledek, membuat wajah Ruvi semakin merah.
''Lalu, bagaimana dengan Gavriel?'' tanya Axel, ''Lawannya *Safir, apa dia tidak bisa mencari target lebih mudah?'' tanya Kaj ikut bicara.
''Bagaimana dia akan menaklukkan Halvir?'' tanya Koza menambahkan, dia bersimpati pada Gavriel.
''Hm... Ruvi butuh waktu sepuluh tahun untuk mendapatkan persetujuan Mischa, akan bertahan berapa lama dia?!'' tanya Kaj sambil menyeringai, ''Pasti sulit menaklukan Jaguar Hitam bermata biru itu!'' seru Axel menambahkan.
''Hei, kalian sedang membandingkan aku sekarang?!'' seru Mischa kesal, membayangkan pemikiran para juniornya, ''Bukankah kalian juga sama saja. Kalian hanya berlian muda tapi berani menantang dua *Amethyst!''
''Hahaha...'' tawa mereka meledak bersama-sama menanggapi Mischa.
''Jelas akan memakan waktu lama. Tapi pasti bisa,'' ujar Ruvi menyela di antara tawa, ''Aku tidak terlalu mengenalnya, tapi aku terkesan dengan keberaniannya. Sekarang, kita hanya perlu tahu seberapa gigih dia...'' ujar Ruvi melanjutkan sambil tersenyum bangga.
''Dia masih sangat muda. Akan ada banyak waktu bagi Halvir untuk bermain dengannya...'' ujar Mischa menanggapi Ruvi.
Ruvi, Koza, Axel, dan Kaj. Tentu mereka semua bersimpati pada Gavriel. Mereka seperti melihat diri mereka sendiri di masa lalu.
Tujuan awal Gavriel adalah Halvir. Hal itu secara tidak langsung telah membuatnya tertarik pada Anindira. Awalnya adalah sebuah kekaguman dari remaja-remaja muda yang iri sekaligus bangga pada kekuatan yang dimiliki oleh panutan mereka.
Hal itu di pahami oleh Mischa dan Ruvi. Gavriel mengagumi sosok seorang Halvir. Sama seperti Ruvi yang mengagumi sosok seorang Mischa.
''Anindira, kau mendapat dua pengagum!'' seru Zia masuk dalam pembicaraan, ''Kau pasti senang,'' ujar Zia melanjutkan sambil tersenyum.
''Ah! Tidak, itu…'' jawab Anindira gugup, dia tersipu malu tidak tahu bagaimana harus menjawab.
''Gavriel cukup tampan... Tapi, dia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan paman Halvir,'' ujar Zia menanggapi kegugupan Anindira.
''Gavriel hanya masih sangat muda…'' ujar Mischa memandangnya dari sisi orang tua dan juga Kepala Desa yang bijaksana.
''Suatu saat nanti, dia pasti akan jadi pemuda tangguh,'' ujar Ruvi ikut menimpali, dia setuju dengan pendapat Mischa.
Anindira hanya bisa melihat mereka dengan wajah bingung dan tersipu.
Anindira tidak tahu harus menanggapi apa tentang semua ucapan mereka yang masih di luar pemahamannya.
''P0li4ndri di dunia ini, apa aku akan terbiasa?'' tanya Anindira di dalam hatinya, ''Haruskah aku melakukannya?!'' Anindira bertanya pada dirinya sendiri, ''Aku masih tidak bisa menerimanya... Apa yang akan dikatakan keluargaku? Mereka akan memarahiku, itu pasti!'' pikir Anindira bergumam di dalam hatinya.
Makan-makan berlangsung ramai dan meriah seperti biasa. Malam semakin larut, masing-masing dari mereka telah masuk ke alam mimpi menanti pagi kembali kembali menghampiri.
*****
Dua minggu telah berlalu sejak Anindira tinggal bersama keluarga Ezra. Selama dua minggu dua minggu dia berusaha meyakinkan keluarga Ezra bahwa mandi pagi di sungai saat musim panas tidak akan membunuhnya, gagal total!
Anindira tidak bisa mengubah cara berpikir mereka. Mandi di sungai di sore hari sama sulit dengan mandi pagi di sungai. Anindira hanya boleh mandi dengan air hangat.
Di sisi lain. Gavriel terus mendekatinya. Rutin, dua kali sehari, Gavriel datang menemui Anindira membawakan buah dan sayuran liar. Hal itu membuat Anindira terbiasa dengan kehadiran Gavriel. Malu-malu di awal. Tapi sekarang, Anindira nyaman berbincang ria dengan Gavriel. Mungkin karena Gavriel adalah seorang yang ceria dan juga sama-sama remaja muda.
Keluarga Ezra baik dan ramah. Ada banyak hal yang Anindira dapatkan selama tinggal bersama mereka. Dia akhirnya mengerti tugas-tugas dan tanggung jawab yang diemban Mischa sebagai seorang Kepala Desa dan Ruvi adalah tangan kanan yang membantu Mischa. Begitu pun Halvir. Dia ternyata adalah orang yang sangat penting di Desa. Bukan hanya dari segi kekuatan tapi juga dari karakter. Dia adalah seorang yang sangat bisa diandalkan dan berdedikasi tinggi. Dia juga sangat loyal pada desa dan menghormati Mischa.
Halvir dan Ruvi adalah dua orang dari sedikit orang yang berperan penting dalam menjaga ketertiban desa bersama dengan para pemimpin dan tetua dari Klan lain. Karenanya tanggung jawab di rumah sebagian besar di pegang oleh Koza sebagai pasangan ketiga Ezra. Axel dan Kaj dengan patuh mengikuti arahan Koza.
Anindira telah berbaur dengan orang-orang di desa. Penjaga-penjaga yang berjaga di perbatasan pun sangat mengenal Anindira karena keuskaannya pada petualangan dan observasi. Dia suka menjelajahi Hal baru bersama Zia. Meski sering mendapat teguran terutama dari Ezra dan kelima pasangannya. Hal itu juga yang membuat Zia begitu akrab dan mengagumi Anindira yang punya pengetahuan dan mengajarkannya pada Zia.
Zia dan Ezra sangat senang bisa tahu bagaimana merawat tubuh dengan memanfaatkan flora di sekitar. Berkat itu Ezra dan Zia rajin bangun pagi sekarang. Alih-alih olah raga Anindira sering berjalan-jalan keliling desa di pagi hari bersama Ezra dan Zia.
Saat sore hari, Anindira akan bermain air di sungai bersama Ezra dan Zia. Saat itu, Gavriel berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan Anindira meski tetap harus menjaga jarak aman. Gavriel selalu membawakan Anindira sayuran liar dan buah. Dua kali sehari saat waktu makan tiba. Berkat itu, Anindira tidak perlu mencari sayuran liar dan buah.
Anindira, Zia dan Ezra akan menghabiskan waktu dengan pergi jalan-jalan sebelum dan sesudah makan untuk memelihara kesehatan. Tempat yang paling sering dikunjungi adalah padang rumput di sisi barat desa. Tempat paling luas dan indah yang hanya akan terlihat selama musim panas.