Iza sama sekali tidak berbelas kasihan meskipun aku sudah bersimpuh memohon padanya. Ini benar-benar pukulan yang amat keras dalam hidupku. Mimpi buruk yang ingin segera aku akhiri malah semakin menjerat, menenggelamkanku bersama dengan harapan yang sirna. Padahal aku tidak minta lebih. Bahkan semua niat burukku yang ingin merebut Puput kandas. Aku hanya ingin bisa bertemu dengan Puput setiap hari, berbagi cerita, tersenyum dan bermain bersama dengannya. Tidak hanya itu, aku ingin jadi pelindung baginya. Tapi kenapa sekarang malah berjalan tidak sesuai dengan keinginanku? Bulir air mata yang turun membasahi pipi putih nan tirus itu membuatku hanyut dalam penyesalan yang tak mungkin bisa kuubah garis takdir kita berdua. Tidaklah salah kata petuah, yang paling jauh adalah masa lalu, yang