Semula aku berpikir keputusan Yuda untuk mutasi adalah hal yang bijak. Tapi siapa sangka itu malah menjadi pukulan terbesar bagi Iza. Ucapan selamat tinggal meninggalkan luka yang mendalam. Aku hanya bisa melihat dan menerka dengan menggunakan sentuhan perasaan. Mereka saling menahan emosi dalam sorotan mata yang basah. Apalagi saat Yuda minta maaf sudah terlanjur mencintai Iza. Itu sangat dalam. Jujur aku cemburu meskipun aku kasihan pada mereka yang harus dipisahkan oleh keadaan. Tapi itu bukan mauku. Itu permintaan konyol mama dan aku sendiri sulit untuk mencegahnya. Sama seperti saat mama memintaku untuk menikahi Iza. Tak dapat kutolak meskipun harus berdebat panjang lebar. Sejak kepergian Yuda beberapa jam yang lalu, sikap Iza langsung berubah. Tak lagi hangat seperti kemarin. Bahkan