Bittersweet 03

1018 Words
Dua manusia itu berjalan beriringan dengan mengobrol seru juga sesekali tertawa. Meski baru beberapa jam yang lalu Seoah bertemu dengan Minkyu, entah mengapa ia begitu nyaman mengobrol dengan pria itu. Ia merasa keduanya seperti teman lama. "Yoon Seoah!" Keduanya menoleh. Mata Seoah membola saat melihat Wonshik berlari pelan ke arah mereka, dan secara spontan ia meremat kuat kemeja milik Minkyu. Membuat pria itu menoleh dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. "Kau kemana saja, aku mencarimu. Mobilmu ada di sana tapi kamu…" "Ada apa?" perkataan Wonshik tertahan karena Seoah yang memotongnya lebih dulu. Terdengar pria itu menghela napas. Ia tahu Seoah akan bersikap berbeda juga padanya. "Jangan perlakukan Seoyeoon berbeda dengan sebelumnya. Ia khawatir dengan mu. Jika perlakuanmu berubah karena masalah kita, jangan libatkan dia di dalamnya." Rasa kesal dalam diri Seoah kian menjadi. Ia juga tidak berniat menyalahkan siapapun atau melibatkan siapapun di sini. Semua itu adalah karena dirinya. "Oppa tentu tahu jika aku sedang kesal atau marah aku akan lebih memilih menghindar daripada memperkeruh suasana. Dan itu yang aku lakukan sekarang. Apa Oppa pikir aku akan bisa melupakan perasan ku jika aku terus berada di sekitar kalian? Apa perasaan sakit ku akan bisa berkurang saat aku terus saja mendengar Unnie membicarakan soal kamu dan pernikahan kalian?" Bersamaan dengan jatuhnya air mata di pipi Seoah, rematan gadis itu pada kemeja Minkyu juga kian mengerat. "Aku hanya ingin menenangkan diri. Mencoba menepi sampai rasa sakit hati ini hilang dengan sendirinya. Apa itu juga kesalahan? Apa aku coba menyembuhkan diri itu juga kesalahan, Oppa?" Wonshik diam. Ia menunduk saat tanpa sengaja menatap rematan tangan Seoah, ia juga baru menyadari adanya manusia lain selain ia dan Seoah di sana. "Siapa dia?" Wonshik menunjuk Minkyu. "Siapa dia itu bukan urusanmu!" Seoah mengeretak. Dan saat gadis itu ingin pergi dari sana, dengan sigap Wonshik menahan tangannya. "Jawab pertanyaan ku, siapa dia?" Pria itu bertanya menekan. Entah kenapa ia tidak menyukai sikap Seoah yang mulai mengacuhkannya. "Apa itu penting? Kita tidak memiliki hubungan apapun, jadi jangan pernah ikut campur lagi dengan hidupku!" Menghempaskan tangan dengan keras, Seoah menggeret Minkyu dan membawa pria itu masuk ke dalam mobil. Meninggalkan Wonshik yang hanya bisa diam menatap punggung keduanya. "Kau baik-baik saja?" Minkyu bertanya khawatir. Seoah tidak langsung menjawab, gadis itu hanya diam dan menghapus air matanya dengan kasar. "Menangis saja, tidak apa-apa. Aku ada di sini." Dan pada saat kepala Seoah menyentuh bahu Minkyu, tangis gadis itu pecah seketika. Ia kembali menangis sesenggukan, bahkan kali ini lebih parah dari sebelumnya. "Tumpahkan saja semuanya, tidak apa." Setelah hampir sepuluh menit lamanya menangis, Seoah mendongak. Mata gadis itu memerah juga sedikit bengkak. Minkyu tersenyum tipis. Kemudian tanpa permisi pria itu menghapus air mata Seoah dengan ibu jarinya. "Seperti ini. Jika kamu ingin menumpahkan semua lukamu, kamu bisa datang padaku. Jika kamu ingin menangis, datang dan menangislah di bahuku. Aku akan dengan senang hati mendengarkan mu," katanya tulus. "Tapi kenapa? Bukankah kita baru saja bertemu?" Minkyu hanya menggedikkan bahu sebagai jawaban. *** Pukul sembilan malam saat Seoah tiba di rumah. Baru saja ia melangkah kan kakinya, ia sudah disambut dengan beragam pertanyaan Seoyeoon yang memang sejak tadi sudah menunggunya. "Wonshik bercerita jika kamu menangis, ada apa sebenarnya? Katakan jika aku melakukan kesalahan padamu," sergah wanita itu. Wajahnya menyiratkan rasa khawatir luar biasa. Seoah hanya menatap nya sekilas, atensinya kemudian beralih pada Wonshik yang berdiri di belakang wanita itu. Menatap ke arah Seoah dengan wajah khawatir. Persis dengan ekspresi wajah yang dulu selalu pria itu tunjukkan tiap kali merasa khawatir padanya. "Aku tidak menangis," sahut Seoah pendek. Ia berniat untuk langsung masuk ke dalam jika saja pertanyaan Wonshik tidak terdengar lebih dulu. "Lalu siapa laki-laki yang bersamamu tadi?" Seoah yang baru saja melangkah langsung berhenti. Tertawa kecil tanpa menoleh. "Siapa dia memang apa urusannya dengan Oppa?" Diam. Wonshik hanya bisa terdiam. "Apa dia kekasihmu?" sekali lagi Wonshik bertanya. "Urusanmu? Jika iya, pun kurasa Oppa tidak perlu tahu." Setelah mengatakan hal itu Seoah kembali melangkah menuju kamar miliknya. Ia tidak lagi peduli bagaimana reaksi Wonshik ataupun Seoyeoon terhadapnya. "Apa maksudnya laki-laki yang bersamanya? Kamu melihatnya bersama seorang laki-laki?" tanya Seoyeoon. Wonshik mengangguk. Matanya melihat ke arah kamar Seoah sejenak sebelum menghela napas, duduk di sofa ruang tamu diikuti Seoyeoon. "Katakan Wonshik, apa maksudnya?" "Saat aku mencarinya, aku ingat jika ia suka melihat lautan saat sedang stres. Aku coba ke arah laut terdekat dan menemukan mobilnya di sana, tapi Seoah tidak ada. Dan tidak lama ia kembali dengan seorang laki-laki, aku tidak tahu siapa," jelas Wonshik. Tentu ia sengaja menghapus bagian percakapan mereka, ia tentu tidak ingin Seoyeoon mengetahui apa alasan sesungguhnya di balik sikap Seoah saat ini. "Apa mungkin dia kekasihnya?" "Tidak mungkin!" Melihat reaksi Wonshik yang agak berlebihan membuat alis Seoyeoon menukik. "Kau kenapa?" tanya nya heran. "Maksudku. Kau tahu aku cukup dekat dengan Seoah, dan setahu ku dia tidak memiliki kekasih," jawab Wonshik mencoba bersikap senormal mungkin. "Kau pikir aku juga tidak dengannya? Dia adikku jika kau lupa. Lagipula, dia pernah bercerita padaku jika sedang menyukai seseorang." Atensi Wonshik seketika teralih. Apa maksudnya Seoah menyukai seseorang? Apa mungkin itu dirinya? "Menyukai seseorang?" Seoyeoon mengangguk. Ia menopang dagunya dengan satu tangan, berpikir. "Ya, jika tidak salah ingat dia pernah bercerita jika sedang menyukai seseorang. Mereka sudah lama dekat dan sikap pria itu juga begitu lembut, seperti menyambut perasaanya. Seoah juga mengatakan jika mereka sempat membeli cincin, ku rasa pria itu akan mengungkapkan perasaan padanya," terang Seoyeoon. Wonshik bungkam. Ia ingat beberapa waktu yang lalu, ia mengajak Seoah untuk membantunya memilihkan cincin untuk melamar Seoyeoon, tentu pria itu tidak mengatakan tujuannya membeli cincin. "Seperti apa ciri-cirinya?" tanya Wonshik lirih. "Jika aku tidak salah ingat. Seoah bilang, dia tampan. Tinggi dan memiliki bahu yang lebar. Ia juga bilang jika kepribadiannya baik dan menyenangkan. Sepertinya Seoah sangat menyukainya. Apa ia baru saja ditolak, ya?" Jadi sebegitunya Seoah menyukai dirinya, tidak heran mengapa ia bisa begitu sakit hati dengan apa yang terjadi sekarang ini. Wonshik tidak merespon perkataan Seoyeoon. Benar, orang yang dimaksud Seoah adalah dirinya. Kepalanya mendadak dipenuhi rasa bersalah, ia tidak menyangka jika pertemuan satu tahun mereka bisa menimbulkan perasaan yang begitu besar di hati Yoon Seoah. "Maafkan aku," gumam Wonshik dalam hatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD