Siapa Dia?

975 Words
Wanita yang bertanya tadi mendadak berubah matanya menjadi kuning bercahaya. Thomas menyadari itu walau tidak melihatnya. “Hentikan kemarahanmu, Jasmine!” erang Thomas. Wanita itu menutup kelopak matanya. “Kau harusnya tahu kebiasaan yang harus kita lakukan setiap 50 tahun sekali. Dia adalah anak yang telah kita tunggu lahir ke dunia.” Thomas menghela nafas, menatap ke arah Jasmine dan manusia lainnya di sana. “Setiap tahun juga kalian menjadikan aku tameng untuk menjebak manusia itu,” sahut Thomas kesal. Jasmine tak mampu lagi menahan emosi, dirinya melompat ke ruang yang lebih kosong dan berubah menjadi hewan buas bergigi tajam dan berwajah menyeramkan. Matanya berwarna merah darah. Thomas meremas gelasnya sampai pecah berkeping-keping dan hampir ikut terpancing, tetapi Joe menahan bahunya lalu membacakan sebuah kalimat penahan diri. Tangan Thomas berasap, amarah dalam hatinya tidak bisa terlepas karena Joe menahannya. Joe minta Jasmine mendinginkan hati. Masalah ini harus dibicarakan dengan hati tenang. Bruce, menjaga Thomas dengan cepat. “Sabar, dia hanya sedang mengalami siklus bulanan,” bisiknya, mencoba menghibur Thomas. Beberapa menit kemudian Jasmine memilih untuk pergi, tidak mau melihat Thomas. Tidak ada yang menahannya, itu jauh lebih baik ketimbang meluapkan kekesalan di sini dan membuat semuanya kacau. Joe meminta mereka untuk tenang, musim perpanjangan usia akan segera masuk. sesuai dengan perjanjian kelompok ‘Dark Blood’ dari jaman dulu, harus ada pengorbanan hati seorang anak manusia yang memiliki hati murni seperti kristal. Mereka sudah menanti kelahiran Amanda sejak lama, tidak ingin terbuang waktunya hanya karena Thomas yang menolak misi itu. “Jika kau tidak bersedia, Bruce akan mengambil alih,” kata Joe. Thomas mengerutkan kening. “Ingat, kau jangan pernah jatuh cinta pada manusia murni. Kau bisa mati,” ujar seseorang dari mereka juga. “Baiklah, aku akan melakukannya,” sahut Thomas. Sejujurnya dia malas, hanya karena Thomas adalah manusia serigala termuda, dia selalu menjadi mainan dan bahan percobaan. Thomas kehilangan selera untuk mencicipi daging rusa di hadapannya, pria itu memilih pergi dari sana. Jasmine kembali dalam keadaan sudah sedikit lebih tenang, berpapasan dengan Thomas yang meliriknya datar lalu pergi. Wanita itu tertawa miring. “Aku takut dia menyukai wanita itu, kenapa kali ini korban kita perempuan? Harusnya seperti yang lalu-lalu, pria saja!” erang Jasmine. “Menurutku akan mudah menjebak wanita itu, dia bukan wanita sempurna yang kecantikannya membuat pria tergila-gila,” ujar Bruce. “Maksudmu?” tanya Joe. “Dia punya luka parah di mata kanannya, Thomas tidak akan menyukainya. Kalian ingat, sebelum Thomas menjadi manusia serigala, dia pernah punya wanita yang dicintainya, sangat cantik! Sampai sekarang Thomas tidak pernah mencari penggantinya,” jelas Bruce tertawa miring, meneguk anggur di gelasnya sampai tandas. Thomas kembali ke rumah Amanda. Menyusup ke kamar wanita yang tengah terlelap itu. Berdiri di samping lemari, memandangnya dengan perasaan netral. Thomas bisa merasakan kepedihan hidupnya. Dia baru bisa merasakan indahnya hidup beberapa hari ini, masa aku harus mengambil hatinya? Menurut Thomas, tindakan itu terlalu menyakitkan. Tatapan mata Thomas membuat Amanda menyadari ada yang mengawasinya dari dekat. Amanda terbangun, menghidupkan lampu dan melihat ke sekitar. Tidak ada siapa pun, tetapi dia merasa seseorang memandanginya. Amanda melihat jendelanya terbuka, wanita itu segera turun dari tempat tidur dan menutupnya. “Aneh, sepertinya tadi aku tutup, kenapa bisa terbuka?” tanyanya sendiri. Beberapa hari kemudian. Lirik lagu yang sangat menyentuh menjadi nyanyian mereka di ruangan aula sore yang sangat cerah ini. Amanda mengiringi lirik lagu Josh Groban yang berjudul Broken Vow itu. Leia dan Stuart mengeluarkan bakat terpendamnya saat bernyanyi. Begitu pula Amanda yang jarang mengeluarkan suara, kini bisa bernyanyi sangat indah sampai membuat dua sahabatnya terkejut. Leia berhenti karena mendengar Amanda bersuara. Merinding bulu romanya merasakan jiwa gadis itu menyusup ke tiap lirik yang dinyanyikannya bersama Stuart. Sama seperti yang dirasakan oleh Thomas ketika berada di luar ruangan. Suaranya menusuk jantung, dia tak sanggup mendengarkannya. Akhirnya pria itu memilih pergi dan menunggu Amanda di area halaman. Stuart bertepuk tangan setelah mendengar suara indah Amanda. Berbeda dengan Leia yang merasa tersakiti, tapi berusaha tersenyum. Amanda dan Stuart merasa heran dengan sikap Leia. “Apa kau baik-baik saja?” tanya Amanda. “Ya!” jawabnya menutupi hal sebenarnya. “Itu nyanyian terbaik yang pernah kudengar.” Amanda dan Stuart tersenyum, mereka pun mengakhiri latihan hari ini dan berencana akan bertemu Nora di kafe. “Mengenai pria kemarin-“ Leia menyinggung Thomas, “Apa kau sudah semakin dekat dengannya?” tanyanya lagi. Amanda tertawa sendiri. Stuart malah heran dengan arah percakapan mereka. “Eh, tunggu-tunggu! Apa maksudnya ini?” tanya Stuart. Leia tertawa, menjelaskan pada pria itu kalau ada seorang lelaki yang mendekati Amanda beberapa hari yang lalu. “Wah, kau keterlaluan! Kenapa tidak katakan padaku?” tanya Stuart memprotes Amanda. “Kalian bisa aja, kami hanya berteman,” sahutnya. “Mmh, jadi, kau dan dia berkomunikasi gitu?” tanya Leia. “Ya, melalui pesan, dan hari ini katanya dia mau menghampiriku,” lanjut Amanda menjawab pertanyaan temannya. “Fix, dia suka padamu!” ujar Stuart. “Stuart, kumohon, tidak ada yang suka sama wanita cacat,” sahut Amanda merendah. “Hei, jangan singgung itu lagi! aku gak suka.” Leia marah, “Jika dia memang tidak suka, pasti tidak akan menghubungimu lagi,” sambungnya. Stuart mengangguk setuju. “Betul!” Amanda melirik ke arah mereka, tiba-tiba saja perhatiannya teralihkan ke tengah. Dia melihat Thomas berjalan mendekati mereka. Leia dan Thomas mengikuti arah tatapannya dan menoleh ke belakang. Akhirnya mereka tahu alasan mengapa teman mereka terdiam. Thomas melambaikan tangan, “Hai! Apa kabar?” tanyanya. “Baik,” jawab Leia santai. Stuart langsung berjabat tangan dengan Thomas, berkenalan baik dan mengajaknya pergi. Amanda dan Leia kaget, padahal tadi rencananya hanya mereka bertiga saja. “Ayo lah, kalian semua perempuan, di sana terkadang aku merasa terintimidasi oleh percakapan kalian, mengajak Thomas tidak ada salahnya,” sindir Stuart bercanda. “Hahaha.” Amanda tertawa, Leia memukulnya dengan buku. “Salahmu sendiri, kenapa bersahabat dengan wanita!” sambar Leia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD