Perhatian Dari Orang Lain

1197 Words
Usai bertelepon dengan Ningsih, Danu kembali ke ruang keluarga Keisya. Ia dan Kesya menikah satu tahun yang lalu setelah dirinya bekerja di Makmur Logistik. "Istri kamu polos sekali, suaminya sudah bertahun-tahun tinggal di kota tapi tidak mempermasalahkannya, aku yakin dia pasti juga nggak sendirian di sana." Seringai sinis Keisya mengembang. "Diam! Itu bukan urusan kamu. Kei, sampai kapan hubungan kita ini berakhir? Bukannya kamu bilang dulu hanya enam bulan?" Danu melemparkan pandangan pada televisi di depan mereka. "Iya, tapi aku belum menguasai perusahaan itu. Kamu ingat kan perjanjian kita, sampai aku berhasil menjadi pewaris resmi Makmur Logistik. Kamu harus tetap dampingi aku sampai saatnya tiba." Danu menghembuskan napas kasar, ia sangat kesal pada wanita di sebelahnya itu. Dulu ia menerima Keisya hanya untuk membantunya mengambil kembali perusahaan yang menjadi haknya karena disabotase adiknya. Orang tuanya akan mewariskan perusahaan itu kepadanya jika ia memiliki suami yang bisa diandalkan, dan Keisya memutuskan mengambil Danu karena kerja keras dan integritasnya di perusahaan meskipun latar belakang pendidikannya jauh dari kata cukup, tapi Danu tidak memiliki ambisi tertentu sehingga akan mudah berurusan dengannya. Sebagai balasan, Keisya memberikan kedudukan kepada Danu sebagai Manajer Operasional dan Logistik. "Kalau sudah tidak ada urusan aku mau pulang." Danu bersiap untuk berdiri, namun tangan Keisya spontan memegang lengan Danu membuat pria itu menatap tangan lembut itu. Meskipun mereka sudah satu tahun terlibat dalam pernikahan, tapi Danu tidak pernah menyentuh Keisya, tidak pernah tidur dengannya, atau hal lainnya yang dilakukan sepasang suami istri. Semua itu tentu saja karena pernikahan mereka hanya di atas kertas saja. Perlahan Danu melepaskan genggaman Keisya, tidak ingin terbawa suasana dan terlibat dalam masalah yang lebih jauh lagi. Keisya terlihat kecewa, ia memalingkan wajahnya ketika Danu beranjak meninggalkannya sendirian. Ia mengendarai motornya menuju kediamannya sendiri di pinggiran kota. Pikirannya kini fokus pada Ningsih. Berita yang ia sampaikan tentang gosip antara hubungannya dengan Bagas tentu tidak akan berhembus begitu saja tanpa ada penyebabnya. Ia tahu, sejak dulu Bagas memang akrab dengan Ningsih, bukan akrab biasa, tapi seperti menyimpan sebuah perasaan. Hanya saja dulu Bagas segera pergi ke kota dan Ningsih menikah degannya. Juga kepolosan Ningsih yang tidak peka dengan hal-hal yang berhubungan dengan asmara membuatnya tidak mempedulikan Bagas yang kerap mengunjunginya. *** Pagi harinya Ningsih terkejut mendapati tas cantik yang dibawa Bagas tergantung di depan pintu rumahnya. Dengan ragu ia mengambil tas itu dan membawanya masuk. Dilihatnya isi tas itu, blocknote dan pena berwarna pink sangat cantik, buku-buku tentang wanita berdaya di zaman modern, dan sebuah jilbab berwarna ungu darwin. Ningsih meletakkan semuanya ke dalam tas itu kembali, lalu menyimpannya di dalam lemari, ia akan mengembalikannya suatu saat nanti. Ia kembali melanjutkan aktifitasnya membersihkan halaman. Ia sudah membuang sakit hatinya dan menggantinya dengan membersihkan rumah, halaman, dan merawat aneka tanamannya. Hari ini ia akan menambah tanaman hidroponik-nya di halaman depan dengan tanaman kangkung berhubung sayur ini yang paling laris. "Assalamu'alaikum," salam Bagas tiba-tiba sudah di depan pintu. Ningsih segera mendengus kesal melihat pria itu kembali mengganggunya. "Wa'alaikumsalam," jawabnya ketus. "Lagi sibuk kayaknya. Biar aku bantu." Bagas mengambil alih sapu. Ningsih memilih menyingkir menyiram bunga di sisi lain halaman rumahnya. Ia masih belum mengerti dengan pemikiran Bagas, kenapa dia selalu menemuinya akhir-akhir ini, apakah dia seperti yang digosipkan orang-orang? "Oh, tidak, tidak!" Tanpa sadar Ningsih berbicara sendiri membuat Bagas menoleh ke arahnya. "Ada apa?" "Tidak apa-apa, cuma ada cacing." Ningsih pura-pura menyingkirkan cacing dengan sebilah kayu. "Mbak Ningsih kerja sendirian tidak capek? Kenapa nggak rekrut karyawan saja? Jadi ada yang bantu-bantu dan ada yang temani di rumah." "Ya, sebenarnya capek, tapi dari pada tidak ada yang dikerja mendingan cari kesibukan." Ningsih menjawab sambil tetap sibuk menyiram dan merapikan bunga-bunganya. "Kalau Mbak ada karyawan, pekerjaan-pekerjaan seperti ini sudah ada yang handle. Juga bisnis Mbak bisa lebih berkembang. Mbak bisa fokus memikirkan cara mengembangkan bisnis menjadi lebih besar. Aku melihat bisnis Mbak nggak bisa dipandang remeh, ini sangat potensial," ujar Bagas panjang lebar. Ningsih merasa tertarik, meskipun bahasa yang digunakan Bagas terlalu tinggi untuk daya pikirnya yang polos dan apa adanya. Yang pasti ia ingin usahanya berkembang seperti pesan suaminya. "Terus bagaimana caranya?" Kini rasa penasaran mengalahkan segala tembok batasan yang telah ia bangun. Bagas tersenyum senang, "Itu gampang. Tinggal buat pengumuman kalau mau cari karyawan. Nanti biar aku yang buat, Mbak Ningsih tinggal tau beres. Mbak pikirkan saja supaya bisnis Mbak semakin dikenal dan berkembang." "Terima kasih, Kang." Setelah matahari meninggi Bagas pamit untuk pulang. Ningsih segera bernapas lega setelah kepergian pemuda itu. Kalau dulu mereka bertemu ia tidak perlu merasakan apa-apa atau merasa khawatir akan ketahuan orang-orang, tapi berbeda dengan sekarang setelah gosip itu tersebar. *** Serombongan ibu-ibu tukang gosip kembali datang ke rumah Ningsih. Sepertinya mereka sekarang punya jadwal rutin mengunjungi rumah Ningsih untuk mencari bahan berita harian. Mereka melihat-lihat tanaman dan berbagai produk dagangan Ningsih. "Ning, kamu buat aja di depan situ, toko untuk pajangin dagangan kamu. Sayang kan cuma di taruh di dalam rumah." Bu Siska memberikan masukan sambil nyemil sebuah keripik. "Iya, Bu, tunggu modal banyak dulu baru bikin." Ningsih menanggapi seperlunya meskipun tidak tertarik dengan ide Bu Siska. "Kenapa harus mikirin modal? Tinggal bilang sama Bagas pasti dia kasih, dia kan kaya raya." Bu Tati menimpali. "Astaghfirullah, Bu, sudah deh, nggak usah bicarakan hal itu lagi. Lagian aku tidak ada hubungannya dengan Kang Bagas." Ningsih mulai kesal. "Nggak apa-apa sekali-kali khilaf juga nggak apa-apa, semua orang juga pasti maklum kamu jauh dari suami. Sebenarnya aku juga tidak percaya dengan gosip itu, nggak mungkin banget rasanya kamu begitu sama Bagas, tapi yang ngomong juga orang dekat kamu sendiri ya nggak mungkin cuma sekadar berita bohong, kan?" Bu Amel menambahkan. "Siapa emang yang nyebarin gosip itu pertama kali?" Ningsih segera mencari tahu, rasa penasaran selama ini akan segera terungkap jawabannya. Para ibu saling pandang dengan ekspresi wajah penuh misteri, membuat Ningsih semakin penasaran. "Ada lah, nggak mungkin kan kami bocorkan rahasia orang. Yang pasti orang dekat kamu, pikirkan aja sendiri. Eh sudah ah, ini aku beli keripik ini dua tambah kue kering dua juga." Bu Tati menunjuk pada bungkusan keripik dan kue kering. Seperti dikomando, ibu-ibu lain juga segera menunjuk pes anan mereka masing-masing. Ningsih kembali menyimpan rasa penasarannya dalam-dalam dan mulai menyiapkan pesanan para pel anggan eksklusif itu. Sepeninggal mereka, Ningsih mulai membuat asumsi dan dugaan-dugaan tentang orang dekat yang dimaksud para ibu tadi. "Apa Pak Lik? Tapi nggak mungkin. Atau Kang Bagas sendiri? Tapi masa iya? Atau...." Ningsih mengacungkan jari telunjuknya ke udara mengingat sebuah nama yang paling dekat dengannya, "Winda? Tapi kenapa dia?" Bersambung... Terima kasih banyak semuanya... masih setia membaca hingga part ini... Kalian adalah penyemangat terbaikku... Love you all, big hug for you all... See you at the next chapter... Note: ✓ Tekan Love untuk yang belum tekan ya, yuk beri semangat penulis dengan love-nya. ✓ Ramaikan komentar biar aku makin semangat update, klik tanda kotak di ujung bawah. ✓ Bantu share sebanyak-banyaknya ya. ✓ Terkait maraknya tindakan ilegal memperjualbelikan ebook/PDF n****+ online dan plagiarisme, aku buat note tambahan : Cerita ini hanya terbit di Platform Dreame dan Innovel, jika ada yang memperjualbelikan ebook/PDF n****+ ini atau menerbitkannya di luar Platform ini berarti tindakan ilegal yang wajib dilaporkan. Dan penjual maupun pembeli ebook/PDF ilegal dan plagiator tidak akan mendapat keberkahan di dunia dan akhirat, karena sangat merugikan penulis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD