Bab 24. Pernikahan Sang Paman

1068 Words
Erikkson berdiri di salah satu sisi luar kapel dengan penampilan rapi menggunakan jas dan kemeja tanpa dasi. Tidak seperti acara pernikahannya yang dulu gagal bersama Laura, kini ia jauh lebih santai. “Kamu tidak gugup?” sapa Arjoona Harristian yang merupakan pemilik Kim Corporation, perusahaan yang menaungi anak perusahaan tempat Erikkson memimpin sekarang. Erikkson terkekeh kecil. “Ya sedikit.” Arjoona lantas merapikan ujung jas dan kerah Erikkson sebelum meletakkan bunga di saku jasnya. “Kali ini tidak boleh gagal, hhmm!” “Aku juga tidak peduli jika kembali gagal. Aku sudah memasrahkan semuanya. Jika dia mau pergi, dia boleh pergi,” jawab Erikkson dengan senyuman. Arjoona hanya mengangguk lalu menepuk leher Erikkson. “Kamu sudah seperti adikku sendiri, Erik. Jika ada hal lain yang bisa aku lakukan untukmu, akan kulakukan.” Erikkson tersenyum dan membalas dengan memeluk Arjoona yang juga merupakan pemimpin dari kelompok rahasia tempatnya berada selama puluhan tahun. “Terima kasih untuk acara pernikahan ini,” ucap Erikkson. “Soal tempat kamu harus berterima kasih pada menantuku Aldrich. Dia yang memaksa,” bisik Arjoona dan Erikkson pun tergelak. Erikkson menerima berbagai ucapan selamat sampai akhirnya ia harus masuk ke dalam gereja. Seluruh teman dan keluarganya dari kelompok rahasia The Seven Wolves hadir. Seluruh keponakannya yang merupakan saudara Cassidy juga hadir. Hanya Cassidy yang tidak hadir karena ia masih bersama Sophie. Musik dari organ memainkan lagu pengiring pernikahan yang indah dimainkan oleh salah seorang keponakan Erikkson yang bernama Andrew Miller. Saat Erikkson melangkahkan kakinya masuk, ia merasa seperti deja vu. Erikkson pernah mengalami hal yang sama dulu, nyaris setahun yang lalu. Erikkson tersenyum pada seluruh saudara dan teman-temannya. Hanya keluarga dekatnya yang datang termasuk kakak tertuanya bernama Svann yang baru saja tiba dengan pesawat latih kecil yang ia parkir tak jauh dari kapel. Erikkson memeluk kakaknya tersebut dan kembali berjalan menuju altar. Setelah menunggu selama beberapa menit, musik berganti karena pengantin wanita sudah tiba. Erikkson tersenyum menatap Pastor William yang juga tersenyum padanya. Akhirnya Laura tiba dan membuat keputusannya. Erikkson berbalik dengan kedua tangan terlipat di depan tubuhnya menunggu Laura yang sedang berjalan ke arah yang sama ditemani oleh sang ayah, Jonathan dan ibunya, Kourtney. Laura tidak menaikkan wajahnya sama sekali. kepalanya ditutupi penutup transparan yang akan dibuka Erikkson saat pemberkatan. Jalan Laura ditaburi bunga oleh anak-anak dari keponakan Erikkson yang masih kecil. Sampai akhirnya Laura tiba di depan Erikkson dan Jonathan menyerahkan putri tertuanya pada paman Cassidy Belgenza tersebut. Erikkson lalu memeluk Jonathan sebagai tanda hormat dan berterima kasih. Ia juga memeluk dan mencium pipi Kourtney sebelum meminta ijin untuk menikahi Laura. “Berikanlah restumu padaku untuk menikahi Laura, Tuan dan Nyonya Marigold,” ujar Erikkson meminta. “Kami memberikan restu. Semoga kalian berbahagia.” Jonathan menjawab sambil tersenyum. Erikkson lalu meraih tangan Laura dan membawanya lebih dekat pada altar. Jonathan dan Kourtney kembali ke barisan untuk mengikuti upacara pernikahan Laura. "Kita semua berada bersama di sini untuk menjadi saksi pada perikatan suci pernikahan di antara Erikkson Stremstagg Thomas dan Laura Marigold dalam ikatan suci abadi ..." ujar Pastor William memulai upacara pemberkatan pernikahan Erikkson dan Laura. Sebelah tangan Erikkson masih menggenggam tangan Laura mendengarkan Pastor William berbicara. “Jika ada yang keberatan dengan pernikahan ini, bicaralah sekarang atau diam selamanya,” imbuhnya lagi memberikan jeda. Saat tidak ada yang bicara, Pastor William kembali melanjutkan. "Bersediakah kamu, Erikkson Stremstagg Thomas menerima Laura Marigold sebagai satu-satunya istri untuk saling memiliki dan mempertahankan, dalam saat baik atau buruk, dalam saat kaya atau miskin, dalam penyakit atau kesehatan, untuk mencintai dan menghargai hingga maut memisahkan?" tanya Pastor William pada Erikkson. Erikkson terdiam beberapa saat. Tangannya masih memegang tangan Sophie dan sedikit meremasnya. Sementara Laura sudah memejamkan mata dengan jantung berdegup kencang. Erikkson mengembangkan senyumannya dan menjawab dengan lantang. "Aku bersedia!" jawab Erikkson terdengar jelas. Sontak Laura menoleh pada Erikkson yang sudah menjalani separuh dari janjinya pada perikatan pernikahan mereka. "Nona Marigold, Bersediakah kamu, Laura Marigold menerima Erikkson Stremstagg Thomas sebagai satu-satunya suami untuk saling memiliki dan mempertahankan, dalam saat baik atau buruk, dalam saat kaya atau miskin, dalam penyakit atau kesehatan, untuk mencintai dan menghargai hingga maut memisahkan?" tanya Pastor William mengagetkan Laura. Laura tampak gugup dan bernapas agak cepat. Sesungguhnya masih ada keraguan di hati Laura tapi ia tidak bisa memungkiri jika ia tidak bisa menggantikan Erikkson dengan pria lain─Laura sangat mencintai Erikkson. "Aku bersedia," jawab Laura dengan suara lembut. Erikkson masih mengulum senyuman seraya menarik napas lega. Pastor William ikut tersenyum lalu meminta keduanya saling berhadapan. "Dengan kuasa yang diberikan padaku, atas nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, aku nyatakan kalian resmi menjadi suami istri. Tuan Thomas dan Nona Marigold, kalian bisa saling memasangkan cincin." Salah satu sahabat Erikkson yaitu James Belgenza maju memberikan cincin yang akan dipakaikan oleh Erikkson untuk Laura. Sedangkan dari Laura, cincin dibawa oleh istri Arjoona yaitu Claire Harristian. "Anda boleh mencium pengantinmu, Tuan Thomas!" ujar Pastor William menambahkan. Erikkson lalu menaikkan kerudung Laura sehingga seluruh wajahnya tersingkap. Wajah Laura merona hebat dengan mata berkaca-kaca. Setelah mengalami banyak hal yang membuat mereka berpisah, Erikkson dan Laura akhirnya kembali bersama. Kali ini tidak ada lagi pernikahan yang gagal. Erikkson menunduk dengan lembut menyentuh ujung hidung Laura dengan ujung hidungnya sebelum mencumbunya dalam. Kedua lengan kekar Erikkson memeluk tubuh Laura yang jauh lebih kecil dan sambil perlahan mengangkatnya. Riuh tepuk tangan menghiasi pernikahan Erikkson dan Laura. Erikkson melepaskan cumbuannya dan memindahkan ciuman itu ke pipi Laura sambil masih mengangkat tubuhnya. “Ah, Erik!” kekeh Laura merona bahagia memeluk Erikkson. Setelah berciuman, Erikkson dan Laura keluar dari kapel tersebut saling bergandengan tangan diikuti oleh seluruh anggota keluarga mereka. Konveti dan bunga dilepaskan ke udara mengiringi perjalanan pernikahan Erikkson dan Laura yang intim dan meriah. Satu persatu para tamu memeluk Erikkson dan mengucapkan selamat padanya. Erikkson juga berfoto bersama seluruh anggota The Seven Wolves sambil memamerkan cincin nikah yang melingkar di jarinya. Foto itu dikirimkannya untuk Cassidy. Setelahnya, ia datang menghampiri Laura dan membawanya ke pesta pernikahan yang disiapkan di satu-satunya vila di pulau pribadi tersebut. “Ada pesta untuk kita berdua─” “Tunggu, Erik. Aku mau bicara!” ujar Laura menghentikan tangan Erikkson. “Soal?” “Aku belum menyerah. Bukan berarti setelah aku menikah denganmu, maka masalah kita selesai. Aku belum memaafkanmu,” ujar Laura dengan wajah serius dan sedikit berbisik. Ia tidak ingin keluarganya tahu. Awalnya Erikkson tertegun tapi kemudian senyumannya melebar dan ia pun mengangguk. “Oke. Aku ingin lihat siapa yang menyerah lebih dulu ... aku atau kamu!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD