Bab 23. Dalam Gelap Ada Cahaya

1094 Words
Napas Cassidy sedikit tercekat saat menceritakan yang sesungguhnya terjadi. Ia seperti mengulang kembali seluruh kejahatan yang dilakukannya pada Sophie. Rasa bersalah yang menyelimuti hatinya kembali membuat Cassidy sesak. Namun Cassidy tetap harus menceritakan semuanya sampai tuntas. “Aku tahu yang kulakukan adalah sebuah kejahatan ....” Jonathan langsung menampar Cassidy begitu keras sampai ia terjatuh ke sofa. Kourtney ikut kaget dan langsung memegang lengan Jonathan. “Jon .... “ Jonathan yang marah langsung menunjuk pada Cassidy. “Aku tidak menyangka kamu bisa tega menipu putriku seperti itu! aku sudah mempercayakan Sophie padamu dan kamu tega memanfaatkannya!” seru Jonathan meledak marah. Cassidy hanya diam memegang pipinya lalu kembali berdiri. “Aku tidak membantahnya, Dad─” “Kau masih berani panggil aku ayah!” desis Jonathan membuang mukanya. Napasnya tersengal dan ia memegang kepalanya yang jadi makin sakit. Jonathan lalu terduduk di sofa semula masih dengan kepala tertunduk. Kourtney ikut duduk di samping suaminya mencoba menenangkannya. Cassidy yang melihat kekecewaan itu lantas berlutut di depan Jonathan dengan kepala tertunduk. “Aku sudah berbuat kesalahan besar dengan menipu keluargamu, Tuan Marigold. Aku memang tidak pantas memanggilmu Ayah. Aku adalah seburuk-buruknya seorang menantu bagi putrimu yang sangat berharga. Tapi aku tidak bisa memungkiri jika aku sangat mencintai Sophie,” ujar Cassidy dengan mata berkaca-kaca tapi wajah yang tertunduk tidak sanggup menatap Jonathan. Jonathan pun masih menundukkan kepalanya dan belum bicara. “Jika aku tidak bertemu dan menikah dengan Sophie, mungkin hidupku sudah dihancurkan oleh Angelica. Dia hanya wanita yang mengincar harta dan nafsu lain yang ... yang tidak bisa aku katakan. Sophie yang menyelamatkanku dan membuatku merasakan cinta yang sesungguhnya.” “Semua ini berawal dariku dan aku juga yang akan menyelesaikannya. Sophie tidak diculik. Dia merekayasa semuanya agar aku mendapatkan hukuman yang setimpal dan aku sudah mendapatkannya,” ujar Cassidy lagi. “Sekarang aku ingin meminta ijin kalian berdua untuk bisa menjemput Sophie. Aku ingin membawanya kembali dengan begitu kami bisa bercerai seperti yang selama ini ia inginkan.” Jonathan menaikkan pandangannya pada Cassidy yang masih menundukkan kepalanya. “Apa kamu tahu di mana dia sekarang?” tanya Kourtney akhirnya bicara. Cassidy mengangguk pelan lalu melepaskan napas panjang. “Pamanku sudah menemukan lokasinya. Aku juga sudah mengetahuinya. Aku hanya perlu mencari alamatnya lalu membawanya kembali.” “Apa kamu bisa membawanya kembali?” Kourtney bertanya lagi. Cassidy menaikkan pandangannya lalu mengangguk pelan. Air matanya jatuh begitu saja. “Aku akan membawanya kembali ke rumah ini seperti saat aku membawanya pergi dahulu. Aku tidak akan memaksakannya untuk menjalani pernikahan kami. Aku akan menceraikannya begitu dia kembali. Dan aku berharap dia akan mendapatkan kehidupan yang dulu sempat aku rebut,” imbuh Cassidy masih meneteskan air matanya. Jonathan masih belum bicara. Ia mengusap kepalanya sekali lalu menopang sisi wajah dengan sebelah tangannya. Matanya menunduk ke bawah tertuju pada satu titik. Sebenarnya Jonathan tidak tahu harus bicara seperti apa. Ia merasa jika seluruh kesalahan tidak bisa ditumpahkan hanya pada Cassidy semata. Semua orang termasuk dirinya harus bertanggung jawab. “Aku minta maaf padamu, Cass. Ini semua berawal dariku yang sangat ingin memisahkan Sophie dan Collin sehingga aku menyetujui lamaranmu pada Sophie,” ujar Jonathan membuat Cassidy kembali menundukkan kepalanya. “Tapi jika Sophie tidak bertemu dan menikah denganmu, mungkin hidupnya sudah hancur di tangan Collin. Bisa saja istrinya Angelica itu mencelakakan Sophie dan hal paling buruk aku akan kehilangan anakku. Aku tidak bisa menyalahkanmu sepenuhnya,” imbuh Jonathan lagi. Cassidy sedikit tersenyum getir lalu kemudian bersujud di kaki Jonathan untuk meminta maaf atas yang dilakukannya. Jonathan pun langsung memegang bahunya. “Maafkan aku ...” “Bangunlah, Nak! Sudah!” Jonathan menarik Cassidy lalu memeluknya. Tangis Cassidy kembali pecah di bahu Jonathan yang terus mengucek rambut Cassidy lembut. Ia menepuk-nepuk punggung Cassidy dan mengucapkan kalimat yang membuat beban itu terangkat. “Aku memaafkanmu, Cassidy Belgenza. Kami memaafkanmu.” Isak Cassidy makin keras dengan sebelah tangannya meremas sisi pakaian Jonathan. Begitu pula dengan Kourtney yang ikut meneteskan air mata kala mengelus kepala Cassidy. Air mata yang sama yang kini menetes saat Cassidy berada di bawah shower kamar mandi milik Sophie. Ia meraba cincin pernikahan yang masih melingkar di jari manisnya sambil masih terus meneteskan air mata. Cassidy memiliki janji selama 40 hari akan membawa Sophie kembali lalu menceraikannya di New York. Uang 22 juta dolar yang menjadi ancaman sesungguhnya hanyalah umpan semata. Ia tidak pernah berniat untuk membuat Sophie membayar uang yang memang tidak pernah dicuri. Cassidy hanya butuh alasan agar ia dan Sophie bisa bersama meski hanya 40 hari. “Aku akan menyelesaikan ini, Mom. Kamu benar, aku tidak boleh egois, iya kan?” gumam Cassidy menengadah ke atas. Ia kembali memejamkan mata menikmati guyuran air shower. Di bawah Sophie sedang mempersiapkan sarapan untuk Cassidy. Anjing yang bernama Frost ikut duduk mengawasi Sophie. “Kenapa kamu melihatku seperti itu? Apa kamu pikir aku akan membunuhnya?” tanya Sophie dengan nada sinis seakan Frost mengerti. Namun anjing itu menggonggong untuk menjawab. Sophie mencebik dan meneruskan kembali memotong tomat lalu meletakkannya di atas daging roti isi yang ia buat. “Apa kamu tahu aku pernah melakukannya? Tapi aku menyesal karena sesungguhnya racun itu aku beli untuk diriku sendiri. Jika aku melakukannya dan bukan malah menaruhnya pada sup milik Tuanmu, maka aku sudah tenang di alam sana.” Sophie terus bicara sambil mengedikkan bahunya. Di belakang Cassidy sudah turun dan mendengar semuanya. Pengakuan yang akhirnya dibuat Sophie atas perbuatannya meracuni sup Cassidy dengan sianida dan nyaris menewaskan Cassidy saat itu. Cassidy masih diam mendengarkan seluruh pengakuan tersebut. Sedangkan Sophie mengira jika dirinya hanya berbicara dengan anjing. “Aku sudah pernah melakukan percobaan pembunuhan pada Cassidy. Tapi dia malah membuat semuanya menjadi sulit. Akan lebih baik jika dia melaporkanku dan aku dihukum mati maka semua orang akan terlepas dari beban karena harus memikirkanku,” ujar Sophie lagi. Wajahnya kembali sendu dan tangannya mengusap perutnya perlahan. “Aku selalu merasa jika hidupku hanya membebani banyak orang. Itu sebabnya mengapa aku pergi, agar Cassidy bisa melupakanku dan tidak terbebani denganku lagi. Orang tuaku juga, huff aku sudah banyak membuat mereka menderita. Aku memang anak yang tidak tahu untung ....” Sophie berbalik membawa piring berisi sandwich dan meletakkannya di atas meja. Beberapa detik kemudian ia mulai sadar dan menoleh ke arah Cassidy yang sedang berdiri bersandar ke dinding. Wajahnya dingin tanpa emosi apalagi senyuman. Cassidy hanya menatapnya tanpa rasa bersalah sama sekali. “Jadi kamu sudah mengaku pada Frost ya? Kenapa tidak langsung mengaku padaku jika memang kamu yang sudah pernah meracuniku?” sindir Cassidy dengan sikap angkuhnya yang menyebalkan. Sophie membuang mukanya dan berniat ingin pergi tapi tangan Cassidy menangkapnya. “Temani aku sarapan!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD