Bab 25. Cinta Kadang Menyakitkan

1216 Words
Cassidy tersenyum kala mengecek foto pernikahan Erikkson dan Laura di ponselnya. Akhirnya Erikkson yang dulu ikut terkena dampak dari kebodohan yang dilakukan oleh Cassidy, bisa menikah dengan wanita yang ia cintai. “Kenapa kamu tersenyum?” tegur Sophie meletakkan gelas minum untuk Cassidy di dekatnya. Cassidy menaikkan pandangannya dan menutup layar ponsel. “Aku baru saja memperoleh foto penangkapan Laura oleh NYPD,” jawab Cassidy bergurau. Ia kembali menyuapi makanannya dengan santai menatap Sophie yang berubah kaget. “Apa? bukankah kamu sudah berjanji tidak akan menangkap Laura jika aku menandatangani perjanjian itu? Aku sudah menandatanganinya jadi kamu tidak seharusnya memenjarakan Kakakku!” pekik Sophie mengomeli Cassidy. Cassidy meneruskan makan lalu terkekeh kecil. “Sama saja kan kamu belum membayar uang 22 juta dolar milikku. Jadi aku mengambil Kakakmu sebagai jaminan. Kamu bisa saja kabur dengan pria lain dan tidak mau membayar uangku!” tunjuk Cassidy dengan garpunya pada Sophie. “Kamu pembohong, Cass!” “Kamu juga pembohong, Sweet Pea─” “Kamu mengelabuiku dengan perjanjian itu. Kamu hanya ingin memerasku!” Sophie makin memekik memarahi Cassidy. Ia jadi terengah dan akhirnya bayinya bergerak. Cassidy masih diam saja mengawasi Sophie yang akhirnya terduduk di kursinya. Sophie mengatur napas agar dirinya jauh lebih tenang. “Apa kamu butuh sesuatu?” tawar Cassidy dengan nada datar. “Tidak!” sahut Sophie cepat dan ketus. Matanya berair karena menahan ngilu akibat bayinya yang aktif bergerak. Sophie makin bernapas lebih cepat dan kini mulai terisak serta menangis. Sebelah tangannya menyeka air mata dengan punggung tangan lalu sebelah lagi menahan perut bagian depan sambil menarik napas sebisa mungkin. Cassidy mulai cemas dan tak tega. Seharusnya ia membiarkannya saja, tapi Sophie sedang hamil tua. Cassidy menghentikan makan dan beranjak dari kursinya. Ia menghampiri Sophie untuk membantu. “Bernapaslah, atur napasmu,” ujar Cassidy berjongkok di sebelah Sophie lalu mengusap punggungnya. Sebelah tangan yang lain kemudian mengelus perut Sophie agar bayinya tenang. Tidak seperti sebelumnya, Sophie pasti menolak. Kali ini Sophie membiarkan Cassidy ikut membantunya. “Jangan menangis. Apa rasanya sakit?” tanya Cassidy lagi dengan nada lebih lembut. Sophie tidak menjawab dan memilih untuk menarik isaknya lebih tenang. “Tolong jangan penjarakan Laura, dia tidak bersalah.” Sophie meminta sembari terisak. Ia memohon pada Cassidy yang sebenarnya sedang membohonginya. Cassidy jadi kasihan dan ingin mengatakan yang sejujurnya, tapi Sophie masih keras kepala menolaknya. “Hhm, kita bicarakan itu nanti saja─” tangan Sophie langsung memegang lengan Cassidy. “Aku akan tinggal denganmu. Aku akan lakukan apa pun yang kamu inginkan tapi tolong lepaskan keluargaku. Jangan libatkan mereka,” ujar Sophie makin lirih sembari meneteskan air matanya. Ia kembali terisak dan membuat Cassidy makin bersalah. Cassidy menarik napas panjang beberapa kali lalu menundukkan kepala dan akhirnya mengangguk. “Baik, aku akan melepaskan mereka jika kamu menuruti perintahku. Aku juga akan membantumu mengumpulkan uang agar bisa membayar utang itu dan setelah 40 hari, kita akan kembali ke New York untuk mengurus perceraian. Bagaimana?” ujar Cassidy memberikan keringanan. Sophie masih mengerjap-ngerjapkan mata indahnya sembari berpikir. Ia pun mengangguk tak lama kemudian. “Baiklah,” jawabnya pelan dan memelas. “Apa kamu akan melepaskan jam ini dariku?” tanya Sophie lagi dengan suara memelas yang sama. “Tidak, jam itu baru terlepas setelah 40 hari.” Cassidy menjawab lalu menarik Sophie perlahan. “Sebaiknya kamu beristirahat dulu di kamar. Ayo,” ajak Cassidy memapah Sophie untuk naik ke kamar mereka. Sophie dan Cassidy bisa akur untuk sementara waktu. Sophie tidak lagi agresif mengusir Cassidy agar keluarganya selamat. Padahal dalam hatinya yang terdalam, Sophie sesungguhnya sangat merindukan Cassidy. “Apa kamu tidak punya kamar di bawah?” “Untuk apa?” Sophie sedikit menengadah usai Cassidy memapahnya ke pinggir ranjang. “Hhm ... kamu harus naik turun tangga setiap hari. Aku takut kamu bisa terjatuh dan membahayakan kehamilanmu.” Sophie hanya diam saja mendengar kalimat penuh perhatian dari Cassidy yang celingukan ke seluruh penjuru kamar. “Dekorasi kamar ini juga kurang ramah padamu. Kita harus mengubah beberapa hal,” sambung Cassidy lagi. “Aku tidak sempat mendekor kamar saat sedang hamil seperti ini. Jadi aku hanya melakukan seperlunya saja,” balas Sophie menanggapi. Cassidy mengatupkan mulutnya lalu mengangguk saja. Ia mengelilingi kamar sedang mengira-ngira apa yang akan dilakukannya. “Dulunya kamu adalah perancang desain interior, Sweet Pea. Mengapa tidak menggunakan kemampuanmu untuk merancang rumah dan kamar ini?” ujar Cassidy lagi dengan sindiran halus. “Aku sudah bilang kan aku sedang hamil!” rengek Sophie berkilah. Cassidy mengulum senyumannya dan berbalik. Ia tidak ingin tertangkap Sophie menyembunyikan senyuman karena telah membuatnya kesal. “Tapi kan kamu punya uang yang kamu ambil dariku dan bisa kamu gunakan untuk membayar seseorang yang jauh lebih pintar darimu untuk mendekor kamar ini,” sahut Cassidy makin senang membuat Sophie kesal. Sophie yang sempat nyaris sedikit terenyuh dengan sikap baik Cassidy yang memapahnya dari bawah ke atas, kini berbalik kesal. “Aku sudah bilang jika aku tidak mencuri uangmu. Aku tidak mengambil uangmu sama sekali!” balas Sophie memekik dan bersikeras. “Lalu dari mana kamu memiliki uang untuk membeli semua ini?” “Dari gaji yang aku kumpulkan dan Laura ikut menjual toko kuenya. Sebagai gantinya dia bersedia menggantikanku di perusahaan orang tua kami.” Sophie menjelaskan dengan nada bergetar dan mata berkaca-kaca. Cassidy menoleh ke arah Sophie dan tetap menatapnya lekat. Sophie tampak sedih lalu membuang mukanya. Pasca Sophie “menghilang” perusahaan keluarga Marigold memang mengalami kemunduran. Jonathan kehilangan konsentrasinya dalam mengelola perusahaan karena Sophie dan akhirnya Laura kembali ke perusahaan tersebut menggantikan adiknya. Cassidy tidak pernah tahu jika Laura sampai menjual toko kue yang dibangunnya untuk memuluskan pelarian Sophie ke Ferndale. “Apa Laura juga yang mengantarkanmu kemari?” selidik Cassidy dengan nada rendah. Ia berjalan mendekati Sophie lalu duduk di sebelahnya. “Apa pedulimu?” sahut Sophie ketus. “Kamu mengandung bayiku.” Sophie masih cemberut dan tidak menjawab. “Jadi yang tahu adalah Laura?” Cassidy kembali mengulang. “Aku menghubunginya setelah kamu menemukan kontainer itu. Setelah itu kami bertemu diam-diam dan aku pindah kemari,” jawab Sophie masih membuang muka. Cassidy mengeraskan rahangnya. Ia tidak pernah akan melupakan saat dirinya hancur kala ia mengira menemukan Sophie di dalam kontainer berisi banyak orang yang akan diseludupkan. Nyatanya, Sophie tidak ada di sana meski Cassidy sudah menangis darah memohon tak ditinggalkan. Untuk beberapa saat Cassidy hanya diam memandang kosong di depannya tanpa bicara. Setelah hari itu rasanya hari Cassidy gelap gulita. Ia meninggalkan dirinya, hidupnya dan pekerjaannya. Sophie melirik Cassidy dan ikut diam. Sophie pun melihat seperti apa Cassidy bagai orang gila mencarinya di dalam kontainer itu tapi tak menemukannya sama sekali. “Apa yang kamu dapatkan dari menyiksaku seperti itu? Apa kamu mendapatkan kepuasan?” Cassidy balik bertanya sarkas. Ia menoleh pada Sophie dengan mata berkaca-kaca. Sophie pun ikut menoleh dengan pandangan terluka. “Ya, aku puas sudah menghancurkanmu,” jawab Sophie berbohong. Air matanya menetes setelah bicara hal yang menyakiti Cassidy. Cassidy mengangguk dan menunduk. Ia menarik napas panjang lalu mengusap separuh wajahnya. “Kita memang seharusnya tidak bertemu, Sophie. Mungkin hidupmu akan jauh lebih baik jika kamu menikah dengan b******n seperti Collin Howthorn.” Cassidy mengumpat pelan lalu bangun dan keluar dari kamar itu. Sophie menahan tangisnya yang kemudian pecah setelah Cassidy pergi. Berbulan-bulan ia menangis karena merindukan Cassidy yang ia tinggalkan. Ditambah dengan ia tengah mengandung bayi Cassidy, Sophie jadi makin menyesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD