Singapura… seorang laki-laki tampan berjalan ke mobil, wajahnya benar-benar sempurna tidak ada cacat dengan hidung mancung, bibir tebal seksi mirip sang Daddy.
Tatapan tajam begitu dalam itu hanya akan hangat saat bersama keluarganya, jadi jangan harap bisa melihat keramahan apalagi senyumnya jika kalian bukan siapa-siapa.
Satu lagi, dia sangat irit ngomong. Banyak desas desus mengatakan, lidahnya mungkin habis kegigit terus buntung makanya dia malu untuk bersuara.
Bahkan sekertaris nya saja sudah capek pengen nyekek dia, sebab setiap ditanya jawaban selalu ya or tidak.
Nirwana Hakim sekretaris dari CEO sebelum nya mempercayakan dia bisa membantu putranya seperti yang selama ini ia lakukan, tak urung geleng kepala melihat begitu banyak perubahan dalam diri si bos kecilnya sekarang.
Tetapi, ada yang berhasil membuat si bos kecilnya gondok, dengan terang-terangan mengkritiknya.
Zoya Nazira Alif.
Dia, sekertaris baru.. bukan, Zoya sudah bekerja dengan nya sebagai sekretaris kedua selama tiga bulan dan itu cukup menguras emosi seorang…
Oscar Bramantyo Logan.
Anak ke-empat Elvano dan Abi ini, meskipun umurnya masih kepala dua pikirannya sudah bisa menunjukkan kualitas nya sebagai keturunan Logan.
Duduk di sebelah sang bos tidak membuat Zoya terlepas dari lirikan mata tajam pria itu. Rasanya Zoya pengen acak-acakin tuh orang.
Dia sebenarnya punya salah apa sampai dilirik terus? Punya utang juga nggak. Apalagi punya masalah.
"Ada apa ya pak?" Tanya Zoya pelan, udah gemes dari tadi. Zoya melirik Nirwana yang juga meliriknya lewat kaca spion.
Pria itu hanya mengangkat bahu tanda tidak tahu.
"Lipstik mu luntur."
"Oh?"
Nirwana membuang pandangan menahan tawa.
Di samping itu Zoya buru-buru menjadikan ponselnya cermin dan emang luntur sih, tapi, nggak hilang kok.
"Bisa tidak jangan terlalu mencolok? Dasar menyebalkan."
"Apa!?" Zoya tersentak, melihat kearah Oscar yang tengah menaikkan sebelah alisnya.
"Tadi ngomong apa?"
"Saya lagi nelpon. Ada masalah?" Oscar menunjuk ponselnya yang tengah tertengker di telinganya.
Oh, Gosh. Dikira Zoya tuli kali ya, jelas-jelas itu untuknya.
Yang dilakukan Zoya hanya membuang nafas perlahan-lahan menahan diri jangan sampai dia kalap terus membenturkan kepala bos nya ini.
"Ah, ya, silahkan nelpon bapak yang terhormat."
"Thanks."
"Dih." Zoya begidik melirik sinis Oscar yang masa bodo.
"Hari ini, satu kosong." Batin Oscar tertawa dalam hati.
Bertanya apa yang terjadi di antara mereka berdua, sebenarnya tiga bulan lalu saat Zoya datang melamar kerja sebagai sekretaris… Oscar sangat-sangarlah terkejut.
Mereka teman SMA, tidak terlalu dekat yang Oscar tau Zoya anak kelas sebelah dan gadis itu sangat menyukai balet.
Bukan itu masalah nya.
Tahun pelajaran terakhir, saat banjir sedang terjadi pada saat itu…
Mereka berdua ditugaskan untuk bersama sebagai tim dan semuanya berjalan dengan lancar sebelum ketidaksengajaan itu terjadi.
Bibir Zoya mendarat tepat di bibir Oscar, atas ketidak sengajaan dan ketidak seimbangan Zoya saat berjalan.
Kebiasaan dia berjinjit membuat bibir mereka bertemu dan karena itulah Oscar merasa dilecehkan sebab Zoya pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa.
Menyebalkan bukan?
Lalu setelah sekian lama tidak bertemu, sekali ketemu.. dia dilupakan.
Mantap.
Gadis itu seolah tidak mengenalnya, entah dia benar-benar tidak dikenal atau hanya pura-pura. Yang pasti, akibat dari kecupan itu, Oscar sampai memiliki mysophobia.
Kemana pun Oscar pergi, hampir setiap jam dia akan menggosok gigi. Dokter Gigi langganan keluarga Logan saja takut gigi Oscar malah jadi rapuh terkikis keseringan di sikat lebih dari seharusnya.
Karena itulah, mereka hampir tiap hari selalu melakukan hal-hal yang bikin Nirwana cuma bisa pasrah kerjasama anak muda macam mereka.
Ya, Nirwana sih berdoa mereka bakal jodoh biar peperangan terus terjadi.
Drrtt..
Justin call…
"Ya, halo."
"Gimana kondisi disana?"
Justin Rayansa Wijaya, adik sepupu Elvano Daddy nya.
"Semuanya lancar, ini otw ke bandara."
"Oh, oke sip. Hati-hati."
"Oke."
Justin menutup teleponnya, mencari w******p milik Zoya.
"Terakhir online dua menit lalu. Zoya balas nggak ya, kalau aku chat?"
Pria tampan walaupun masih kalah dengan keponakannya Oscar, Justin termasuk memiliki banyak penggemar cewek. Terlebih, dia sangat aktif di sosial media Instag dan Toktok dengan lima juta follower.
Apa Oscar juga sepertinya? Jawabannya tidak.
Keponakan nya itu paling anti sosial media, dia hanya menggunakan w******p itu untuk keperluan kantor yang dipegang oleh Nirwana dan Zoya.
Selebihnya, w******p pribadi untuk keluarga selain itu tidak ada.
Tidak seperti kakaknya Adelia yang memang sejak remaja sudah jadi selebgram.
"Bagaimana disana, apakah beres?"
Setelah itu Justin mengirimnya ke nomor Zoya. Apa dia menyukai gadis itu? Ya, dia suka sejak gadis itu masuk ke kantor.
Ya, harapannya sih perasaannya terbalas mengingat Zoya selalu merespon setiap candaan nya saat bersama.
"Belum online. Apa dia udah di pesawat?"
***
Sementara itu, ini hari kedua Ruby bekerja dan sepertinya dia harus bekerja keras dengan tumpukan-tumpukan di atas meja saat ini.
Jadi sekretaris ternyata benar-benar menyebalkan.
Sejak kemarin di hari pertama kesalahan terus ia lakukan, bukan karena disengaja, tapi, dia memang tidak tahu.
Seperti… saat diminta printer dokumen, saat print itu macet, yang dia lakukan menunggu di sana duduk bersila sambil ngemil.
Tak ada niat untuk meminta tolong karyawan lainnya. Di tanya pun, cuman bilang…
"Printer nya lagi capek, jangan di paksa kasian. Biarpun dia mesin, dia juga punya perasaan kayak kita."
Oke.
Tak sampai di sana, saat makan siang dia harus nya melakukan pesanan untuk Joshua si bos.
Namun, dia capek ngomong, capek jalan, betis nya kebas habis nungguin bakso lewat depan kantor yang ternyata dia lupa saat ini lagi nggak di Indonesia dengan santainya dia hanya menyiram ramen untuk Joshua.
Yang dilakukan Joshua hanya pasrah untuk pertama kali dia makan ramen tanpa banyak omong.
Dipelototin soalnya.
Joshua sampe ngomong, "Ini yang bos siapa, kok makin galakan dia?"
Oh masih ada lagi.
Mi Ho kena sialnya harus berhadapan dengan Ruby yang tidak mau kalah.
"Dilarang masuk nona,"
"Lho? Saya mau bawa berkas. Lagian sudah biasa juga langsung masuk? Masalahnya apa?"
"Ya jangan di biasakan dong, papa aja marah kalau aku nya nyelonong masuk kamar tanpa ketup pintu."
Nah, beda lagi itu. Entar kau lihat bapakmu main kuda-kudaan berabe. Au ah.
"Terus, saya peduli. Sudah sana minggir, orang baru aja belagu."
"Mending belagu, daripada tidak punya sopan santun."
"Heh, jaga ya mulutnya."
Ruby merentangkan tangan memunggungi MiHo.
"Apa yang kau lakukan, bodoh!?" Mi Ho tak tahan pun memekik.
"Lho, katanya saya di suruh jaga bibir. Ya sudah, ngomong sama punggung saya aja."
"Dasar bodoh!"
"Saya tidak bodoh."
"Oyeah, kalau bukan bodoh stupid. Iya, 'kan?" Mi Ho tersenyum remeh, menyingkirkan Ruby dengan mendorong gadis itu menjauh dari pintu ruang kerja Joshua.
Tak tinggal diam, Ruby ikut masuk dan melakukan hal yang sama di lakukan Mi Ho padanya hingga jatuh ke sofa.
Joshua yang tidak tahu apa-apa pun menatap mereka bingung. Sedikit kaget melihat Mi Ho jatuh dengan tidak elitnya.
"Mau marah, iya? Kata abang, kalau orang melakukan hal jahat, kita juga perlu melakukannya dengan hal yang sama. Jangan jadi orang bodoh, mau an di tindas."
Mantap Ruby.
"Kamu! Hua liat, sekertaris kamu benar-benar bikin aku geram tau nggak."
"Asing kali ah."
"Itu garam bodoh!" Mi Ho yang kesal, makin kesal merasa diledek dengan cepat meralat omongan gadis berambut panjang itu.
"Kamu nanya.. kamu bertanya-tanya, bleee." Ruby mencibir setelah itu menjulurkan lidah, kemudian berbalik tak lupa mengibas rambut cantiknya sebelum berlalu keluar.
Melihat itu, Joshua sedari tadi diam melongo melihat semuanya segera menatap ke arah lain, tangannya ia tautkan satu sama lain takut tidak bisa di kontrol hingga melayangkan cubitan di kedua pipi Ruby.
Bang Jay, anakmu minta di karungin.
"Dasar anak kurang ajar. Hua," Mi Ho menoleh ke arah Joshua. Pria itu buru-buru melihat berkas.
"Hem, apa?"
"Masih nanya kamu, apa? Astaga...Hhh.. apa sih kualifikasi tuh anak sampai kamu jadiin dia sekretaris? Kesel banget aku tadi tadi bikin darah tinggi Mulu."
Kualifikasi ya? Bagi Joshua, Ruby sudah memenuhi sebagian kualifikasi nya sebagai calon istri.
Lalu apa lagi? Gasken. Ngehehehehe.