PROLOG!

1722 Words
"Good morning kakak cantikku sayang. Hai, uncle. Halo baby Aeri… ululu… makin Endut." Ruby kesayangan Lintang dan Jayden turun dari kamar dan bergabung dengan keluarga kecil Arumi kakak sepupunya. "Ish.. si tampan disini tidak disapa, sangat-sangat menyebalkan." Dia Ruby Blayze Mark 23 tahun, gadis cantik bermata coklat pekat, bertubuh mungil dengan berambut panjang lurus melewati pinggang tampak berkilau hitam pekat itu pun cengengesan peace. Rambut indah milik Ruby biasanya tampak sempurna tidak lupa pita merah kesukaan nya, namun kali ini… terlihat rambutnya tampak acak-acakan akibat baru bangun tidur. Ia tersenyum manis menarik pelan kedua pipi ponakan tampannya. Ha Neul Jeon sedang menyuapi adiknya Aeri ikut tersenyum lebar. "Ruby nggak kerja?" Tanya Arumi menaruh mangkuk nasi di hadapan Kookie. "Makasih, sayang." Kookie mengecup pipi Arumi di balas senyuman kecil. "Kerja?" Ruby terbengong, kinerja otaknya mulai diaktifkan. Sayangnya tidak berhasil, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Emang Ruby kerja apa? Sejak kapan? Ruby kerja dimana? Jadi TKW? Seriusan?" Uhuk… hampir saja Kookie menyemburkan nasi nya, kalau saja Arumi tidak membekap mulut suaminya itu. "Sayang," Tahan Arumi, biarpun sepupumu sudah kepala dua tetap saja, kepolosan dia, kelemotan dia, kebego… oke, sudah cukup sampai disini. "... Kamu datang ke Seoul 'kan dapat panggilan kerja di perusahaan K-Touch group sebagai sekretaris. Jadi, itu artinya…" sengaja menahan kalimatnya menunggu reaksi Ruby. Puk. Ruby bangkit, mendesah panjang mengingat dia baru ingin kalau dia harus bekerja di bidang yang tidak pernah ia inginkan. Wajahnya merah padam bukan karena bersemu, tetapi, marah bersungut-sungut tidak menyukai kenyataan bahwa dia harus bekerja. "Kenapa harus bekerja? Beeby kesayangan mama, kesayangan papa. Mau mandi uang sampai sepuluh turunan juga nggak bakal habis. Tapi, kenapa, kok, mereka tega menipu anaknya buat kerja di tempat asing? Wah, Beeby nggak mau sayang papa mama lagi." gerutu Ruby tidak terima dirinya di kirim ke Seoul untuk memenuhi panggilan kerja yang tidak pernah ia kirim. "Yakin, nggak mau sayang Oma opa lagi?" Ha Neul menggoyangkan alisnya menggoda sang aunty. Lihat, bagaimana Ruby cemberut menggelengkan kepala. "Ruby benci kerja!" pekik Ruby. *** Kini Ruby berdiri di depan gedung pencakar langit, mendongak memandang lekat penuh kebencian. "Kok Beeby pengen kutuk gedung ini jadi rumah keong ya?" "Apa Ruby mesti jadi penyihir buat menyihir semua gedung disini jadi robot kayak di film?" "Eh, tapi, kalau jadi penyihir Beeby jadi nenek dong? Nggak ah, cantik kayak Rapunzel gini malah jadi penyihir. Mana jahat lagi, no no no. Kata mama, orang cantik nggak boleh jahat." "Tapi 'kan, Beeby pengen jadi polwan beda dari yang lain." Ruby terus bergerutu masih tidak terima berada di sini. "Hai, kerja disini juga?" Ruby terperanjat, secepat kilat menoleh menatap pria di sampingnya. Ia menggeser selangkah, menjaga jarak. Tak urung kelakuannya itu membuat pria itu terkekeh. "Kerja disini?" "Nggak, dipaksa papa." ucap Ruby polos, sontak pria itu tergelak cepat-cepat mengulum bibir menahan tawa. "Jadi?" "Jadi sekretaris kata papa." Pfft, bukan itu cantik. Ah, rasanya pria ini ingin menculik gadis polos di sampingnya itu. Ah, ngomong-ngomong… wajah bersih sangat cantik khas Asia, bulu mata lentik tertengker di ujung kelopak mata sebagai penutup iris mata indah, wajah kecil pas untuk porsi tubuhnya yang mungil. Dan juga… rambut panjang, wah… dia tidak pernah melihat rambut sepanjang ini. Bahkan, rambut gadis ini begitu sehat berkilau. Dan semua ciri-ciri dari gadis ini terlihat asing di matanya. Apa mereka pernah bertemu? "Ingin masuk?" Tanyanya lagi. Walaupun risih ditanya terus apalagi dengan orang asing, Ruby mencoba tidak takut dan berbaur mengingat orang-orang sana tak sedikit yang ramah. "Mau pulang sih, cuman takut papa marah." Oke. Dari sini, pria itu tau gadis cantik ini dipaksa untuk bekerja. Sama sepertinya sih, tak ingin bekerja malah diseret kemari. Beruntung perusahaan Abang kesayangan. Dia Noah Jeon 25 tahun adik dari dokter Titania sepupu Joshua Kim. *** Di lain tempat, seseorang terlihat ketar ketir gugup menunggu sang pujaan hati. Kangen sista, berapa tahun tidak bertemu di larang calon mertua kata nya biar si cantik nggak kaget tiba-tiba punya calon. Itu juga, dia perlu berbagai cara agar dapat restu. Masalahnya, ini si polos dari keluarga Bramantyo, harus ekstra hati-hati untuk mempercayakan kepada seseorang. Tok tok tok… Hyung Sik masuk setelah mengetuk. Dia Park Hyung Sik 34 tahun semua urusan Joshua berada di tangan dia yang telah menjadi kepercayaan Joshua hingga sekarang. Membuat Joshua Kim 33 tahun yang tengah duduk menopang dagu karena terlalu bosan menunggu itu pun tersentak. Pria mapan, tampan, Cool, paling anti lelet, paling tidak suka miliknya disentuh orang lain. Terlihat dingin di luar, tetapi, hangat di dalam. "Pak, sekertaris baru nya sudah tiba. Sebentar, masuklah." Pinta Hyung Sik. Kontan saja Joshua bangkit, wajahnya berseri-seri tak sabar melihat Ruby secara langsung. Tidak lama, suara langkah kaki berat terdengar. Joshua yang sedang menata kembali pakaian kerjanya pun slow motion menaikkan pandangan, deg! Dia kembali bertemu gadis berpita merah. Memikirkan pertemuan pertama mereka membuat dadaa Joshua lagi-lagi bergemuruh. Gadis itu kini berdiri di depannya dengan tatapan polos dan bingung. Ah, dia benar-benar dimabuk cinta rupanya. "Khem, bos." Hyung Sik, membuyarkan lamunan kekaguman Joshua. "Oh, y-ya." sedikit gagap, Joshua pun membuang nafas perlahan-lahan sebelum dia menyambut kedatangan Ruby Blayze Mark. "Dengan siapa?" "Diantar pak supir tadi." Oke, Jo tahan. Hyung Sik pun dengan cepat meralat. "Maksud beliau, nama anda siapa." "Ah, Ruby." Joshua menahan tawa, gadis berpita merah nya terlalu menggemaskan ya tuhan. "Nama lengkap kamu nona Ruby," ujar Hyung Sik lagi. Sepertinya dia harus mengeja dengan baik, agar tidak terus-terusan meralat omongan. "Ruby Blayze Mark." Oke, singkat padat dan jelas. Joshua pun mengangguk. "Selamat datang nona Ruby, mohon kerjasamanya." ucapnya mengulurkan tangan, harusnya Ruby yang mengatakan itu. Untuk Ruby, tak apalah. Sebentar, kok uluran tangannya malah di tatap aneh. Ada yang salah kah? "Ke-kenapa?" Tanya Joshua, tidak tau dia tiba-tiba gugup. "Anda bos disini?" Tanya Ruby tiba-tiba. "Ya, ada apa? Apa ada orang selain saya di sini?" Ruby mengalihkan tatapannya ke Hyung Sik, pria itu kini menunjuk diri nya sendiri melihat Ruby menatapnya. "Ckh. Hellow," Joshua menjentikkan jari agar Ruby beralih padanya. "Saya.. saya bos nya di sini nona. Anda paham," "Benarkah?" Ruby pun tersenyum lebar menyingkirkan tangan Joshua dan mendekat padanya menyisakan jarak sedikit lebih dekat. "Ka-kamu," Joshua mundur selangkah, jantungnya belum siap untuk terlalu dekat. "Pak, pecat Ru.. " Ruby menggeleng, kata papa tidak boleh menggunakan nama. "...maksud saya, pecat saya pak." "Hah!" Joshua dan Hyung Sik berseru kaget. Ruby mengangguk, wajahnya begitu polos tersenyum sumringah penuh harap keinginannya tercapai. "Kata papa, kalau keluar sendiri dari sini nggak bisa. Yaudah, bapak pecat saya saja biar bisa keluar dari sini. Bagaimana?" "What?" Joshua terbengong-bengong, begitu juga Hyung Sik membuang pandangan menahan tawa. Hyung Sik baru ingat, gadis di hadapannya ini adalah pujaan hati sang bos dan si bos mengatakan dia sangatlah polos. Hah… pantas saja sedari tadi dia harus meralat omongan. Hahaha… ini sih kelewat polos. "Kenapa, tidak mau pecat saya?" "Nona Ruby," nada suara Joshua perlahan berubah. ketegasan dan dingin nya mulai nampak. Wibawanya sebagai CEO yang dingin terhadap karyawan dipertanyakan seumpama dia terlalu memperjelas niatnya pada Ruby. "Anda pikir masuk kemari gampang seenaknya saja minta dipecat. Kalau memang tidak berminat, kenapa mengirim lamaran? Anda mengira, perusahaan kami candaan, hah!" Ujar Joshua , suaranya sengaja dikeraskan berniat menakuti Gadis bermata bulat itu. lagian enak saja minta pecat, sudah menunggu kesempatan bertahun-tahun malah dilepaskan. Cih, jangan harap. Sempat tertegun, kaget mendengar suara keras. Ruby mendongak menatap Joshua, "Maaf sebelumnya, saya perjelas di sini. Bukan saya yang mengirim lamaran, bahkan tau perusahaan bapak saja baru pagi tadi." Ucapnya lantang. Ia hampir tidak pernah mendengar suara keras dari keluarganya, namun pria asing di hadapannya ini malah membentaknya. Ruby rasanya pengen nangis, mau pulang aja. Oh.. good. Joshua sempat oleng, suara lantang Ruby terdengar bergetar. Mampus, dia melakukan kesalahan. Niatnya mau nakutin beneran takut ternyata. Apa Ruby takut mendapat intimidasi sebagai orang asing? Melihat perubahan mimik muka Ruby, Joshua merasa bersalah. Dia lupa, Jayden pernah mengatakan padanya, Ruby tidak pernah mendengar suara keras dan lantang. "Khem. Saya tidak peduli alasanmu apa, yang terpenting kamu disini terdaftar sebagai sekretaris pribadi saya dan itu tidak bisa diganggu gugat." "Ingin keluar dari sini, silahkan hubungi HRD untuk mendapatkan sanksi yang berat karena berani menipu saya." "Lagipula, bagaimana bisa kamu tidak mau bekerja dengan saya? Sedangkan, diluar sana banyak yang berlomba-lomba untuk menduduki posisimu sekarang." Lanjut Joshua kini menjatuhkan bokongnya di kursi. Ekor matanya melirik Ruby, gadis itu terlihat mundur menarik diri menjauh dari Joshua. Dari kerutan di dahi, Joshua yakin Ruby tengah berpikir. Ah, apa dia sudah lebih baik? Gadisnya sangat menggemaskan. "Itu kan orang lain, bukan Ruby." gumam Ruby dalam hati mulai berpikir apa yang harus dilakukan. Ngomong-ngomong, apa sanksi yang harus ia dapat seperti di drama? Berakhir di tangan bos. "Tidak boleh." sentaknya tanpa sadar mengepalkan tangan menatap Joshua nyalang. Yang di tatap pun mengernyitkan dahi menatapnya penuh tanya. "Apa liat-liat." Sembur Ruby galak, malah terlihat menggemaskan di mata Joshua. "Kamu yang melihat saya duluan. Sebentar, kamu tidak mengenal saya? Kamu lupa dengan saya nona Ruby?" Joshua bertanya, ingin tahu apakah Ruby masih mengenalnya atau tidak. "Memang bapak penting untuk saya kenal?" Pfftt. Hyung Sik kali ini tidak dapat menahan diri, dengan cepat memutar badannya memunggungi si boss sebelum bibirnya dijahit. Wajah pria tampan kesayangan Aurora dan Jack itu pun memerah, benar-benar malu dengan kepercayaan dirinya yang dilebur oleh Ruby. Hh… sabar Joshua, sabar. "Baiklah, terserah apa katamu. Hyung Sik, berikan catatan yang harus ia lakukan sebagai sekretaris pribadi saya mulai hari ini dan jelaskan apa yang harus dia kerjakan." Tutur Joshua meraih kontrak kerja Ruby. "Ini, kontrak kerjamu. Silahkan ikuti Hyung Sik," Pagi-pagi udah bikin jantungan saja nih Ruby. "Pak, saya…" Tok tok tok… "Masuk," Seseorang pun masuk, terlihat gadis cantik mendekati Joshua dengan senyum manisnya. "Hai, Hua. Ah, maaf. Kukira tidak ada orang." "Hyung Sik, bawa dia keluar." pinta Joshua. "Nama saya Ruby, bukan dia. Cih, katanya bos gitu aja lupa." omel Ruby hentakin kaki berjalan lebih dulu, tanpa sadar menarik Hyung Sik keluar. Joshua berkedip-kedip melihatnya. Eh, itu tangannya! Sialan, kamu Hyung Sik. "Dia siapa? Kok kurang ajar banget ngomong nya?" "Sekretaris baru saya." "Bocah begitu." "Ckh. Kamu ngapain kesini, bawa berkas atau tidak." "Ah, hehe. Nggak bawa berkas sih, tapi, bawa sarapan. Aku bosen di rumah sendirian, boleh ya numpang sarapan." "Serah." "Oke. Makasih sahabatku." Dia Na Mi Ho 30 tahun sahabat Joshua, selalu numpang sarapan di ruangan Joshua dengan alasan yang sama. Satu lagi, anak broken home. Karena itu, Joshua selalu mengiyakan apa yang ia inginkan sebab merasa kasihan untuk di tolak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD