"Aku mungkin akan membiarkanmu menangani beberapa argumentasi, jadi bersiaplah," kata Henry. Aku menelan ludah. Kecemasan itu berubah jadi kepanikan.
"Mulailah bekerja," ia menambahkan. "Tentu akan memalukan kalau sampai kehilangan kasus ini dalam mosi pembatalan. "
"Aku juga akan menanganinya," Yuval menambahkan.
"Bagus. Kita bertiga akan pergi ke pengadilan. Tuhan tahu mereka akan membawa dua puluh orang ke sana."
***
Kemakmuran mendadak memicu keinginan untuk hal-hal yang lebih baik dalam hidup. Aku dan Yuval memutuskan untuk membatalkan sup dan sandwich di Simon’s, dan sebagai gantinya makan siang di rumah makan steak di dekat sana. Kami memesan prime rib—sejenis olahan iga panggang.
"Dia tak pernah membagi uang seperti ini," kata Yuval, berkedut dan menyentak. Kami duduk di bagian belakang ruang makan yang gelap. Tak seorang pun bisa mendengar kami, tapi ia tetap gelisah. "Sesuatu akan segera terjadi, Edward, aku yakin. Levon dan Ransom akan kabur. FBI sudah menguntit Henry dengan ketat. Dia membagi-bagikan uang. Aku cemas, sungguh cemas."
"Oke, tapi kenapa? Mereka tak bisa menangkap kita."
"Aku tidak khawatir akan ditahan. Aku mengkhawatirkan pekerjaanku."
"Aku tak mengerti. Kalau Henry didakwa dan ditahan, dia akan keluar dengan uang jaminan sebelum mereka berbalik. Kantor kita akan tetap bekerja."
Ini mengesalkannya. "Dengar, bagaimana kalau mereka datang dengan subpoena dan gergaji besi? Mereka bisa melakukannya, kau tahu. Itu sudah pernah terjadi dalam kasus pemerasan. FBI suka menyerang kantor-kantor hukum, menyita berkas-berkas, dan membawa pergi komputer-komputer. Mereka tak peduli dengan aku dan kau."
Terus terang, aku tak pernah memikirkan hal ini. Kurasa aku kelihatan terkejut. "Tentu saja mereka bisa membuatnya tersisih dari bisnis," ia meneruskan dengan sangat bersungguh-sungguh. "Dan mereka suka melakukannya. Aku dan kau akan terjebak dalam baku tembak, dan tak seorang pun, sama sekali tak seorang pun, akan menaruh peduli."
"Jadi, kita harus bagaimana?"
"Ayo kita kabur!"
Aku ingin menanyakan apa maksudnya, tapi itu sudah cukup jelas. Yuval sekarang temanku, tapi ia ingin lebih banyak lagi. Aku sudah lulus ujian Pengacara, jadi aku bisa menyediakan payung baginya.
Yuval ingin seorang partner! Sebelum aku bisa mengucapkan apa-apa, ia sudah menyerang. "Berapa uang yang kau punya?" ia bertanya.
"Uh, 5.500."
"Aku juga. Itu berarti sebelas ribu. Kalau kita menyisihkan masing-masing dua ribu, jumlahnya jadi empat ribu. Kita bisa menyewa kantor kecil untuk lima ratus dolar sebulan, telepon dan listrik sekitar lima ratus. Kita bisa beli beberapa potong mebel, bukan yang mewah. Kita akan beroperasi dengan modal sedikit selama enam bulan, dan kita lihat bagaimana perkembangannya. Aku akan berburu kasus, kau muncul di pengadilan, dan kita bagi dua keuntungannya sama rata. Semuanya lima puluh-lima puluh—biaya, uang jasa, keuntungan, pekerjaan, jam kerja."
Aku tersudut, tapi berpikir cepat. "Bagaimana kalau pakai sekretaris?"
"Tidak perlu," katanya cepat-cepat. Yuval sudah beberapa lama memikirkan urusan ini. "Setidaknya, untuk pertama ini. Kita berdua bisa menerima tele pon dan memakai mesin penjawab. Aku bisa me ngetik. Kau bisa mengetik. Ini akan berhasil. Sesudah dapat uang, kita akan menyewa sekretaris."
"Berapa jumlah biaya overhead-nya?"
"Tidak sampai dua ribu. Sewa, telepon, listrik, peralatan kantor, copy, seratus barang kecil lainnya. Tapi kita bisa berhemat dan beroperasi dengan murah, Kita akan hati-hati dengan overhead, kita akan 4 membawa pulang uang lebih banyak. Sangat sederhana." Ia mengawasiku sambil menghirup es teh, lalu kembali membungkuk. "Dengar, Edward, menurut pendapatku kita baru saja meninggalkan 22.000 dolar di meja. Seharusnya kita bisa pergi dengan seluruh uang jasa itu, yang akan menutup seluruh biaya overhead kita selama setahun. Ayo kita mulai bekerja, dan ambil seluruh uangnya."
Ada larangan etis yang tidak memperbolehkan pengacara membentuk kemitraan dengan orang bukan pengacara. Aku hendak menyebut hal ini, tapi menyadari bahwa itu sia-sia belaka. Yuval akan memikirkan selusin cara untuk berkelit.
"Biaya sewanya kedengarannya murah," kataku, asal bicara untuk melihat sejauh mana riset yang telah ia lakukan.
la mengedipkan sebelah mata dan tersenyum, gigi kelincinya berkilau. "Aku sudah menemukan tempat. Letaknya di sebuah bangunan tua di Jalan Madison, di atas toko barang antik. Empat ruangan, satu kamar kecil, tepat di antara penjara dan Rumah Sakit Santo Petrus."
Lokasi yang sempurna! Tempat impian setiap pengacara. "Itu daerah berbahaya," kataku.
"Menurutmu mengapa sewanya begitu murah?"
"Apakah keadaannya baik?"
"Lumayan. Kita harus mengecatnya."
"Aku tukang cat yang cakap."
Salad kami datang, dan aku menjejalkan romain lettuce ke dalam mulut. Yuval mengaduk-aduk saladnya tapi hanya makan sedikit. Pikirannya berputarputar terlalu cepat untuk dipusatkan pada makanan.
"Aku harus ambil tindakan, Edward. Aku tahu hal hal yang tak bisa kuceritakan, oke? Jadi, percayalah padaku bila kukatakan Henry akan tumbang. Keberuntungannya sudah habis." la berhenti dan mengambil kenari. "Kalau kau tak mau pergi denganku, aku akan bicara dengan Alan sore ini."
Alan adalah satu-satunya yang tersisa sesudah Levon dan Ransom, dan aku tahu Yuval tak menyukainya. Aku juga sangat curiga kalai Yuval menceritakan yang sebenarnya tentang Henry. Bacalah koran dengan teliti dua kali seminggu, dan kau akan tahu bahwa orang ini dalam kesulitan serius. Selama beberapa tahun terakhir ini Yuval adalah pegawainya yang paling setia, dan kenyataan bahwa ia sudah siap kabur membuatku takut.
Kami makan perlahan-lahan tanpa berbicara, sama-sama merenungkan langkah selanjutnya. Empat bulan yang lalu, gagasan untuk menjalankan praktek hukum bersama orang seperti Yuval pasti sama sekali tak terpikirkan, bahkan menggelikan, tapi di sinilah aku sekarang, tak mampu membuat cukup alasan untuk menolaknya sebagai partnerku.
"Kau tak ingin aku jadi partnermu?" ia berkata dengan nada mengibakan.
"Aku baru berpikir, Yuval. Beri aku waktu sebentar. Kau membuatku kaget dengan semua ini.”
"Maaf. Tapi kita harus bergerak cepat."
"Berapa banyak yang kau ketahui?”
"Cukup banyak untuk membuatku yakin. Tak usah bertanya lebih banyak."
"Beri aku waktu beberapa jam. Biarkan aku memikirkannya."
"Baiklah. Kita berdua akan pergi ke pengadilan besok, jadi mari kita berłemu pagi-pagi. Di Kedai Simon’s. Kita tak bisa membicarakannya di kantor. Kau pikirkanlah dan katakan padaku besok pagi.”
"Baik.”
"Berapa banyak berkas yang kau punyai?"
Aku berpikir sejenak. Aku punya sebuah berkas tebal tentang kasus Jack, dan yang satu lebih tipis tentang Miss Streep, dan kasus penggantian kecelakaan kerja yang diberikan Henry padaku minggu lalu, “Tiga.”
"Keluarkan semuanya dari kantormu, Bawa pulang.”
"Sekarang?"
"Sekarang. Siang ini. Dan apa pun lainnya yang mungkin kau perlukan dari kantor, lebih baik bawa keluar secepatnya. Tapi jangan sampai tepergok, oke?”
"Apakah ada yang mengawasi kita?”
la melonjak dan melirik, lalu dengan hati-hati menganggukkan kepala ke arahku, matanya berputarputar liar di balik kacamata.
"Siapa?”
"FBI, kurasa. Kantor itu sedang diawasi.”