Mencarinya

1245 Words
"Pak, kita mau kemana?" tanya Eka yang bingung arah tujuan yang diinginkan sang atasan. Zero menyebut nama sebuah gerai, Eka langsung mencari di aplikasi penunjuk arah. Bahkan ia baru pertama kali mendengar nama gerai tersebut. Apa makanannya memang enak sampai-sampai sang atasan kesana? Mungkin saja. Eka hanya bisa mengikuti instruksi dari sang atasan. Padahal mereka baru saja selesai menghadiri undangan makan malam. Zero memandang di luar jendela. Begitu banyak orang berlalu lalang. Entah kenapa ia malah ingin melihat Salsabila. Sudah beberapa hari ini dia tidak melihatnya. Tidak ada lagi kebetulan seperti sebelumnya. Kemarin malam, Zero juga ke gerai makanan dimana Salsabila bekerja. Tapi ia tidak bertemu dengan Salsabila sama sekali. Bahkan lucunya, Zero menunggu sampai gerainya tutup, tapi tidak ada sosok Salsabila yang keluar dari gerai. Malam ini ia akan coba lagi. Kali saja kemarin malam Salsabila tidak masuk bekerja. "Kita sudah sampai, Pak." Eka mengingatkan karena sejak tadi mobil sudah berhenti tetapi atasannya tidak kunjung keluar dan terlihat melamun. "Oh ya?" Zero tampak kaget, ia bahkan melihat ke segala arah untuk memastikan apakah benar sampai atau tidak. Ternyata benar, mobil sudah ada di depan gerai makanan. "Terlalu ramai, Pak. Apa kita pesan saja?" Eka bisa melihat dari luar begitu banyak yang membeli. Padahal sekarang sudah pukul sembilan. "Kamu lapar?" tanya Zero kepada sang sekretaris Eka menggeleng. Bagaimana mungkin ia lapar, padahal baru beberapa menit yang lalu mereka makan di acara salah satu client. Eka mengajukan diri untuk melakukan pemesanan, tetapi Zero langsung melarang. Eka jadi bingung sendiri, padahal ia yakin sang atasan sudah sangat lelah. Bayangkan saja pekerjaan seharian ini, apalagi masih banyak yang belum terselesaikan. Isi kepala sang atasan pasti begitu banyak. Zero melarang Eka untuk memesan makanan, tapi Zero tidak kunjung keluar dari mobil. Apa sebenarnya tujuan mereka ke sini? Eka jadi bertanya-tanya. Tapi ia tidak berani bertanya dan memilih menyibukkan diri dengan tab. Selagi ada waktu luang, lebih baik mengangsur-angsur pekerjaan. Tatapan Zero mengarah ke gerai makanan. Ia tidak bosan sama sekali seakan-akan apa yang ia lakukan begitu menyenangkan. Tapi tidak ada yang bisa melihat, bahwa hati Zero berdebar-debar tidak tentu arah. Entah kenapa, ia juga tidak tahu. Eka melirik sang atasan dari kaca spion depan. Rasa penasarannya semakin menjadi-jadi, apalagi mereka sudah menunggu sampai satu jam. Bisa saja yang tadinya tidak lapar menjadi lapar karena menunggu. "Kenapa?" tanya Zero ketika Eka tertangkap basah melihat dari kaca spion depan. "Ti-tidak ada apa-apa, Pak." Eka menjawab dengan penuh kegugupan. "Kamu lapar?" "Tidak, Pak." "Bosan?" Eka lagi-lagi menjawab tidak. Walaupun ia sedikit bosan, tapi ia tetap akan menjawab tidak. Zero kembali menatap gerai makanan. Lama kelamaan gerai itu sepi. Sudah waktunya tutup karena jam menunjukkan pukul sebelas kurang lima belas menit. Zero tersenyum tipis. Kali ini ia pasti akan bertemu dengan Salsabila. Sebenarnya kalaupun bertemu, Zero tidak akan menghampiri. Ia hanya akan melihat dari jarak jauh. Setidaknya memastikan jika Salsabila baik-baik saja, itu sudah lebih dari cukup. Jika Zero menghampiri Salsabila, nanti ia dikira punya pikiran buruk. Zero keluar dari mobil. Eka bertambah bingung. "Gerainya sudah tutup, Pak." Ia mengingatkan sang atasan. "Saya tau, kamu tunggu disini." "Baik, Pak." Eka menjawab dengan suara pelan. Sepertinya ia sudah kelewatan untuk mencampuri urusan sang atasan. Zero melangkah mendekati gerai. Ia tidak ingin kehilangan jejak Salsabila. Para karyawan mulai keluar dari gerai. Zero pura-pura sibuk sendiri dengan bermain ponsel. Kening Zero berkerut, kenapa Salsabila tidak terlihat? Padahal Zero sudah menunggu cukup lama. Apa hari ini ia tidak masuk lagi? Zero mulai khawatir. Pikiran bahkan mengarah kemana-mana. Daripada penasaran tidak jelas, Zero memilih untuk bertanya. Mungkin ia cukup berani, tapi ia tidak ingin pulang tanpa membawa apa-apa. Setidaknya ia harus tahu apa Salsabila masuk atau tidak. "Maaf, Mbak." Zero memanggil salah satu karyawan. "Eh iya." Terlihat karyawan tersebut tampak kaget dan bingung secara bersamaan. "Ada apa, Mas?" tanyanya. Zero langsung bertanya tanpa basa basi. "Apa Salsabila masuk kerja?" "Mas siapa ya?" Tentu saja perempuan yang ditanyai oleh Zero tidak langsung menjawab. Takut saja kalau orang punya niat jahat. Padahal dari wajah Zero tidak terlihat ada tampang-tampang jahat sama sekali. Pertanyaan yang sangat sulit Zero jawab. Tapi ia sudah terlanjur basah, lebih baik menyebur sekalian. "Saya teman dosen di kampus Salsabila," jawab Zero. Ia tidak bohong bukan? Zero memang teman Zia yang merupakan dosen di kampus Salsabila. "Oh begitu. Maaf kalau saya lancang bertanya." "Tidak apa-apa." "Salsabila tidak bekerja disini lagi." Zero sedikit kaget. Pantas saja sebelumnya ia tidak bisa melihat Salsabila disini. "Kenapa?" tanyanya. Karyawan itu memberi penjelasan jika alergi Salsabila bertambah parah. Dokter menyarankan agar Salsabila tidak bekerja sebagai pencuci piring lagi. Zero bernafas lega. Setidaknya Salsabila mengikuti saran dokter. Kalau nanti sudah terlanjur sangat parah pasti berbahaya sekali. Zero langsung pergi setelah mengucapkan terima kasih. Ia masuk ke dalam mobil dan menyuruh Eka untuk segera menjalankan mobil. "Antar saya dulu, nanti kamu bawa mobilnya pulang." "Baik, Pak." Diperjalanan Zero tidak sadar tertidur. Ia sangat lelah sekali. Eka hanya bisa tersenyum miris. Ia harap sang atasan bisa menjaga kesehatan. Saat mobil sudah sampai dirumah, Zero langsung membuka mata. Ia seakan bisa memprediksi kapan membuka mata. "Terima kasih," lirih Zero dengan suara pelan. Eka hanya mengangguk. Inilah yang ia suka dari sang atasan. Meskipun Eka hanyalah bawahan tapi Zero tidak pernah lupa mengatakan terima kasih dan tolong. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas lewat. Zero langsung membersihkan diri. Ia tidak langsung tidur dan memilih menyalakan laptop. Ada beberapa yang ingin ia lihat. Tapi saat membuka email, ada begitu banyak pesan masuk. Email yang terhubung sebanyak empat akun. Zero melihat pesan dari akun yang jarang ia gunakan. Disana ada pesan baru dari nama yang mampu membuat Zero tersenyum. Tubuh yang tadinya lesu langsung semangat. Ternyata tidak butuh waktu lama, proposal penelitian untuk mendapatkan beasiswa langsung dikirim oleh Salsabila. Ia menjadi orang pertama. Bahkan waktu dari beasiswa diumumkan sampai hari ini hanya berselang satu minggu saja. Membuat proposal penelitian tidaklah mudah. Zero membuka emaill dari Salsabila. File yang dikirim langsung Zero buka. "Wow," ucap Zero melihat proposal tersebut menggunakan bahasa inggris. Padahal tidak ada ketentuan harus menggunakan bahasa inggris. Tapi hal ini sangat-sangat menarik sekali. Zero membaca dengan teliti. Sepertinya apa yang Zero bahas di seminar beberapa waktu yang lalu mampu membuat Salsabila mengangkatnya menjadi sebuah penelitian. Setiap kali selesai membaca satu persatu paragraf, Zero tersenyum dengan begitu lebar. Pesona wanita cerdas tidak main-main. Zero kembali jatuh hati dan entah sudah berapa kali. Proposal penelitian belum sempurna tapi ide yang diberikan dan dituangkan sudah sangat luar biasa. Saking excitednya, Zero malah membalas email itu ditengah malam begini. To : Salsabilaputri1@gmail.com Terima kasih sudah mengirim proposal penelitiannya. Saya sudah melakukan review. Mohon maaf, Ada beberapa yang harus direvisi. Silahkan lihat file dibawah ini. Pesan balasan sudah terkirim. Tetapi ada file lain yang dikirim oleh Salsabila. Zero mengerutkan kening dan ia langsung membukanya. Ternyata file itu berisi Cv Salsabila. Padahal Zero tidak meminta sama sekali. Tentu saja Zero sangat senang. Dia tidak perlu susah-susah mencari informasi Salsabila. Ia langsung membacanya. Bahkan senyum Salsabila difoto itu terlihat sangat nyata sekali, seperti hidupnya baik-baik saja. Padahal kenyataan tidak demikian. Sedang asik membaca Cvnya, pesan dari Salsabila malah masuk. Zero kaget, apa ia tidak tidur? Padahal jam hampir menunjukkan pukul satu malam. From : Salsabilaputri1@gmail.com Baik, Pak. Saya akan melakukan revisi secepatnya. Maaf sebelumnya, Pak. Saya ingin bertanya, apa Bapak yang membayar biaya kuliah saya pada semester ini? To : Salsabilaputri1@gmail.com Ya, benar Tidak ada balasan lagi. Zero harap Salsabila sudah tidur. Zero pun memilih untuk tidur. Walaupun ia tidak melihat Salsabila beberapa hari ini, tapi ia bisa berkomunikasi dengan Salsabila. Itu sudah cukup.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD