Aru melepas pangutannya, ia memandang Ajeng. Wanita itu mengatur nafas sama seperti dirinya. Ia lalu mengecup kening itu dengan segenap perasaannya. Ajeng merasakan kecupan Aru di keningnya. Ajeng melepaskan diri dari pelukkan Aru dan melangkah menjauh. Ia tidak percaya apa yang ia lakukan. Ia sudah menjadi wanita bodoh yang melakukan kepada laki-laki baru dikenalnya. Ajeng memilih duduk di sofa, ia mengambil tisu mengusap bibir. Oh tidak, apa yang telah ia lakukan semua di luar kendali. Ciuman itu masih membekas diingatannya. Oke, ini bukanlah pertama kali ia berciuman. Bahkan ia sudah melakukan bersama mantan-mantannya terdahulu. Ajeng menjauhi Aru karena ia ingin menenangkan debaran jantungnya. Ajeng tidak akan menyalahkan Aru dalam kecupan ini, karena ia juga membalasnya. Ia a