Love at First Sight

1641 Words
Kedua bola mata cokelat terang, alis tebal, hidung mancung, rahang terpahat begitu indah dengan bulu-bulu halus di bagian dagu serta rambut sedikit berantakan, tubuh tinggi menjulangnya dibalut dalam pakaian santai sukses membuat tatapan Xavera terkunci di satu titik. Wanita itu bahkan enggan beranjak dan tangannya memilih melingkar di bagian yang keras dan bidang itu. Senyum manis wanita bergincu cokelat muda itu tersungging di dalam dekapan seorang pria asing memakai T-shirt berwarna hitam. "Hei, apa yang kau lakukan. Pergi sana! Sh1t, lepaskan aku!" hardik seseorang pemuda asing pada Xavera. Lengan Xavera yang mendekap erat tubuh orang asing itu dilepas paksa begitu saja oleh sosok pria yang diklaim sebagai jodohnya. "Are you crazy? Siapa kau ini? Sembarangan memelukku. Pergi sana!" usir pria berkaos hitam itu pada Xavera dengan tatapan mata penuh kekesalan. Xavera tersadar dan membelalakkan kedua bola mata lalu mendengkus tidak percaya dengan ucapan seseorang yang berdiri di depannya. 'Kaku banget bahasanya, kayak kanebo kering,' batin Xavera. Akan tetapi, suara kecil berasal dari hatinya memadamkan rasa tersindir dengan ucapan kasar yang keluar dari mulut pria asing itu. Xavera malah tersenyum lebar seperti orang bodoh memandang takjub wajah bak pangeran yang tiba-tiba jatuh dari langit untuknya. "Kamu jodoh aku, gimana aku mau pergi kalo jantungku sudah degeun degeun sama kamu," kata Xavera tanpa malu. "What! Oh, Lord! Bicara apa kau ini, Tante. Lepaskan saya!" kata pria muda itu yang sukses seketika membuat Xavera melepaskan pelukannya lalu mengubah ekspresinya dengan memberi tatapan tajam pria itu. "Tante?! Hei! Gue gak setua itu untuk jadi tante lo, Babe! Kita lebih cocok jadi pasangan sehidup semati," ucap Xavera mulai menggila. Xavera begitu baik dalam memainkan ekspresi wajahnya, dalam hitungan detik dari raut kesal berubah menjadi manja serta menggoda kembali. Ia seakan kehilangan kesan wanita tegas dan angkuh ketika bertemu sosok pemuda asing berwajah tampan itu. Pria muda itu memejamkan mata dan menggeram kesal. Ia memilih melangkah melewati Xavera dan hendak masuk ke dalam kafe yang baru saja wanita itu tinggalkan. "Babe, kamu mau ke mana? Tunggu aku!" Xavera mengeekor dan secara tidak sadar ia masuk lagi ke dalam kafe di mana ada Kellan yang harus ia hindari. Bahasa Xavera pun ikut campur aduk karena begitu kakunya kata-kata yang dipakai oleh pria muda yang kadar ketampanannya ala bad boy-bad boy di n****+. Xavera meyakini jika pria muda kinyis-kinyisnya itu adalah pria dari negara asing, bukan asli warga Indonesia. Lagi-lagi Xavera tanpa sengaja menabrak pria itu, tapi kini bagian punggung, bukan dad4nya karena pria itu berhenti mendadak tanpa aba-aba. Xavera mengelus hidung mancungnya yang terasa sedikit nyeri. Kepala wanita itu mengintip sedikit untuk mencari tahu kenapa berondongnya berhenti mendadak. Tak ayal, kedua bola matanya melebar kembali melihat sosok yang berdiri menjulang seolah sengaja menghalangi langkah pria muda yang berjalan di depan Xavera. Tatapan tajam bak laser pembasmi jerawat di salon kecantikan diberikan oleh Kellan ke arah pria muda itu. Keduanya beradu pandang. "Minggir, kamu menghalangi jalan saya," kata Kellan penuh penekanan. Pria muda yang tidak bisa dideteksi ekspresinya oleh Xavera, hanya diam bergeming sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam celana jeans hitam robek di bagian lutut yang ia pakai. "Kamu gak ngerti bahasa minggir? Dasar anak muda kurang ajar," ketus Kellan mulai terpancing emosi karena sikap pria di depannya. Pria muda itu menoleh ke belakang, tepat ke arah Xavera. "Apa yang dia katakan? Apakah dia meminta saya untuk menyingkir?" kata pria itu dalam bahasa Inggris pada Xavera. Bukannya memberikan jawaban, tapi Xavera malah melingkarkan lengannya dengan cepat ke lengan pria muda tampan itu dan sedikit menariknya ke belakang memberi celah agar Kellan bisa melewati mereka. “Baby?!” Kellan terkejut mendapati Xavera yang ternyata ada di belakang pria muda itu. Tubuhnya tertutupi sehingga Kellan tidak begitu menyadari keberadaan wanita cantik yang meninggalkannya begitu saja. "Baby balabala, kenapa kau tiba-tiba pergi? Aku sudah memberi tahu pada temanku kalau kau akan membuka frenchise, besok ia akan datang ke kantormu untuk menjelaskan persyaratannya," ucap Kellan antusias saat melihat Xavera. Ekspresi Kellan mendadak berubah seakan ingin menelan Xavera hidup-hidup dan pria muda di hadapannya saat melihat lengan keduanya bertaut satu sama lain. "Siapa dia? Kenapa kamu peluk lengannya kayak gitu? Apa dia-keponakan kamu?" tanya Kellan dengan nada bicara kesal bercampur marah pada Xavera. Xavera memutar bola mata malas. Wanita itu sengaja menyandarkan kepala pada lengan pria muda yang tidak ia ketahui namanya itu. "Ini pacar baru aku. Jadi, stop ngikuti aku atau ngeganggu aku lagi, okay!" kata Xavera sukses membuat Kellan sedikit oleng dan melotot tidak percaya. Pria muda itu sendiri hanya berdiri tanpa berucap satu patah kata pun, mengamati kedua orang yang sedang beradu argumen satu sama lain tanpa ingin melepaskan pelukan di lengannya yang dilakukan oleh wanita yang tidak kenalnya. Kellan terkekeh setelah beberapa detik terkejut, "leluconmu sama sekali tidak lucu. Berhentilah berbohong. Aku sangat mengetahuimu, kau tidak mungkin menyukai pria muda seperti ini," ejek Kellan sambil tertawa menatap Xavera dan pria muda itu bergantian. Xavera melotot marah kearah Kellan yang bersikap seolah mengetahui dengan pasti apa yang disukai dan tidak disukainya. Wanita itu benar-benar harus melepaskan diri dari pria saiko seperti Kellan. Ia memang mata duitan, tapi tidak menerima semua pemberian pria yang tidak masuk akal seperti yang Kellan berikan. Satu kecupan diberikan Xavera di sudut bibir pria muda itu membuat Kellan dan pria itu menoleh horor ke arah Xavera. 'Anjir! Bibir laknat ini tau aja sama cowok ganteng, nyosor kayak angsa. Gak ada akhlak, tapi kok jadi pengen nambah lagi,' pikir Xavera konyol. Kedua pria itu tetap menatap Xavera dengan tatapan mematikan seolah ingin mencabiknya saat itu juga. Akan tetapi, Xavera memilih mengabaikan tatapan itu dan tetap melakukan tindakan nekat untuk kedua kalinya. Ia mengulang kembali mencium sudut bibir pria dalam gandengannya itu, seperti apa yang ia pikirkan sebelumnya. Sebelum sisi dajall Kellan muncul atau bahkan roh pria muda nan tampan itu kembali ke jiwanya, Xavera memilih menarik dengan tenaga kuda, tubuh pria asing itu agar mengikutinya berlari dari kafe untuk masuk ke dalam mobilnya. Bak kerbau dicucuk hidung, pria muda itu ikut berlari dan masuk ke dalam mobil Xavera terbirit-b***t mengikuti apa yang wanita itu lakukan. Aura kemarahan Kellan terasa membakar Xavera, untuk itu ia segera injak gas dari halaman parkir kafe, menculik si pria muda nan tampan bersamanya. "Xaveraaaaa! Fvck you!" teriak Kellan frustasi. "Aku gak akan ngelepasin kamu gitu aja. Bisa-bisanya kamu ciuman sama bocah, sedangkan aku gak pernah kamu cium selama kita pacaran," gumam Kellan emosi. Pengusaha kaya raya itu melangkahkan kaki dengan perasaan kesal, marah, kecewa dan penasaran menuju pelataran parkir, ia memilih untuk angkat kaki dari kafe itu setelah Xavera pergi meninggalkannya begitu saja. Lea dan dua pegawainya ikut menyaksikan drama antara dua pria dan satu wanita dari kaca kafe mereka, hanya bisa terdiam terpaku dan berakhir saling pandang sambil menggeleng. Mereka bertiga seolah sedang beradu akting dalam sebuah drama. Untung saja keadaan kafe saat itu hanya didatangi oleh beberapa orang saja dan mereka tidak begitu memedulikan keadaan di sekitar, jika keadaan sebaliknya, pasti drama cinta segitiga entah sama sisi atau sama siku milik Xavera sudah diabadikan oleh kamera jadul dan viral masuk ke Mak Lambe. *** Roh pria muda itu sudah kembali ke jiwanya. Pria itu menoleh Xavera dengan tajam seakan siap menyayat-nyayat seluruh bagian tubuh Xavera. "Stop!" Decitan rem mobil Xavera mendadak berbunyi. Untung saja mereka berdua sedang berada di jalanan yang cukup sepi, jika tidak-mungkin keduanya sudah berakhir di balik jeruji besi atau di balik papan yang gelap gulita. "Astaga! Kamu ini berdosa sekali, teriak-teriak begitu. Bikin jantungan, untung kita masih selamat," rutuk Xavera saat pria itu memerintahkannya berhenti tiba-tiba. "What are you doing! Dasar, Tante-tante crazy!" bentak pria itu. "Shut up! Don't call me, Tante!" Xavera balas membentak. "I'm not your Tante, understand! I'm your destiny. We're soulmate." sambung Xavera sambil mengisyaratkan pertautan antar jari telunjuk kanan dan kirinya menjadi satu. Pria muda itu menggosok wajah kasar dengan kedua telapak tangan lebarnya. "GOD! Apa kau baru saja keluar dari rumah sakit jiwa? Kau mengalami gangguan jiwa? Kau mengklaim saya sebagai jodoh, mengatakan saya pacar, mencium saya sembarangan dan sekarang kau menculik? Apa kau masih waras? Banyak sekali tindakan kriminal yang kau lakukan kepada saya," ketus pria itu. Xavera bereaksi seolah wanita itu tidak melakukan tindakan yang merugikan apa pun dan membalas enteng rentetan makian pedas yang keluar dari pria muda di sebelahnya. “Aku bukan lulusan rumah sakit jiwa. Aku sangat waras mangkanya bisa ngelakuin semuanya ke kamu. Aku rela terpenjara di dalam hatimu selamanya,” jawab Xavera dengan cengiran lebar di bibirnya. Wanita itu bahkan dengan beraninya mengedipkan sebelah mata, mencoba menggoda. Xavera mengulurkan telapak tangannya ke depan tubuh pria asing itu. "Aku Xavera Grizelle, masih muda mempesona." Xavera memperkenalkan dirinya. "Nama kamu siapa, Babe?" tanya Xavera. "Tezza," jawab pria itu cepat, mengabaikan uluran tangan Xavera. Wanita itu bukannya marah, tapi malah tersenyum penuh kemenangan. Sambil mengurut pelipis, pria bernama Tezza itu membuka pintu mobil dan melangkah ke luar membuat Xavera terkejut bukan kepalang. "Eh, jodoh mau ke mana?" pekik Xavera. Baru saja wanita cantik itu ingin menyusul Tezza, tiba-tiba pintu bagian penumpang terbuka lagi. "Dengar, Tante Xavera. Mulai sekarang, jangan ganggu hidup saya lagi. Jangan ikuti saya." Tezza memberi peringatan tegas. Pria itu membanting pintu mobil Xavera dengan kencang, sukses membuat si empunya mobil terkejut dan menggerutu, "belom lunas ini cicilannya, woi! Astaga!" Lagi-lagi, saat Xavera ingin turun dan mengejar Tezza, kedua bola mata wanita itu menangkap bayangan Tezza yang sudah memasuki salah satu taksi di belakangnya dan memutar balik. Xavera menghela napas berat. "Gue yakin, kalo jodoh pasti ketemu lagi. Kalo gak ketemu, yah, gue cari nanti sampe dapet," gumam Xavera melihat taksi yang membawa Tezza pergi menjauhi mobilnya. "Seumur hidup sudah tiga puluh tahun, gue baru kali ini ngerasain love at first sight. Gil4, jantung gue berdebar-debar kencang kayak ditagih utang. Fix, sih ini. Tezza adalah jodoh gue yang baru netas. Gue yakin itu." Xavera bermonolog sambil mengelus-elus dagunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD