Frustasi

1517 Words
Kellan duduk dengan gelisah di sofa ruang kerjanya sambil melepas dasi yang tiba-tiba terasa mencekik leher. Adegan Xavera mencium bocah kecil ah-tidak pria muda itu begitu mengusik perasaannya. Bagaimana tidak? Ia sudah hampir dua bulan menjalin hubungan dengan wanita itu dan sama sekali tidak diizinkan untuk menciumnya meskipun di pipi. Xavera hanya menyodorkan telapak tangannya, pengganti ciuman mesra. Sangat tidak masuk akal. Kellan memukul kuat lengan sofa melampiaskan kekesalannya. Lagi pula, hanya dalam hitungan jam, tidak mungkin wanita itu sudah mendapatkan pengganti dirinya yang masuk dalam golongan pria tampan sempurna yang menjadi incaran para wanita. Kellan berusaha keras belajar menyenangkan pasangan dari aplikasi toktok. Bertemu Xavera membuat Kellan mengubah pemikirannya untuk segera menikah dan berumah tangga. Usianya sudah tidak muda lagi, ia tahun ini berusia tiga puluh empat tahun. Begitu cocok dengan Xavera yang tahun ini menginjak tiga puluh tahun. Rasanya akan sangat bodoh jika dirinya melepaskan wanita seperti Xavera. Dari segi penampilan, wanita itu begitu memesona dengan segala pakaian anggun dan berwibawanya, sedangkan fisik tidak perlu diragukan lagi kesempurnaanya. Jika wanita itu terjun dalam dunia Entertaiment, tentu saja akan banyak sekali PH yang menawari Xavera pekerjaan. Dua hal itulah yang membuat Kellan tidak bisa berpaling dan melepaskan begitu saja Xavera dari status kekasih. Xavera akan membantunya memperbaiki garis keturunan. Kellan akan mencari cara agar wanita itu kembali lagi ke dalam pelukannya. "Terus awasi Xavera, jangan sampai dia terluka," ucap Kellan dalam sambungan teleponnya. Pria itu menghela napas sesaat setelah mematikan sambungan teleponnya. “Ck! Si4l. Siapa pemuda itu. Enak banget, udah ngerasain sosoran mautnya Xavera. Gue—udah hampir dua bulan, cuma disuruh cium tangan aja. Ya Tuhan, kenapa wanita ini ribet? Dikasih enak, dimanjain pake barang-barang mewah malah nolak,” “Enggak! Gue yakin ini Cuma trik Xavera aja buat gue ngejer dia. Wanita ‘kan suka tarik ulur begitu. Astaga! Urusan cinta jauh lebih ribet dibanding akusisi perusahaan,” gerutu Kellan sambil menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal. "Xavera, lo sukses membuat gue uring-uringan!" gumam Kellan. Pria itu memilih untuk melanjutkan pekerjaannya dan melupakan sejenak persoalan percintaannya. Ia akan kembali bergerak jika semua pekerjaannya telah diselesaikan. *** Tezza menghentikan taksi yang kebetulan lewat di depannya dan mengarahkan sopir ke sebuah kafe yang sebelumnya ia datangi. Motornya masih tertinggal di sana, ia baru saja menjadi korban pelecehan dan penculikan seorang wanita seksi. 'Apa wanita itu punya gangguan mental? Kenapa hari ini saya sial sekali.' pikir Tezza. Taksi berhenti di halaman kafe dan Tezza segera turun lalu berjalan menuju motor sportnya terparkir. Tezza memandang keadaan kafe yang masih cukup sepi seperti ia datang pertama kali tadi karena ini memang masih waktunya orang-orang bekerja dan siang hari. Pria muda itu sudah tidak memiliki keinginan lagi untuk minum kopi dan duduk-duduk santai, ia memilih segera pergi dari sana dan kembali ke rumahnya sebelum ia melakukan aktivitas lainnya. Minatnya menguap begitu saja karena kejadian yang baru saja menimpanya. Tezza melajukan kendaraan motor sportnya membelah jalanan ibu kota yang ramai. Sepanjang perjalanan, kilasan tentang kejadian yang beberapa menit lalu terjadi membuatnya menggeleng. "Pulang ke Indonesia ternyata membawa malapetaka. Drama apa yang sedang dijalani oleh wanita itu. Benar-benar dia sudah kehilangan otaknya," gumam Tezza. "Kenapa saya harus menyebutkan nama ketika dia bertanya. Benar-benar bodoh, Tezza. Semoga tadi adalah terakhir kali saya bertemu dengan wanita agresif, weird dan mengerikan seperti dia. Sangat memusingkan dan berisik." Tezza terus menggerutu sendiri tanpa sadar. "Jika bukan suatu kewajiban. Saya lebih baik tidak datang ke Indonesia." Tezza memacu lebih kencang gasnya agar lebih cepat sampai ke rumah dan mendinginkan tubuhnya di dalam ruangan ber-AC. *** Xavera bersiul sepanjang jalan menuju kantor. Wanita itu memilih untuk kembali ke kantor dibanding pulang ke apartemennya yang sepi, sunyi, tidak ada tanda-tanda kehidupan selain dirinya. Wajah Xavera terlihat begitu berseri dan juga lebih ceria. Hari ini, ia merasa mendapatkan jackpot dalam hidupnya. Bisa merasakan suka pada seseorang pria saat pandangan pertama mereka berjumpa. Biasanya, Xavera harus melewati proses pendeteksian beberapa waktu untuk bisa menjalin hubungan dengan seorang pria. Ia harus memperhatikan setiap detail persyaratan yang ia buat sendiri saat didekati oleh pria asing yang akan menjadi kekasihnya, jika kurang satu saja, pria itu akan masuk daftar hitam Xavera dan ia tinggalkan begitu saja, seperti Kellan contohnya yang paling baru. Berbeda dengan Tezza, pertemuan tidak sengaja dengan pria itu langsung berhasil menyita seluruh perhatian dan perasaannya. Getaran-getaran cinta terasa nyata saat mereka saling menyentuh satu sama lain. "Tezza, namanya unik. Alis tebal, hidung mancung, bibir cipokable, otot bisepnya ulalah, tatonya bikin makin macho. Perfect! Ini fisik cowok yang gue idam-idamkan," seru Xavera sambil tersenyum lebar mengingat wajah Tezza. "Dia juga kayaknya dingin-dingin empuk, makin tertantang gue kalo begini. Cowok bad boy ala n****+-n****+ yang suka gue baca. Udah, fix! Pokoknya dia jodoh gue yang harus gue kejar," "pers3tan dengan umur. Gak akan mati juga kayaknya gue kalo pacaran sama berondong. Dia daun muda yang bakal bikin gue awet muda. Anjirr! Gue harus dapetin informasi tentang dia. Harus!" Tekad Xavera mencengkeram kuat stir mobilnya. "Tuhan, kalo dia jodohku, tolong pertemukan kami lagi. Kalo dia bukan jodohku, pokoknya ketemuin juga. Aku maksa nih." Xavera kembali bermonolog lalu terkekeh sendiri dengan doa sial4nnya. Ia berharap Tuhan mengabulkan doanya sesegera mungkin. *** Sudah dua hari terakhir, ruangan kerja Xavera dipenuhi oleh buket bunga dan makanan-makanan sehat yang dikirimkan oleh Kellan. Pria itu begituh gigih dan mengabaikan ucapan Xavera untuk putus serta masih bertindak sebagai pacar pada wanita itu. "Ruangan kamu lama-lama berubah jadi kantin dan toko bunga kalau begini terus," sindir CEO kantornya, Jonathan. Xavera hanya bisa tersenyum terpaksa tanpa bisa menjawab apa pun. CEO kantor Xavera adalah duda keren yang konon kabarnya menyukainya juga. Itu gosip yang beredar di grup Lambe kantornya. "Norak sekali pacarmu itu," kata Jonathan melihat bunga-bunga di dalam ruangan Xavera. "Mohon maaf, Sir. Dia bukan pacar saya lagi. Saya juga sudah memperingatkan dia agar menghentikan semua kiriman yang serupa dengan ini," kata Xavera memberitahu. Jonathan adalah pria keturunan Lebanon dan berdarah Jerman. Pria itu sering kali memberi perhatian penuh atas apa yang dikerjakan oleh Xavera. Pimpinan perusahaan yang sering berbincang dengan Xavera dibanding pegawai lain yang kedudukannya setara dengan wanita cantik itu. Jonathan terlihat hanya mengangguk sekilas dengan ekspresi wajah tidak senang menatap isi ruangan Xavera. "Bagaimana penjualan kita minggu ini? Apa ada kenaikan?" tanya Jonathan mengalihkan pembicaraan mereka. Wanita cantik itu bersyukur saat CEO tampannya itu menyadari jika topik pembahasan mereka kurang nyaman dan beralih membahas tentang pekerjaan. Xavera mendesah lega dan menatap Jonathan dengan tatapan layaknya CMO yang profesional. "Tentu saja. Penjualan minggu ini grafiknya naik dari 30% menjadi 45%, tidak begitu signifikan, tapi saya akan pastikan akhir bulan target penjualan kita akan melewati batas, Sir. Jangan ragukan kemampuan saya dalam mendidik tim saya. Mereka semua sudah teruji kompeten dan begitu bersemangat tinggi," kata Xavera penuh percaya diri. Wanita itu tersenyum lebar. Ia memang sangat mendedikasikan dirinya dalam pekerjaan. Xavera terkenal dengan label wanita pekerja keras dan sangat profesional serta cekatan. Ia bahkan mampu melahirkan beberapa inovasi baru untuk mempromosikan produk perusahaannya. Mobil edisi baru bahkan laku terjual puluhan hanya dalam waktu dua minggu. Semua berkat kepiawaiannya dan juga tim hebat dibawah asuhannya. "Amazing! Kamu selalu bisa membanggakan perusahaan ini. Saya bisa memberimu bonus lebih tinggi jika akhir bulan nanti penjualan bisa melewati target. Kamu memang luar biasa, Xavera," puji Jonathan dan sukses membuat Xavera tersenyum bangga mendengarnya. Ada jeda keheningan di antara keduanya. Xavera pikir pimpinannya itu akan segera angkat kaki dari ruangannya, tetapi duda keren itu masih setia berdiri menatapi isi ruangan Xavera. "Apa nanti malam kamu ada waktu luang? Bagaimana kalau saya traktir kamu makan malam," tanya Jonathan mencoba merayu Xavera. Alarm bahaya seolah berdering keras di dalam kepala Xavera membuat wanita itu harus secepat mungkin memikirkan alasan untuk menolaknya. Ini bukan kali pertama, CEO-nya itu mengajaknya makan malam. Di awal-awal, Xavera merasa tidak enak hati untuk menolak, tapi ternyata makin ke sini, semakin sering dan ia tidak ingin menjadi bahan gosip seluruh pegawai di kantornya. "Seperti biasa, saya tidak bisa, Sir. Malam ini, saya akan sibuk mengerjakan laporan untuk rapat lusa nanti," jawab Xavera cepat dan tegas. Raut wajah Jonathan mendadak lesu. Lagi-lagi, pria itu harus menerima penolakan pegawai cantiknya yang begitu sulit di dekati. "Ya, ya, baiklah. Silakan kerjakan laporanmu. Saya sudah kebal dengan penolakan yang kamu lakukan. Kembalilah bekerja." Jonathan segera meninggalkan ruangan kerja Xavera. Xavera duduk kembali ke kursi kebanggaannya lalu ia melirik smartphone berkamera boba miliknya. Wanita itu menyalakan layar dan seketika kedua bola matanya terbelalak dikejutkan oleh satu baris pesan kiriman Kellan yang sukses membuat jantungnya seolah berhenti berdetak seperkian detik. Mobil baru sudah otw ke kantormu. Jangan lupa dipake ya, Baby bala-bala. love you "Ya Tuhan, apa gue booking aja salah satu kamar di rumah sakit jiwa. Kayaknya gue udah mulai gil4 ngadepin laki-laki kayak Kellan yang kelakuannya kayak dajall, bikin ngeri-ngeri sedap," gumam Xavera frustasi. “Kenapa dia gak ngerti banget sih kalo udah gue tolak? Gil4! Gue belom pasang susuk aja, ini para jantan kenapa susah move on mana pada lengket semua sama gue. Ah—pesona gue emang gak bisa diabaikan begitu aja.” Xavera mematut wajahnya pada cermin kecil yang baru saja ia ambil dari laci meja kerjanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD