Selama perjalanan ke rumah kita tidak bicara sedikit pun. Dinginnya malam membuat bibir bergetar. Gue rasa Radit juga mulai menggigil terasa dari kecepatan motornya yang berkurang. “Thanks, ya, Dit sudah antar gue pulang. Ini jaket lo.” Gue melepas jaket Radit dan ia menerimanya. “San, sebenarnya gue….” Radit tidak melanjutkan ucapannya. Ia terdiam lalu kembali mennghidupkan motor. “Lo mau ngomong sesuatu?” “Iya, tapi nggak jadi. Lo masuk sana angin di luar semakin kencang dan hawa semakin dingin. Entar lo sakit,” ucap Radit lalu menjalankan motornya masuk ke halaman rumahnya. Kami saling berpandangan sebelum akhirnya masuk ke rumah masing-masing. Apa jangan-jangan Radit suka sama Santi? Pikiran itu terus munc