PART. 7

926 Words
"Maaf Om.... " "Aku tidak perlu maafmu, lakukan sesuai perintahku!" "Baik Om." Renata terpaksa harus membagi perhatiannya, antara rasa nikmat yang ia dapat, dengan memperhatikan apa yang diucapkan, dan Reno inginkan. Reno berlaku bak guru bagi Renata, ia yang mengarahkan Renata harus berbuat apa. Renata menurut saja, mengikuti setiap instruksi yang Reno berikan, meski terkadang itu membuat wajahnya merah, karena merasa malu. Tapi, Renata berusaha menahan rasa malunya, ia tidak ingin Reno memarahinya. Reno berulang kali menyebut namanya, saat ia menciumi Reno. Belajar untuk membakar gairah di tubuh Reno, dengan sapuan lidahnya, kecupan bibirnya, dan usapan tangannya. Dan, juga goyangan pinggulnya, untuk mengimbangi gerakan pinggul Reno yang berusaha membawa mereka berdua kepada titik tertinggi sebuah kenikmatan dunia. Akhirnya Reno menghempaskan tubuhnya di samping Renata, ia puas karena Renata cukup cepat menanggapi apa yang ia inginkan. Tubuh mereka berdua mengkilat oleh keringat, napas mereka terdengar memburu. Renata tak bisa lagi membuka matanya, tubuhnya diam tak bergerak, hanya dadanya yang turun naik untuk bernapas. Mulutnya sedikit terbuka, kedua kakinya masih mengangkang. Tampaknya Renata teramat sangat lelah, sehingga tak mampu lagi bergerak. Mereka saling diam, Reno juga memejamkan mata, ia ingin tidur barang sejenak. Melepas penat tubuhnya, yang sudah bekerja di kantor, dan juga harus berusaha untuk memperoleh keturunan, seperti keinginan ibunya. Hanya sesaat Reno terpejam,  di tolehkan kepala, dilihatnya Renata masih memejamkan mata. Reno tak berniat membangunkan, dan meminta Renata pindah kamar. Reno turun dari atas tempat tidur, ia membersihkan dirinya, lalu mengambil pakaian dari dalam lemari. Reno mengambil kopernya, lalu mengisi kopernya dengan beberapa lembar pakaian. Ia akan ke Jakarta besok, karena ada yang harus ia urus di kantor pusat. Setelah semua yang ingin ia bawa sudah siap. Reno ke luar dari kamar. Ia ingin minum kopi sambil menikmati acara televisi. Sebelum ke luar kamar, ditatap Renata yang tertidur dengan tubuh polos tanpa selimut. Reno menghembuskan kuat napasnya. Ditarik selimut untuk menyelimuti tubuh Renata. Lalu ia beranjak menjauhi ranjang. "Om.... " Gumaman Renata membuat Reno menghentikan langkahnya, lalu ditatap lagi Renata. Mata Renata masih terpejam, namun bibir mungilnya mengukir senyuman. Reno membuang pandangannya, lalu bergegas ke luar dari dalam kamar untuk meneruskan niatnya, minum kopi, dan menonton televisi. **** Renata terbangun dengan tubuh terasa sakit semua. Ia membuka mata, dan menyadari kalau ini bukan kamarnya, melainkan kamar Reno. Tanpa sengaja, Renata menatap jam di dinding kamar Reno, ia terlompat bangun, saat melihat arah jarum jam yang menunjukan pukul 08.17 pagi. "Aku tidak sholat subuh, kenapa Om tidak membangunkan aku! Om ... Om!" Renata turun dari ranjang, ia segera mengenakan pakaiannya. Sambil berjalan ke luar kamar, digulung rambut panjangnya ke atas. "Non, sudah bangun." "Aku kesiangan Bik, aku tidak sholat subuh. Om Reno mana?" "Den Reno subuh tadi sudah berangkat ke bandara, mau ke Jakarta, ada urusan pekerjaan." "Kenapa tidak memberitahu aku?" "Katanya tidak tega membangunkan, Non Renata." "Haaahh, aku ingin mandi dulu, Bik." "Ya, Non. Sarapan sudah siap di meja makan, saya membereskan kamar Den Reno dulu." "Iya Bik, terima kasih." Renata masuk ke dalam kamarnya sambil menggerutu, karena Reno tidak membangunkannya untuk sholat subuh. Dan juga tidak memberitahu akan ke Jakarta. Renata berada di dalam kamar mandi di kamarnya, pakaiannya sudah ia lepas semua. Ditatap tubuh polosnya yang berada di dalam cermin. Reno meninggalkan banyak bekas kecupan di tubuh kecilnya. Tubuh kecil yang menurut Reno tidak membuatnya bernapsu. Renata menyentuh buah dadanya, terasa sedikit nyeri karena remasan tangan Reno yang besar. Apa lagi ujungnya, lebih nyeri lagi karena isapan Reno yang bak bayi tengah meminum asi ibunya. Renata membelakangi cermin, ditolehkan kepala untuk melihat bagian belakang tubuhnya. Ia yakin, dipunggungnya juga ada bekas kecupan Reno, karena mereka sempat bercinta dalam posisi Renata membungkuk, dan Reno menikamnya dari belakang. Renata merasa, tadi malam adalah percintaan yang sangat panjang, dan melelahkan. Renata kembali memutar tubuhnya. Diusap lembut perutnya, ia berharap bisa cepat mengabulkan keinginan mertuanya, untuk memberikan cucu darah daging Reno pada mereka. 'Apakah setelah aku melahirkan, kami akan berpisah?' Reno mencari rumah makan untuk makan siang setelah menyelesaikan beberapa urusannya di kantor pusat hari ini. Reno memasuki pintu sebuah rumah makan, diedarkan pandangannya ke sekeliling. Matanya tertumbuk pada dua orang wanita, keduanya ia kenal. Salah satu wanita itu, membuat hatinya bergetar, dan matanya berbinar. Dia, Alea Almadita, cinta matinya, mantan istri yang ia sangat sesali karena sudah menceraikannya. "Alea!" Kedua wanita itu menatap Reno. "Mas Reno!" Reno bisa merasakan, cinta untuknya masih terpancar jelas dari tatapan Alea. Mereka bercerai bukan karena ada masalah di antara mereka. Tapi, karena tuntutan ibu Reno yang Alea tidak bersedia memenuhinya. "Alea.... " mereka berjabatan, lalu saling kecup pipi. Teman Alea juga menyalami Reno. "Boleh bergabung?" "Tentu saja, kami juga baru datang." Reno duduk di hadapan Alea. "Apa kabarmu, Alea?" "Aku baik, Mas. Mas sendiri, aku dengar Mas baru melangsungkan pernikahan, benarkah?" "Jangan bahas hal itu, Alea. Kamu tahu betul bagaimana perasaanku." "Alea, itu Tio, dan Martin sudah datang, aku cari meja lain saja dengan mereka ya, tampaknya kalian butuh waktu untuk bicara berdua saja," pamit Dea, teman Alea. "Ooh, maaf ya Dea, aku jadi.... " "Tidak apa Mas Reno, aku mengerti. Silahkan kalian lanjutkan saja, aku bersama mereka saja." "Terima kasih atas pengertiannya, Dea." Ucap Reno. Reno menatap wajah cantik di hadapannya. Wajah yang tak pernah ia lepaskan dari benaknya. Wajah dari wanita yang sangat ia cinta. Dan, sudah membuatnya menyesal, karena sudah menjatuhkan talak tiga. "Perasaanku masih sama padamu, Alea. Pernikahanku, hanya sebatas untuk memenuhi keinginan ibu yang ingin mendapat cucu dariku. Cintaku tidak berubah padamu, hatiku masih tetap milikmu, meski tubuhku terpaksa aku serahkan pada orang lain. Aku mencintaimu.... " Reno menatap dalam mata Alea, Alea membalas tatapannya. "Akupun masih sangat mencintaimu, Mas.... " BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD