Sepuluh

2299 Words
‘’Aku harus segera pergi ke White House, Maggie. Dan aku tidak akan pergi ke sana dengan tangan kosong. Gimana menurutmu, apa yang sebetulnya sedang kita cari?’’ Maggie hanya bisa mengerling pada Cary Grant—dia baru saja diangkat menjadi direktur Central Intelligence Agency (CIA). Pertanyaan tersebut terkesan sulit sekali dijawab: pasalnya upaya yang dilakukan oleh CIA bersama FBI (Biro Investigasi Federal) selama minggu silam hanya memperoleh informasi yang sangat minim. Mereka saling terhubung melalui telepon dan meminta bantuan satu sama lain. Kerja kolektif antar lemaga yang diharapkan efisien sejak peristiwa 11 September tidak pernah benar-benar efisien seperti yang diharapkan, selain dikembangkannya Pusat Integrasi Penanggulangan Ancaman Teroris yang tempatnya terpisah beberapa kilo meter saja. Maggie cuma salah satu di antara sekian yang tahu lebih awal tentang masalah ini. ‘’Ya, kami masih belum mendapatkan pernyataan dari pihak yang bertanggung jawab atas serangan pada Senator Chow, yang jika dilihat dari masalahnya sendiri dan pada hubungannya sangat tidak lazim. Iran menyangkal keterlibatannya. Namun menurut pendapatku, kita tidak bisa begitu saja menerima pernyataan tersebut. Khususnya karena secara resmi mereka sudah mengumumkan akan memulai lagi program senjata mereka. Ketik terjadinya kedua peristiwa itu sangat bertepatan. Selain itu, mereka pun memiliki motif yang lebih besar daripada yang lain untuk menyingkirkan Senator. Bagi Iran sendiri, Senator Chow merupakan penentang mereka yang sangat keras tentang semuanya, mulai dari pengumpulan bahan nuklir hingga mengenai pelanggaran hak asasi manusia. Salah satu hal yang kita miliki adalah perkiraan identitas orang yang melaksanakan serangan itu, dan kita bisa mengaitkan dia secara langsung kepada Al-Arrazi. Aku telah mengirimkan memo tentang ini kepadamu.’’ Direktur Grant mengangguk. Bibirnya masih rapat. ‘’Bagiku masih sedikit susah dipercaya. Kenapa mereka begitu percaya kepada seorang warga negara Amerika sampai menempatkannya di dalam organisasi mereka begitu jauh?’’ ‘’Mungkin karena mereka sudah tahu tentang apa yang terjadi di Siria.’’ Grant memandang Maggie dengan serius. ‘’Kau bilang, identitas orang itu sudah diverifikasi oleh Flak. Sekarang di mana dia?’’ ‘’Dia baru saja kembali bergabung pagi ini. Dia tengah meneliti hasil pemeriksaan telepon selular dengan Davidson dan Naya sekarang.’’ ‘’Aku kira dia telah pension.’’ Deputi Direktur Maggie mengangkat pundaknya. ‘’Dia meletakka tanggung jawabnya sejenak. Aku kira dia juga tahu, bahwa itu bukan untuk seterusnya.’’ ‘’Awasi dia.’’ Grant memperingatkan. ‘’Aku telah membaca berkasnya dan aku tahu apa yang dilakukannya di Bosnia. Aku tidak ingin terkena publikasi yang buruk karena ulahnya, Mag.’’ ‘’Mengenai Bosnia tidak pernah terbukti, Sir.’’ Karena Direktur itu memandangnya dengan ragu, Maggie segera menyesali ucapannya. ‘’Atur dia sesuai garis, Maggie. Aku menghargai apa yang dilakukannya di sini, sama dengan yang lain. Namun kita musti mampu sepenuhnya mengendalikannya. Aku tidak ingin Komisi Pengawasan Senat mengacaukan pekerjaan kita karena dia, kau paham?’’ Maggie mengangguk takzim dan beranjak pergi. Namun Grant mencegahnya dan memintanya untuk duduk kembali. ‘’Ada satu hal lagi. Aku dengar kau memiliki seorang analis yang tengah bertanya mengenai Flak. Yang aku maksud yaitu analis yang namanya baru kau sebutkan tadi,’’ Maggie berupaya menekan rasa kejutnya, namun Direktur itu memperhatikan pandangannya yang terlihat meragukan dan tersenyum kecil. ‘’Ada alasan aku memperoleh jabatan ini, Maggie.’’ Maggie mengangguk. ‘’Naya Lawrence. Dia bersama kita selama empat tahun. Dia mendapatkan hak untuk melihat berkas personalia, dan aku memberikan berkas Flak padanya agar dia senang. Aku telah menyuruhnya supaya dia tidak menahan berkas itu selama mungkin, namun dia enggan mendengarkan. Dia keras kepala sekali.’’ Direktur CIA memikirkan jawaban Deputinya itu sedikit lebih lama. ‘’Jika menurutmu ada gunanya untuk menugaskan dia dalam kasus ini, pastikan agar dia menyibukkan diri dengan hal-hal yang ada hubungannya dengan kasus ini. Apa yang terjadi di Siria itu sama sekali tidak relevan. Para prajurit itu secara resmi sudah dinyatakan mati dalam suatu kecelakaan saat mengadakan latihan… Kita musti bisa bekerja sama dengan pihak militer dan apabila tentang pemalsuan informasi itu nanti terungkap dari pihak kita, mereka bisa bisa tidak lagi percaya dengan kita terhadap semua hal. Dan sejujurnya, aku tidak akan menyalahkan mereka,’’ tambah Grant. Maggie hamper menjawab saat pintu mahoni yang besar itu mendadak terbuka sedikit oleh seorang sekretaris. ‘’Maaf, Pak, namun anda pasti ingin menyaksikan televisi channel tiga. Ada sesuatu tentang Senator Chow. Wajah kedua orang itu terlihat bingung. Direktur Grant lekas menyambar remot control. Di layar televise segera tampak suatu komplek apartemen yang tinggi menjulang yang langsung dikenali oleh Maggie. ‘’Bagi anda yang baru saja bergabung denga kami, kami sedang berada di luar Apartemen Kennedy-Warren, suatu gedung tempat tinggal eksklusif di Connecticut Avenue, di mana para petugas Departemen Kehakiman sudah memperoleh jejak orang yang dicurigai memberikan informasi yang menyebabkan pembunuhan berdarah dingin atas diri Senator Chow minggu silam. Orang itu dikenal sebagai Michael Shakib. Seorang sfat pada kantor Kongres yang memiliki ikatan erat dengan komunitas Iran-Amerika.’’ ‘’Ya Tuhan!’’ Grant berteriak, suaranya mengalahkan suara penyiar yang sangat bersemangat itu. ‘’Bagaimana kita dapat terlewatkan dalam hal ini, Mag?’’ ‘’Kita mengharapkan FBI memberitahu kita mengenai perkembangan seperti ini, namun…’’ ‘’Sial!’’ Grant memaki. Satu sisi tangannya terletak di atas meja yang kosong. Sesudah beberapa saat, rona amarah itu surut dari wajahnya. ‘’Maaf, Mag, yang aku maksud bukan dirimu. Aku tahu mereka ingin mempermalukan kita.’’ Direktur CIA berpikir agak lama sebelum melanjutkan dialognya. ‘’Kau tahu, pekerjaan kita mungkin akan berjalan lebih baik apabila kita tidak terlalu menggantungkan diri pada mereka. Aku mengira hasil akhirnya tidak akan baik dengan adanya semua reporter berkumpul di sana. Oleh karena itu, kirimkan orang kita ke sana tanpa rebut rebut. Kirimkan Flak kalau itu maumu.’’ Maggie mengagumi pengendalian diri atasannya tersebut. Kalau diri kita dalam lingkaran pusat krisis ini. Apabila kita tidak tahu apa yang sedang terjadi, dengan mudah mereka dapat melemparkan kesaahan kepada kita.’’ Pembicaraan berakhir. Maggie meninggalkan ruangan itu secara diam diam, dia senang meninggalkan direktur CIA yang tengah menggerutu itu.   ***   Robert Flak mengendari BMW-nya dari Maine karena dia tidak mau bermasalah dengan kendaraan sewaan yang tidak nyaman selama tinggal di Washington. Dia menganggap keputusannya menggunakan mobilnya yang memiliki kekuatan mesin 4,4 liter itu sangat tepat saat menyusuri Connecticut Avenue. Dengan cepat dia mendekati terowongan Bundaran Dupontt. Dia lantas menekan telepon selulernya, kemudian dia tempelkan di kupingnya sambil dengan lincah menyelip di jalanan yang sibuk dengan satu tangan memegang setir. ‘’Aku paham betul, Mag. Hubungi orang yang bertugas di sana. Tidak perlu ribut rebut… Baik. Aku mengerti. Sekarang bicara lah pada gadismu.’’ Dia mengangsurkan teleponnya kepada Naya Lawrence yang pucat wajahnya, yang terpaksa membuka tangannya yang mengepal kuat kuat untuk menerima telepon itu. ‘’Jangan sampai mereka menyisihkan kau dari kalangan, Naya,’’ ucap Maggie. ‘’Kita perlu tahu apakah ini akan mengantarkan kita pada petunjuk selanjutnya. Shakin ialah suatu lubang, pasti kita akan terbawa ke suatu tempat. Tidak perlu cemas meskipun bukan kita yang pertama memperoleh ini, yang penting ialah apa yang akan kita lakukan setelah ini, paham?’’ DDO Maggie terdengar bicara dengan orang lain sejenak, lalu menambahkan. ‘’Telepon aku kalua sudah kau dapatkan rinciannya.’’ Sambungan telepon itu telah dimatikan sebelum Naya bisa memberikan jawabannya. Sebab Flak memindah persneling ke gigi empat dan menginjak pedal gas dengan keras, Naya melesak di tempat duduknya. Bilacaranya seperti ini, pasti mereka bisa mati jauh sebelum mereka bisa mencapai tujuan.   ***   Connecticut Avenue di luar apartemen Kennedy-Warren sudah penuh sesak dengan kendaraan pelayanan darurat, perlengkapan pemadam kebakaran dan beberapa sedan pemerintah tanpa tanda yang dibawa oleh petugas FBI ke tempat itu. Tumpukan es kotor mulai tertimbun di pelataran, dan aspal jalanan di bawah kaki mereka terasa begitu licin. Angin dingin menderu di antara kendaraan itu, membuat suhu terasa makin dingin. Flak mengira waktu itu suhu udara bisa jadi kurangdari tiga puluh derajat Fahrenheit dan dia mau membawa baju pelindung untuk menahan cuaca buruk yang bisa jadi akan lebih memburuk lagi. Naya melihat van angkutan Cheverolet yang tanpa tanda, panjangnya hamper sekitar delapan meter. Pintu belakang mobil itu dibuka dan Flak bisa dengan gampang melihat switchboard, papan pengatur di dalamnya dan sebuah pembangkit listrik dengan bahan bakar minyak. Kendaraan itu dijaga oleh orang-orang berbaju biru dan jaket anti peluru, masing-masing memegang senapan HK MP-10 di bahunya, kecuali beberapa orang yang membawa shotgun yang dilengkapi ruang peluru untuk tembakan beruntun. Orang-orang itu saling berbisik satu sama lain; sebagian dari mereka mengunyah permen karet dengan cepat, dan jemarinya mengetuk-etuk dengan tidak sadar kunci pelatuk senjata otomatis mereka. Mereka berupaya menyembunyikan wajah mereka yang tegang, tapi pada umumnya sia sia. Flak mengenali cara untuk melepaskan rasa tertekan itu dan langsung tahu kalua mereka itu mengharap pekerjaan mereka agar cepat selesai. Flak justr berharap mereka belum sampai menyelesaikannya. ‘’Apakah menurutmu mereka telah masuk ke dalam?’’ tanya Naya. ‘’Tuhan. Aku harap belm,’’ jawabnya sambil memperhatikan mobil televise yang tertahan jauh dari perimeter operasi. Piringan satelit sudah dipasang di atas atap kendaraan itu: ‘’Apabila orang itu sungguh telah berada di atas sana, dia bisa melihat semua yang kita lakukan. Situasinya telah begitu buruk saat ini.’’ Naya melihat seorang laki-laki hitam berwajah garang, postur tinggi besar dan menggunakan jaket biru FBI di atas kemeja putih dan celana gelap. Dia tengah berteriak kepada sekelompok agennya dan menunjukkan jarinya ke udara dengan penuh pengertian. Mereka saling bertatapan dan Naya berjalan ke arah orang itu. Flak mengikuti di belakangnya. Para agen yang lain membubarkan diri saat mereka mendekat. ‘’Naya, aku kira kau telah menyerah,’’ kata orang itu dengan nampak enggan. Sedang Naya hanya bereaksi tersenyum tipis, mengabaikan nada suara orang FBI itu. “Kelly Burke, ini Robert Flak. Kelly di sini adalah ASAC-FBI untuk lapangan Washington. Kenapa kami tidak mendengar mengenai semua ini?” Dia bertanya dengan ketus. Senyumannya sebelumnya mendadak lenyap. “Hai, kau telah mengatakannya sendiri. Aku hanya ASAC, Asisten Special Agent in Change; aku hanya membantu agen khusus yang bertanggung jawab; itu artinya hampir satu milyar orang menyuruhku melakukan ini itu. Bukan aku yang memutuskan apa yang harus kita sampaikan dan lakukan bersama lembaga yang lain,” jawab Kelly. Naya melihat sekitar. “Di mana ADIC?” dia bertanya. Dia mencari Asisten Director in Change—asisten direktur yang diberikan kuasa untuk bertanggung jawab, yang menjalankan kantor lapangan FBI di setiap kota besar semacam Washington DC dan Los Angeles. “Di rumah sakit, kau boleh percaya atau tidak. Harus bedah jantung dengan aliran darah ganda. Sangat kebetulan, ya? Aku piker semestinya dialah yang melihat semua ini.” Flak dengan cepat menilai agen FBI itu dan menyepakati apa yang dikatakannya. Kelly memiliki hak untuk marah, dia sudah ditempatkan dalam suatu situasi yang rumit sedang pengetahuannya terbatas. Selain itu juga, kehadiran yang begitu banyak dari reporter yang tidak berdaya itu hanya memperumit masalahnya. Flak pun mengatakan kalau Kelly terlihat seperti orang yang bias mengambbil keputusan dengan cepat dalam keadaan tertekan. “Kini apa yang anda miliki?” Tanya Flak. “Tidak banyak. Jelas saja ada konfirmasi kalau dia berada di sini. Manajer kantor apartemen itu melihat dia baik ke atas dua puluh menit sebelum kami dating. Kami belum memulai suatu dialog, dan aku mulai mengira tidak aka nada dialog. Aku didesak untuk mengirimkan orang-orang tersebut masuk,” papar Kelly sambil menunjuk ke jurusan tim SWAT—pasukan khusus anti teroris—yang berdiri di dekat situ. “Secara pribadi, aku mau memanfaatkan dulu segala kemungkinan lain sebelum aku mengizinkan mereka menyerbu masuk. Orang-orangku sebetulnya sangat jengah, namun mereka enggan menunjukkan ketidaksabaran mereka. Kini, aku mengira orang itu tidak akan turun hidup hidup kecuali dia menyerah. Namun apabila dia makan sebutir peluru, kita tidak tahu lagi rangkaian berikutnya.” Flak memandang bangunan yang menjulang tinggi itu, kemudian kembali pada Kelly. Dia tidak mengatakan apa pun. Secara personal, dia menganggap suatu kekeliruan besar mengira orang di lantai ke delapan kompleks apartemen itu, staf kongres atau bukan, seseorang yang dapat diremehkan. “Gimana cara menemukan Idris?” tanya Flak. Kelly memusatkan perhatian pada orang yang berdiri sedikit di balik tubuh Naya Lawrence itu. Flak sedang sedang saja tingginya, dengan rambut hitamnya. Ramping, berotot dan matanya agak kelabu memberikan kesan yang ngeri pada tatapannya. Lebih dari sepuluh tahun silam, Kelly Burke pernah mengabdi sebagai pimpinan suatu regu infantry pada Pasukan Para Komando ke delapah puluh dua dari Fort Bragg. Dia sudah mengikuti Perang Teluk dan memperoleh Medali Prajurit sebab menyelamatkan dua prajurit muda keluar dari ladang ranjau menjelang suatu akhir perjalanan. Kelly jarang berbicara tentang pengalamannya itu. Namun dia tahu distingsi antara seorang prajurit dengan warga sipil yang bekerja untuk militer. Dia bias mengenali jiwa seorang prajurit begitu dia melihat orangnya. “Jelasnya kami melihat kewarganegaraan dulu, Benar saja, beralasanlah apabila jita memeriksa setiap orang yang memiliki hubungan dengan Iran yang bekerja d Gedung Kongres. Lalu seseorang mengusulkan untuk meneliti rencana perjalan mereka. Idris berlibur setiap tahun ke Valencia. Setelah satu hingga dua hari, dia mencarter sebuah pesawat dan pergi ke Bucharest dengan nama lain, dan dari sana ke Teheran. Itu suatu strategi yang risikonya kecil dengan kontak kontak minimal, karena hanya menunjukkan kemungkinan kalau dia hanya seorang tukang tidur. Siapa yang tahu dirinya yang sebenarnya bertahun tahun silam? Banyak orang akan jatuh dari kedudukannya apabila semua ini terungkap kepada public.” Setelah Kelly memaparkan hal yang dia anggap jelas, dia berhenti sejenak. “Dia tahu bahwa kita ada di sini. Apabila dia tahu kalau kita sama sekali salah menduga, dia pasti telah putus asa beberapa waktu silam.” “Dan kau tidak bias melakukannya dengan diam diam?” tanya Naya. “Aku tidak membocorkan tentang ini, apabila pertanyaanmu itu mengarah ke situ. Banyak orang sudah memperoleh informasi itu.” Dia menjawab dengan suara yang sengaja dipelankan. “Bukan kami,” Naya bergumam.  Nb: Cerita ini dipadu dengan unsur romance klasik yang tentu sangat merangsang gairah imajinasi kedewasaan anda. Tentu saya sangat tahu pasar pembaca Indonesia seperti apa yang diinginkannya. Tapi satu hal yang perlu saya tekankan, unsur romance yang saya maksud bukan mengandung hal-hal v****r yang di luar batas wajar seperti kebanyakan cerita mature yang tidak senonoh  pada umumnya (saya paling anti terhadap hal itu). Kalau ingin tahu, terus ikuti cerita ini sampai akhir. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD