Bagian 8

1535 Words
Madya sudah tak tahan, ini saatnya ia harus memberontak, egois dan tidak mau pasrah. Madya sudah lelah membiarkan nasib merenggut kebahagiannya, kali ini biarkan dia berjuang untuk mengambil Pram dari Lia. Madya pov Nyatanya aku hanya seorang manusia. Bukan bidadari atau malaikat. Aku juga punya rasa egois, sakit hati, dan amarah. tapi bukan kah itu wajar? Mengingat suamiku di ambil oleh Lia. Pram mengejarnya dan menyelingkuhi aku. disini, di mana letak kesalahanku hingga Pram menduakan ku??? Tidakkah suamiku sadari berapa banyak janji yang di berikan untuk keluargaku asal dirinya bisa menikahiku. Selama pernikahan ini adakah hartanya yang di berikan untukku!? Pernakah ia membelikanku rumah seperti Lia? Membelikan harta mewah tanpa meminta??? Melimpahkan cinta dan kasih sayangnya yang berlebihan untukku ?Semua jawabannya itu TIDAK!! Selama ini aku tinggal di rumah orang tuaku yang sederhana ini, ia hanya menjatahiku uang bulanan berkisar empat juta. Untuk membeli keperluan diriku pun ia tidak memberikannya. Kalau Lia, ah sudahlah Pram melimpahkan semua untuk dirinya. Kali ini aku akan mengeluarkan semuanya  Pram! Tidak ingatkah, kamu duluan yang memintaku di depan seluruh keluargaku. Ketukan pintu terdengar olehku dari kamar. Aku berdiri dari atas kasur, kuseka air mataku yang meleleh banjir. Aku harus kuat . Kutegapkan diriku lalu membuka pintu. Cih dia datang dengan tampang yang tampan, rupanya Lia mengurus dirinya dengan baik. "Aku ingin bicara..." ujarnya, cih gaya bahanya pun udah beda. "Apa!!!" Jawabku jutek. Tanpa masuk ke kamar ia langsung to the point. "Aku ingin kita bercerai..." katanya. Duaarr!!! '' kamu ingin menceraikanku?" Dengan sekuat tenaga ku pukul kepalanya hingga ia terhuyung ke samping. Pram memegang kepalanya sambil melotot. Dengan cepat ia mencekikku. "Biadab kamu Madya!!! Teriaknya sambil terus mencekikku lalu mengangkat dan membanting tubuhku ke lantai. Kepalaku terbentur pinggiran pintu hingga keluar darah. Kutahan rasa nyeri di seluruh tubuhku. "Apa salahku Pram?" Desisku pelan. " kamu suamiku bukan suaminya. Ingat Pram dulu kamu berjanji apa ke mamahku hah!! Hiksss... kamu janji gak akan duain aku di depan mamahku bahkan seluruh keluargaku!! Kamu mengemis bahkan meminta ke mamahku untuk bisa menikah denganku." Ucapku. Kulihat matanya membulat ia sempat mematung, mungkin mengingat ke jadian itu. Flashback. Seorang lelaki itu turun dari mobil mewahnya. Ia berdiri sebentar sambil melihat rumah mungil tapi terdapat halaman anggrek yang luas. Lelaki itu tersenyum sambil menyapa wanita paruh baya. Ia sempat melepaskan kaca matanya. "Permisi..." ucap lelaki itu. Wanita baruh baya menengok sambil tersenyum ramah. Wanita itu berdiri lalu mengampiri lelaki itu yang sedabg berada di luar pagar "Iya, ada yang bisa oma bantu..." ujar wanita paruh baya itu dengan ramah. Pram tersenyum sambil melihat berbagai macam anggrek dan bunga-bunga lainnya tumbuh subur. "Ah, apa di sini menyewa bunga dan anggrek??" Tanya pria itu riang. "Ayuk masuk dulu  silahkan, kita duduk di halaman rumah saja." oma mepersilahkan lelaki itu masuk ke dalam halamannya.          "Panggil saya oma Rya, karena di kampung sini pada manggil seperti itu" ujar Oma Rya. Pram mengangguk sambil mencium tangan oma. "Nama saya Pram oma, saya kesini mau menyewa tanaman-tanaman yang masih berbunga segar... saya juga gak sengaja melewati rumah ini..." jawabnya, Pram merasakan kesejukan di rumah ini. "Oh, kebetulan tanaman oma semuanya sedang berbunga, kalau mau bawa saja. Oh iya nak Pram mau minum apa??? Oma lupa,..." jelas sambil menawarkan minum. ''Tidak usah oma, Ngerepotin...'' tolak Pram. "Tidak apa-apa,  bentar yaa" Kata oma Rya ke Pram. ''Madya... Madya" Panggil Oma ke seorang gadis. ''Yah??" Jawab seorang gadis belia berusia sembilan belas tahun keluar dari dalam rumah. "Buatkan mas ini minum, buatkan aja teh hangat..." ujar oma. Madya mengangguk tanpa melihat lelaki itu. Pram dengan jelas melihat gadis itu. Madya sangat menarik untuknya. Ia jatuh cinta pada pandangan pertama. ''Dia itu siapa oma..." tanya Pram sambil mengingat gadis itu. "Anak oma, namanya Anandya Madya umurnya baru sembilan belas tahun..." jawab Oma. "Dia cantik oma, jarang ada gadis seperti Madya.." jawab Pram. ''Dia anak oma satu-satunya yang belum menikah. karena ketiga kakaknya sudah menikah  dan tinggal di luar kota.... nak Pram mau dengan Madya..." tanya oma, oma bukan cenayang tapi beliau tau kalau Pram mau dengan Madya. Tanpa sadar Pram mengangguk, oma Rya tersenyum. "Kalau mau, jaga dia, Madya benar-benar polos sekalipum di bohongi, ia tetap percaya!!! Dia anak rumahan sekali jarang keluar rumah... jadi jangan heran kalau di ajak jalan Madya menolak.... berjanjilah jangan menduakan anak oma. Apapun itu. Pram mendengarkan secara seksama dan mengangguk yakin. " satu lagi lamarlah Madya di depan keluarganya. "Mah.." panggil Madya sambil meletakan seceret teh hangat di depan mereka. "Makasih Madya..." ucap Pram namun hanya di angguki oleh Madya yang berlalu masuk kedalam rumah. ''Madya memang begitu..." Pram hanya mengangguk sambil membahas tamanam lagi. ****** Semenjak dari situ, Pram terus menerus ke rumah oma Rya tak jarang Madya melihatnya tak suka, tapi bukan Pram namanya kalau ia menyerah begitu saja. Sampai akhirnya ia bertemu seluruh keluarga Madya di rumah mereka. "Saya berjanji akan menjaga Madya dan setia segenap jiwa.... saya sangat menyukai Madya." Pram berkata yakin di depan iye ( iye sama saja dengan sebutan bapak dalam bahasa bugis, hanya kata iye di gunakan dalam jaman kerajaan dulu. Panggilan iye hanya untuk yang ada keturunan asli raja dan ratu bugis." , kakak laki-laki Madya dan juga dua kakak perempuannya. "Benar kamu tidak akan menyia"kan anak saya..." tanya iye dan di angguki oleh Pram. "Madya tidak mau menikah!! Hiksss" pinta Madya sambil menangis. "Madya mau kuliah dulu...." sambungnya. "Aku bisa kuliahkan kamu nanti ya..." bujuk Pram. Madya menggeleng sambil berlalu pergi. "Iye, mamah dan kakak-kakanya Madya tidak bisa memaksa tapi kami semua sudah memberi restu!!! Kalo Madya mau silahkan tapi kalau belum mau yasudah..." ucap iye. Pram berwajah lesu namum ia tidak menyerah. Flash and Seolah di tampar ke alam nyata. Mata Pram melihat Madya, ia tak menyangka sudah melukai istri pertamanya. Ia memang salah karena Pramlah yang meminta Madya. Dan sekarang ia ingin membuangnya sungguh bodoh. "Ma...?Madya.." ia kalap entah apa yang di alami Pram sungguh ia di butakan cintanya oleh Lia. Pram memajukan tubuhnya sedikit dan menggapai Madya. Tetapi Madya mundur sambil menggeleng. "Asal kamu tau Lia hamil anak El, bukan anakmu!!! Kemarin El kesini dan membeberkannya semua denganku..." jelas Madya. Dan Oram berteriak "Tidak mungkin, Lia hamil anakku Madya..." "Kalo kamu tidak percaya pergilah temui sahabatmu itu..." teriak Madya tak mau kalah. " kamu mau cerai Pram, sekarang keinginanmu terwujud!! Kita akan bercerai...'' ucap Madya lagi. Madya menangis sambil menahan rasa nyeri di kepalanya. Madya tak menghiraukan darah yang sudah mengucur membasahi wajahnya. "Pergilah Pram jangan pernah temui aku hikss!!!" Madya menutup pintu kamarnya lalu tersandar. Ia menangis menangis dan menangis. ******** Amarah Lia sudah memuncak bagaimana tidak, ia di tipu oleh El, rupanya El lebih kaya di banding Pram. Sungguh ia sangat tertipu. Flashback "Loe gak tau Mek, kalau El itu kaya raya banget, semalam gue bercinta panas dan loe tau gue di kasih mansion mewah dan mobil ferarri merah muda, gila baru sekali gue kasih kepuasan udah segitu apalagi kalo berkali-kali apalagi sampe hamil anaknya buset miliyarder gua... loe tau El memiliki salah satu gunung di hawai dan tanahnya sangat subur, di tumbuhi banyak tanaman obat-obatan yang langka kalau di jual sangat mahal dan loe tau juga di dalam gunung itu terdapat berlian, intan, dan tambang berharga lainnya... buset gue harus deketin dia..." ujar Kenna teman Lia. Lia hanya tersenyum meng iya-iyakan padahal di dalam hatinya terdapat seribu kemarahan. Flashend El masuk ke kamar Lia. El tadi baru saja di hubungin p*****r kecilnya itu. "Mana jagoan kecilku.." tanya El santai. Lia yang tadi duduk di pinggir ranjang langsung berdiri dan menghampiri El. "Kenapa kamu bohong El, kamu lebih kaya di banting Pram!!" Ucap Lia. El tertawa remeh rupanya Lia sudah tau dia kaya ckckck. "Memang iya aku kaya raya..." jawab El enteng. " terus kenapa hm???" Tanya El "Aku tidak menginginkan apapun" Lia menundukan kepalanya. "Barraq tetap anakku dan aku akan menafkahinya!! Jadi tenang saja" El memberitahu. Lia memukul d**a El berkali-kali, ada sedikit penyesalan. Kalau tau El kaya Lia tidak akan mungkin bersama Pram "Aku mencintai Pram, bukan berarti aku harus memilikinya. Aku mau denganmu El ingat Barraq anak kita" kata Lia. "Aku tau Barraq anakku bukan anak Pram. Tapi tidakkah kamu merasa jijik, tubuhmu sudah di pakai berkali-kali olehnya...." teriak El. "Aku menyukai Madya" Ucap pelan El. Pram yang baru saja di depan pintu kamar hanya berdiri mematung dan mendengar  percakapan mereka berdua. ''Jadi bayi itu bukan anakku heh?" Pram tertawa sumbang, ia kecewa terhadap El dan juga Lia. Lia hanya ingin hartanya, bukan dirinya Pram memberanikan masuk ke kamar. Lia dan El langsung kaget dan menjauh satu sama lain. "Jujurlah..." pinta Pram. Lia dapat melihat rasa sakit dan juga kekecewaan disana. Lia mendekati Pram dan memeluknya. "Maafkan aku!! Hiksss!!" Lia menangis di pelukan Lia. El hanya berdiri, ia terdehem lalu menghampiri Pram dan Lia. "Berbahagialah, lepaskan Madya untukku" pinta El dan Pram langsung menajam. "Aku akan menceraikan Lia untukmu El" ucap Pram. Lia mendongakan kepalanya lalu menggeleng. ''Aku tidak mau Pram hiks!!" "Bukankah kamu menikahiku karena harta? Sekarang kamu berhasil mengambilnya!!" Ucap Pram sambil menahan amarah. "Aku, aku tidak menginginkan hartamu lagi semenjak aku mencintaimu Pram... kumohon" Lia duduk di bawah Pram bahkan ingin bersujud namun di tahan oleh Pram. "Berdirilah, aku memaafkanmu" "Makasih sayang..." ucap Lia tulus. "Aku tidak akan melepaskannya El, maaf. Madya istriku dia jodohku dari langit aku memintanya dan berjanji ke alm. mamahnya maafkan aku... dan kamu Lia hatiku sakit karena kebohonganmu biarkan aku pergi, aku ingin mencari ketenangan... jagalah dirimu baik-baik." Pram membalikan tubuhnya lalu keluar. Ia harus pulang ke rumah dan menemui Madya. Ia sangat ah tidak bisa diungkapkan yang jelas ia akan menemui Madya. ******* Masih dalam keadaan terluka Madya tengah duduk di lantai ia menangis dan terus menangis. Pram sungguh jahat dengan dirinya. Madya akan pergi dari kehidupan Pram dan melupakannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD