Bagian 1
Wanita itu tengah menangis di bahu suaminya, di depannya terdapat sebuah jasad. Jasad itu ialah sang mamah. Madya tak kuasa menahan tangis, Madya sangat menyayangi mamahnya itu. keseharian Madya, ia habiskan untuk mengurusi sang mama. Sang mamah wafat di umur tujuh puluh delapan tahun.
Flashback
Marya baru saja menyelesaikan pekerjaannya, beliau sedang menanam kembang-kembang kesayangannya. Marya biasa di panggil oleh tetangga setempat dengan sebutan oma Rya. Biasanya menghabiskan sebagian waktunya di halaman rumah.
Waktu itu Madya baru saja pulang dari pasar, ia melihat sang mamah sedang asyik menanam.
"assalamuallaikum, mah Madya pulang..." ucap Madya sambil mendatangi mamah.
"walaikumsallam,..." jawab mamah namun pandangannya tak beralih dari tanaman yang ia tanam itu. " Madya, mama mau makan ikan rebus dan juga sambel, ikan yang sudah di rebus itu nanti di goreng saja." Sambung sang mamah lagi dan Madya hanya mengangguk seolah mengerti apa yang Marya mau.
Madya langsung masuk ke dalam rumah dan langsung menuju dapur, Madya mengeluarkan beberapa belanjaan yang ia beli tadi dipasar.sesuai keinginan mamahnya, Madya akan masak ikan palumarak dan juga sambel terasi mentah.
Ikan palumarak merupakan makanan khas sulawesi. ikan yang di rebus lalu diberi kunyit, jahe, laos , dan serai. Semua rempah itu di haluskan lalu di masukan kedalam panci beserta ikannya ditambah air lalu di rebus jangan lupa garam, penyedap dan juga asam agar ikan ada rasanya.
Madya mengenakan apron lalu mulai memotong dan mengulek bahan-bahan tersebut.
Madya mendengar dentingan handphonenya berbunyi. Ia berhenti sejenak dari aktifitasnya untuk melihat handphonenya. Rupanya sang suami mengirimi pesan singkat ia mengatakan kalau hari ini ia pulang telat di karenakan pekerjaan. Madya hanya percaya saja kepada Pram yang sedang bekerja di luar sana toh ia tak pernah berfikir negatif. Madya meletakan handphonenya lalu memasak lagi.
*****
Marya merasa tubuhnya lelah dan juga sakit. Ia segera masuk kedalam rumah lalu mandi bersih bahkan sangat bersih. Setelah itu Marya menggunakan pakaian serba putih lalu naik ke atas kasur. Dia atas kasur itu ia berbaring sambil menutup matanya. Wajahnya damai dan bibirnya tersenyum menawan. Dari situ Marya sudah tidak bangun lagi hingga sekarang.
Madya yang tak menyadari itu hanya berfikir kalau ibunya hanya tidur sebentar. Padahal ibunya sudah tiada.
Lama Madya menunggu sang mamah tak kunjung bangun-bangun juga hingga ia masuk ke kamar mamah lalu membangunkannya.
"mah..."panggil Madya lembut tangannya terulur di lengan Marya. "mah..." panggil Madya lagi kini suaranya agak keras sedikit. "mamah..." panggil Madya yang mulai khawatir, ia sedikit mengguncangkan tubuh sang mamah namun hasilnya tak ada pergerakan sedikitpun. Dengan memberanikah diri Madya memeriksa denyut nadinya dan, Mady mulai menangis ia menagis karena sang mamah sudah tiada " innalillahi wainaiilairojiun..." Ucap Madya. Ia luruh jatuh ke lantai. Dan menangis di samping jasad Marya.
Flashend
Madya masih saja menangis walaupun itu hanya sebuah isakan. Tubuhnya lemas saat melihat nampan makanan yang biasa ia siapkan untuk sang mamah makan nantinya.
"ikhlaskan kepergianya sayang..." ucap Pram lembut
"insya Allah, aku ikhlas..." jawab Madya.
Setelah melewati beberapa proses pemakaman, di sinilah Madya dikamar sang mamah, kamar yang biasa beliau tempati untuk belajar agama, baca buku dan juga tidur. Sekarang kamar ini kosong tak berpenghuni.
"yaa Allah, ku mohon ajari aku menuju jalanMu agar aku bisa bertemu dengan mamahku..." pinta Madya.
Kini Madya harus hidup dan berjuang sendiri untuk menghadapi dunia dan juga rumah tangganya.
Madya memiliki tiga saudara namun ketiga saudaranya itu telah menikah dan tinggal di luar kota. Hanya Madyalah yang masih tinggal bersama mamahnya hingga akhir hayat beliau.
Madya pov
Bagiku mamah adalah sebuah guru tanpa jasa, ia mengajariku dan membimbingku sampai saat ini. Dan kini beliau sudah tenang di alam sana dan aku, aku harus bertahan di atas pijakanku kini hingga akhir hayatku nanti.