Jadi Istri

1307 Words
"Ibu pulang. Udah di jemput Paklek. Kamu dibangunin ga bangun-bangun heran. " "Yaa namanya juga capek Ga. Bangun pagi-pagi tadi." Arga mendengus, "Manja amat lu. " "Laper Ga. Disini ada makanan ga? " "Ga ada. Ini kita makan di luar dulu. Abis makan kita ke Supermarket, belanja. Besok kamu masak Bi. " Seketika mata Ribi membelalak, "Hah? Aku?? Aku ga bisa masak. Kamu kan tau~" rengek Ribi. "Belajar lah. Jangan manja. Liat aja di Internet, Yousufe juga ada. Browsing lah. " Ribi manyun. "Yaudah. Aku siap-siap dulu. Tunggu ya. " Ribi pun berlari kecil menuju kamar. "Ayo Ga. Aku udah siap." kata Ribi. Arga yang sedang memainkan ponselnya mendongak, menatap Ribi dari atas ke bawah. "Kamu mau kemanaa dandan gitu? Ke Mall? " "Emang nggak? " tanya Ribi. "Kita makan di kaki lima, lesehan. Kamu mau jadi pusat perhatian? " "Kenapa ga di Mall aj? Sekalian ke Supermarket kan katanya? Biar sekali jalan, sekali parkir. " Arga mengusap wajahnya, "Gaji aku belum seberapa Bi. Nanti ga cukup uang buat makan dan kebutuhan lainnya kalau nurutin kemauanmu." "Aku yang traktir deh malam ini. Besok aku belajar masak. Yaa.. Okee yaa.. " rayu Ribi. Arga menatap Ribi dan sedetik kemudian mengangguk. "Ayo!" Yes!, batin Ribi bersorak. *** Ribi dan Arga langsung menuju So****a, langsung duduk di sofa panjang, dan memesan menu pilihan mereka pada waitress. "Saya ulangi pesanannya ya kak, Chicken Cordon Bleu plus kentang satu, dan Nasi Goreng Tom Yam Ayam satu. Minumnya, Jus Alpukat satu, Lemon Tea satu. " "Bener mbak. " kata Ribi. "Baik, mohon ditunggu. " waitress pun beralih dari hadapan Arga dan Ribi. "Gaa." "Hmm" "Perjanjian kamu sama papa aku apa? Aku boleh tau gak? " Arga memandang Ribi, tertegun sejenak. "Setelah 6 bulan pernikahan, kamu boleh tau. Untuk sekarang aku belum bisa cerita sama kamu. " "Ok." Pesanan mereka pun datang. Setelah mengucapkan terimakasih, Ribi menggenggam tangan Arga, "Aku boleh kerja gak Ga?" "Permintaan kamu banyak banget. Kita baru nikah loh Bi. Ya walaupun gak ada resepsi, dan gak banyak orang tau, tapi kita tetap harus belajar. " "Trus aku diem di rumah gitu? Ijazah aku nganggur gitu? " "Sementara kamu belajar jadi istri dulu. Ngurus rumah selagi aku kerja di luar. Nyiapin baju kerja aku, sarapan aku. " "Kenapa kita gak pakai ART aja? " Arga menghela nafas, "Gaji aku mana cukup? UMR. Belum bayar kontrakan. " "Kamu gak mau aku bantuin dari gaji aku? Kita sama-sama kerja. Pakai ART, tp makan dari rumah." sahut Ribi sambil menaikkan kedua alisnya bersamaan. Arga menghela nafas, "Mau nya aku, kamu jadi istri yang di rumah. Belajarlah jadi seorang istri. Kalau perlu, ibu aku yang ngajarin kamu selama aku kerja." "Apaa! Gak gak..! Gak mau aku Ga."Ribi mendengus kesal. Setelah mereka berbelanja, dan memutuskan untuk pulang, Ribi hanya diam, tak mengajak bicara Arga. Arga pun juga tak mempermasalahkan diam nya Ribi. Arga memarkirkan mobil nya di garasi, dan mereka berdua pun turun. Arga membawakan belanjaan mereka hingga ke dapur. Ribi pun melangkah masuk ke dalam kamar. " Eittss Bi! Jangan masuk kamar dulu!" seru Arga dari dapur. Ribi memundurkan langkahnya, "Apaan? " "Ini belanjaannya kamu masukin kulkas, di tata." sahut Arga. Ribi yang telah berada di hadapan Arga memandangi belanjaan mereka. "Trus kamu ngapain? " "Aku mau mandi, bersih-bersih badan. Mau istirahat. Kamu enak udah 'bangkong' lama. " "Tapi kan-" "Udaa. Gampang kok, cuma di taroh, tata-tata bentar. Abis itu kasurnya di kebas Bi, kalau udah kamu browsing tuh menu sarapan besok apa?" Ribi mematung. Ia hendak menjawab Arga, namun Arga sudah menghilang masuk ke dalam kamar. "Duh! Ngeselin banget tu anak. Di pikir pembantu apa? " *** "Bi. Banguun Bi.. " Ribi mengerang, namun tak memperdulikan panggilan Arga. "Bi! Udah jam enam ini. Aku nanti telat! " "Yaa sanaa.. Gue masih ngantuk! " Ia pun menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya. BYUURR!! "Aduhh!! Duuhh!! Dingiinn!!" teriak Ribi histeris. Tubuhnya beserta selimutnya basah karena disiram Arga. "Arga! Apa-apaan sih kamu!! " "Tadi ngomongnya gue gue. Sekarang kamu kamu.." cibir Arga. "Lu tuh susah banget heran dibangunin! Gue gak mau tau lu bangun sebelum gue! Siapin gue makanan, baju kerja gue segala macem. Kalau gak, lu ga dapet uang bulanan dari gue! " Ribi beranjak dari kasurnya. "Lu gila yaa. Kita baru nikah kemarin! Malah surah suruh gue ini itu. Lu cari istri apa ART??? " "Dua-duanya." jawab Arga santai. "Lu kesini ga bawa apa-apa selain baju-baju dan mobil lu. Uang sehari-hari akan gue transfer dengan syarat, rumah harus dalam keadaan bersih, rapi. Gue pulang kerja ga pusing liat rumah berantakan. Udah itu aja, gue jamin hidup lu terjamin. " Arga keluar kamar sambil mendengus kesal. Air mata Ribi menggenang, "Ya elah. Gini amat hidup gue?? Salah gue apa Yaa Allah. Baru juga nikah. " Ribi bergegas menarik seprai kasur yang basah dan dimasukkan dalam plastik besar. Ia menuju dapur dan di meja makan sudah ada Arga yang menunggu sarapannya. "Telor Ceplok aja ya, biar cepat. " kata Ribi tanpa menoleh. Arga hanya bergumam menyetujui. Setelah siap, telor dan nasi di hidangkan ke depa mata Arga, "Nih." Arga pun menyendok nasi dan telur ceplok nya, namun sedetik kemudian ia melepehkannya lagi sambil menyemburkan air liurnya ke piring. "Bleh!! Bleehh!! " Ribi terdiam, mematung. Arga menatap marah pada wanita yang kini jadi istrinya, "Kamu bisa masak ga sih? Kamu mau bunuh aku? Tolong inii gimanaa masaa telor nya asiin banget!! " "Maaf Ga. Tapi emang ini first time nya aku masak ya inii. " Arga mengusap wajahnya kasar, "Belajar lagi Bi! Aku makan di kantor aja! Malam ini kamu jangan tidur sebelum aku pulang! " "Loh, tapii??! " Arga tidak menggubris. Ia langsung berjalan keluar rumah dan melaju mengendarai mobil Ribi. Ribi terduduk lemas. Ia mengacak-acak rambutnya. Ribi memainkan ponselnya sambil menunggu cucian yag masih dalam mesin cuci. Dering ponselnya memecah keheningan Ribi. Layar ponsel menunjukkan nama Shinta. "Ya? Ada yang bisa saya bantu? " "Beeh.. Gayaa lu resepsionis! " Ribi tidak menyahut. "Bi?? Are you okay? " "I'm not okay. " jawabnya serak. "Tell me babe. Arga ini? " "Lu kok telvon gue disaat yang tepat? Cenayang udah jadi profesi baru lu? Mama gue aja ga pernah nanyain gue? " Shinta terkekeh, "Hebat kan. Gue pengen nanya kabar lu aja. Eh tapi seriusan orang rumah ga ada kontak? Even Bokap? " "Iye." "Yaudah lu kenapa? Mumpung gue lagi rehat kerjaan." "Gue gak diijinin Arga kerja Shin. Gue disuruh fokus jadi istri. Lu kan tau gue ga bawa apa-apa selain mobil gue, ama tabungan. Tapi kan lama-lama abis kalau gue pake?! " "Hmm.. Lu mau ga kerja diem-diem? Kerja remote gitu. Lu bisa tetep jadi istri si Arga, dan wanita karir. " "How? " "Tar gue chat link nya." "Ok. Thank's Shin. " "Trus selain itu ga ada yang pengen lo cerita lagi sama gue? " "Ga ada. By the way, gimana kerjaan? Nyaman? " "Baru juga kerja. Masih penyesuaian. Bos gue baik banget tau ga lo. Mana masih muda dan ganteng. Denger-denger mau buka cabang di Surabaya. Kalo emang iya, lu apply aja. " sahut Shinta antusias. "Liat nanti deh gimana-gimana nya." "Oke deh Arimbi yang cantik. Jangan galau. Gue balik kerja dulu ye. Cao~" Perbincangan mereka pun terputus. Arimbi tersenyum dan sambil menatap layar ponselnya ia bergumam, "Cao cao. Emang es Cao. Kocak emang si Shinta anak ajaib. " *** Ribi memadangi jam dinding di ruang tamu yang menunjukkan pukul sepuluh malam. Arga belum menampakkan batang hidungnya, sedangkan ia mulai mengantuk. Puluhan missed call dan belasan chat tak dibaca Arga. Ribi menuju meja makan dan memandangi makan malam yang sudah ia masak untuk Arga. Ia rela menghabiskan waktu dua jam untuk memasak nasi goreng dan ayam crispy. Iapun masuk ke dalam kamar dan mencoba menunggu Arga diatas kasur sambil memainkan ponselnya. DOK!! DOK!! DOK!! Ribi membuka matanya perlaha, dan mendengar ponselnya berdering. Ada sepuluh missedcall dari Arga. "Matii Gue! "
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD