Teman Sebangku

864 Words
SMA F adalah sekolah negeri biasa di pinggiran Kota Surabaya. Sekolah ini bukan sekolah favorit. Bangunannya kecil dan jumlah muridnya sedikit. Karena keterbatasan lahan parkir, sekolah ini membatasi siswa membawa kendaraan pribadi. Siswa-siswa di sini hanya anak biasa yang tinggal di pemukiman terdekat, dengan kecerdasan standar dan cenderung berandalan. Anak-anak buangan yang tidak diterima di SMA lainnya di Surabaya, karena nilai NEM yang terlalu mepet dengan standart kelulusan. Hanya ada segelintir siswa yang dapat dibilang cukup berprestasi. Salah satunya Shita, yang merupakan juara O2SN* Karate Kumite tingkat SMP. Ayahnya, Kombespol Adam, Ditreskrimum Polda Jatim tak pernah mempermasalahkan meski Shita memilih bersekolah di sekolah yang hanya butuh waktu lima menit dari rumahnya itu. "Emas tak akan berkarat meski dalam kubangangan lumpur." Itulah prinsip sederhana yang dianut Kombespol Adam. Lagi pula SPP SMA F cukup murah jika dibandingkan dengan sekolah lainnya. Shita selalu mengaku dia hanya ingin menghemat uang sekolah, karena dengan bersekolah di dekat rumah tak perlu nada biaya transportasi. Padahal sejatinya, dia memilih bersekolah di sini hanya agar tetap satu sekolah dengan Igo Casanova, tetangga, teman sejak kecil yang sudah lama disukainya. Shita melewati koridor SMA F menuju kelasnya, kelas X IPA5 yang berada di lantai dua sambil menghela napas. Pikirannya melayang pada Anita. Gadis yang hampir mati bunuh diri karena telah diperkosa tadi pagi. Dia sudah melapor pada polisi, tapi ayahnya ternyata tak bisa memberikan jaminan bisa menolong. Lantas apa yang harus dilakukannya untuk menolong Anita? Sambil berpikir dia terus melangkah dan akhirnya sampai di kelas barunya kelas X IPA 5. Shita masuk dalam kelas. Sebagian bangku telah terisi dengan beberapa siswa. Hari ini adalah hari pertama masuk setelah MOS. Shita celigukan di kelas mencari orang-orang yang mungkin dikenalnya. "Hai, Manis." Shita tertegun saat mendengar suara merayu yang tidak enak didengar itu. Dua orang cowok berdiri tak jauh darinya. Cowok yang pertama badannya bongsor dan matanya sipit seperti Yakuza Jepang. Rambutnya yang agak panjang sengaja dikuncir. Ketika tersenyum matanya cuman segaris aja, sehingga orang bisa mengira dia lagi merem, nama cowok ini adalah Tora, teman SMP Shita yang terkenal berandal. Di samping Tora berdirilah cowok yang sangat kontras dengannya. Cowok itu seluruh kancing bajunya tertutup sempurna, bajunya disetrika dengan rapi dan mengenakan dasi dengan rapi pula. Rambutnya yang hitam dipotong cepak dan memakai kacamata tipis, namanya Yusuf, dia juga teman SMP Shita, cowok paling cupu di SMP Shita yang kabarnya IQ-nya ada diatas 140 tapi ternyata nilai NEM tidak berbeda jauh dari Shita. Dua orang ini juga adalah sahabat baik Igo semasa SMP. Sampai sekarang Shita tak mengerti bagaimana Tora, Yusuf dan Igo yang tampak sangat berbeda dalam postur dan penampilan itu dapat berteman akrab sampai sekarang bahkan memilih sekolah yang sama lagi waktu SMA. "Oh, kalian," kata Shita. Dia malas menghadapi dua teman Igo yang aneh itu. "Ternyata kita sekelas ya," ujar Yusuf. "Senang sekali bisa sekelas sama Shita yang manis," rayu Tora. "Kalian tahu di mana Igo?" Shita tak menggubris rayuan maut dari Tora. "Wah, yang dicari Igo terus, ya?" keluh Yusuf. "Aduh aku patah hati!" Tora memegangi dadanya, berpura-pura sakit. "Aku nggak bercanda, aku ada urusan penting dengannya," dengus Shita kesal. "Hari ini dia nggak masuk," jelas Yusuf. "Katanya sih, ada bisnis gitu," tambah Tora. Shita berdecak. "Ya sudah, kalau kalian ketemu dia suruh dia menemuiku." Shita meninggalkan dua cowok itu kemudian memilih tempat duduk yang bisa didudukinya. Sebagian besar anggota kelas sudah datang jadi banyak bangku yang sudah terisi. Shita memutar pandangannya ke seluruh penjuru kelas mencari tempat duduk yang masih kosong. Dia lalu melihat seorang gadis berambut bob yang duduk sendirian di bangku tiga dari depan dekat jendela. Shita menghampiri gadis itu dan menyapanya. "Hai, boleh duduk di sini?" tanya Shita. Gadis itu menatap Shita. Shita diam sebentar rasanya dia pernah melihat wajah gadis ini sebelumnya. "Ah, kamu yang tadi pagi, kan?" seru Shita. Gadis itu adalah gadis yang tadi pagi menolong Anita. Gadis itu mengerutkan keningnya agak bingung dengan maksud Shita. "Kamu yang tadi menolong Anita di jembatan penyeberangan itu, kan?" tanya Shita. Gadis itu terdiam sejenak kemudian mengangguk. Shita meletakkan tasnya di meja dan duduk di bangku kosong di samping gadis itu, padahal si cewek belum memperbolehkan Shita duduk di sana. Dia sebenarnya tampak tak nyaman, tapi Shita rupanya tidak sadar, karateka itu malah menyerocos. "Syukurlah tadi kamu menolongnya, Anita sekarang sudah tenang, tapi kenapa tadi kamu pergi begitu saja?" tanya Shita. Gadis itu diam sebentar kemudian mengambil selembar kertas dan menuliskan satu kalimat di sana dan menunjukannya pada Shita. Shita membaca tulisannya. Maaf, aku ada urusan. Shita mengerjap dan memandang gadis itu bingung. Kenapa gadis ini tidak bicara langsung saja? Kenapa harus menulis di kertas segala? Seolah mengerti apa yang dipikirkan Shita gadis itu menunjuk bibirnya kemudian membentuk tanda silang dengan kedua jari telunjuknya. Shita terkesiap. "Eh ... jadi kamu ... maaf ya...." Shita tidak menyangka gadis di hadapannya ini ternyata bisu. Gadis itu mengangguk dan tersenyum. "Oh iya, namamu siapa?" tanya Shita. Gadis itu mengambil kertas dan menuliskan satu kalimat di sana. Wulan, kamu? "Wulan ya, namaku Shita, mulai sekarang kita berteman baik, ya." Shita mengulurkan tangan sambil tersenyum riang. Wulan membutuhkan waktu beberapa detik untuk berpikir sebelum akhirnya menjabat tangan Shita. *** Massa Orientasi Siswa O2SN adalah singkatan dari Olimpiade Olahraga Siswa Nasional
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD